Mengulas Sejarah Rudal Hipersonik yang Mampu Ratakan Ukraina dalam Sekejap

Rabu, 30 Maret 2022 - 16:59 WIB
loading...
Mengulas Sejarah Rudal Hipersonik yang Mampu Ratakan Ukraina dalam Sekejap
Mengulas Sejarah Rudal Hipersonik yang Mampu Ratakan Ukraina dalam Sekejap. FOTO/Russian Ministry of Defense
A A A
JAKARTA - Tindakan Rusia menyerang wilayah Operasi Pasukan Gabungan (JFO) di Ukraina timur mengakibatkan terjadinya tindakan baku tembak antar kedua belah pihak. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pun membenarkan kejadian ini.

Biden menyebut Rusia telah menggunakan rudal hipersonik dalam invasi ke negara tetangga, Ukraina. “Dan jika anda perhatikan, Rusia baru saja meluncurkan rudal hipersonik, karena itu satu-satunya hal yang dapat mereka lewati tanpa kepastian mutlak,” dalam keterangannya, Senin (21/3/2022) lalu.



Biden menjelaskan bahwa senjata yang digunakan untuk penyerangan itu merupakan senjata konsekuensial dengan hulu ledak yang sama seperti rudal peluncuran lainnya.

Rudal Hipersonik kerap juga disebut dengan sebutan rudal Hipersonik Khizhal. Dikutip dari Wikipedia, rudal Kinzhal sendiri beroperasj pada Desember 2017 dan merupakan salah satu dari enam senjata strategis baru Rusia yang diluncurkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada 1 Maret 2018 silam.

Rusia juga sempat menggunakan Rudal hipersonik Khinzal pada kampanye militer di Suriah pada tahun 2016 lalu.

Terkait rudal hipersonik ini sendiri diketahui dapat terbang dengan kecepatan setidaknya Mach 5 dan dapat bermanuver dengan sangat luwes dan mampu mengubah arah selama penerbangan. Khinzal mampu membawa hulu ledak atau nuklir ini mempunyai kecepatan lebih dari 2 mil/detik.

Rudal Khinzal memang disengaja ditempatkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin di kapal-kapal perang Rusia untuk mengantisipasi Amerika dan NATO.



Keunggulan Rudal Hipersonik Khinzal

Rudal Kinzhal adalah salah satu dari beberapa senjata berteknologi tinggi yang diluncurkan Rusia pada 2018. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut rudal Kinzhal sebagai "senjata ideal" karena bisa ditembakkan dari pesawat tempur Mig 31K.

Rudal Kinzhal berbobot sekitar 1.000 pon (480 kilogram) dan berdaya ledak tinggi. Salah satu contoh kekuatan mengerikan rudal ini ialah hulu ledaknya dapat dipersenjatai dengan nuklir berbobot 480 Kg dan kekuatan ledakannya setara 100 sampai 500 kiloton TNT.

Majalah The Diplomat pada 2018 pun sempat menganalisa, bahwa rudal hipersonik Kinzhal Rusia dapat secara drastis mengubah keseimbangan kekuatan di Pasifik. Sebab, jika rudal Kinzhal dikerahkan ke wilayah Timur Jauh Rusia, dapat memiliki "implikasi yang signifikan bagi keseimbangan kekuatan di Pasifik”.

Dengan kekuatan Mach 5 atau lima kali kecepatan suara, hal itu dianggap "hipersonik". Kemampuan ini sulit untuk dilacak radar terkuat dan dihentikan sistem pertahanan udara terhebat saat ini. Dahsyatnya rudal Kinzhal mampu menjangkau radius hingga 1.800 mil atau 3.000 km.

Kecepatan yang sangat tinggi juga membuat rudal Kinzhal mampu menembus target lapis baja berat. Misalnya, gudang senjata bawah tanah di Ukraina barat yang dikatakan menjadi target serangan terbaru.



Kategori Hipersonik

Senjata hipersonik ini terdiri dari dua kategori utama, yakni hipersonik kendaraan luncur dan rudal penjelajah. Untuk kendaraan luncur atau glide vehicles hipersonik diluncurkan dengan menggunakan roket yang.

Setelah peluncuran kemudian memisahkan diri dari roket, dengan kecepatan setidaknya Mach 5 menuju sasaran. Sementara untuk rudal jelajah atau cruise missiles hipersonik memiliki tenaga dari mesin berkecepatan tinggi.



Sejarah Pengembangan

Terkait pengembangan senjata super canggih ini dikembangkan oleh beberapa negera, seperti Amerika Serikat, Rusia dan China. Rusia sendiri telah mengejar pengembangan teknologi senjata hipersonik ini sejak 1980-an.

Sedangkan beberapa negara lainnya berlomba-lomba melakukan penelitian terkait senjata tersebut, hingga sampai ada yang sudah mengklaim telah menguji senjata hipersonik itu, meski belum dapat diverifikasi.

Sedangkan Amerika mengaku telah mengajukan anggaran USD3,8 miliar untuk mengembangkan senjata hipersonik pada tahun fiskal 2022 ini. Juga USD246,9 juta untuk penelitian pertahanan hipersonik.

Pejabat-pejabat Amerika mengatakan antara tahun 2016-2021 Beijing telah melakukan “ratusan” uji senjata hipersonik. Sementara Washington hanya melakukan sembilan tes selama periode yang sama.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1247 seconds (0.1#10.140)