Kasus Covid-19 Arab Saudi Terus Melonjak, Haji Terancam Batal

Selasa, 16 Juni 2020 - 16:38 WIB
loading...
Kasus Covid-19 Arab Saudi Terus Melonjak, Haji Terancam Batal
Situs suci Kakbah di Masjidilharam, Makkah, Arab Saudi, dikosongkan sebagai langkah pencegahan penyebaran virus corona baru atau COVID-19. Foto/REUTERS/Gannoe Essa
A A A
RIYADH - Pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi tahun ini terancam dibatalkan untuk pertama kalinya dalam sejarah modern kerajaan tersebut. Alasannya, kasus virus corona baru (Covid-19) di negara terus melonjak.

Data John Hopkins University menyebutkan negara yang dipimpin Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud itu melaporkan 132.048 kasus Covid-19 hingga Selasa (16/6/2020). Jumlah kematian terkait virus itu sebanyak 1.011 jiwa dan sebanyak 87.890 pasien berhasil disembuhkan.

Negara-negara mayoritas Muslim telah mendesak Riyadh untuk memberikan keputusan apakah ritual ibadah tahunan akan tetap berjalan sesuai jadwal pada akhir Juli atau dibatalkan.

Pihak kerajaan masih merundingkan desakan itu dengan risiko ekonomi dan politik di kawasan Timur Tengah rawan goyah. Sedangkan waktu sudah hampir habis untuk mengatur logistik terkait pelaksanaan ibadah haji.

Pada tahun lalu, ibadah haji menarik sekitar 2,5 juta jamaah dari seluruh dunia.

"Ini adalah toss-up antara memegang nominal haji dan membuangnya sepenuhnya," kata seorang pejabat Asia Selatan yang berhubungan dengan pihak berwenang haji Arab Saudi kepada AFP.

"Kerajaan itu 'membeli waktu' karena menginjak dengan hati-hati," ujar pejabat yang berbicara secara anonim tersebut.

"Pada menit terakhir jika Saudi mengatakan 'kami siap melakukan haji penuh', (secara logistik) banyak negara tidak akan berada dalam posisi untuk berpartisipasi," katanya.

Seorang pejabat Saudi mengatakan kepada AFP; "Keputusan akan segera dibuat dan diumumkan."

Indonesia, negara Muslim terpadat di dunia, telah memutuskan untuk tidak mengirim jamaah haji setelah menekan Riyadh untuk membuat keputusan.

Malaysia, Senegal, dan Singapura mengikuti juga membuat keputusan serupa dengan Indonesia. (Baca: Ekonomi Arab Saudi Jatuh, Pakar Prediksi Biaya Haji Naik Lebih Mahal )

Banyak negara lain seperti Mesir, Maroko, Turki, Lebanon, dan Bulgaria masih menunggu keputusan Riyadh.

Di negara-negara Eropa seperti Prancis, para pemimpin agama telah mendesak umat Islam untuk menunda rencana haji mereka sampai tahun depan karena risiko terinfeksi Covid-19.

Ibadah haji merupakan ibadah wajib bagi Muslim yang mampu secara fisik maupun finanasial setidaknya sekali seumur hidup. Namun, pelaksanaan haji berpotensi menjadi sumber penularan potensial yang besar karena jutaan jamaah akan berkumpul di situs-situs suci keagamaan yang padat.

Namun, setiap keputusan untuk membatasi atau membatalkan ibadah tersebut berisiko mengusik kelompok Muslim garis keras yang bagi mereka agama mengalahkan masalah kesehatan.

Serangkaian tragedi mematikan selama bertahun-tahun, termasuk tragedi tahun 2015 yang menewaskan 2.300 jamaah haji, telah memicu kritik terhadap manajemen haji Kerajaan Arab Saudi.

"Arab Saudi terperangkap di antara iblis dan laut biru yang dalam," kata Umar Karim, seorang pakar di Royal United Services Institute di London, kepada AFP.

"Keterlambatan mengumumkan keputusannya menunjukkan pihaknya memahami konsekuensi politik dari membatalkan haji atau mengurangi skalanya," ujarnya.

Di tengah penangguhan penerbangan internasional yang sedang berlangsung, kemungkinan berkurangnya haji dengan hanya penduduk lokal adalah skenario yang mungkin terjadi.

Keputusan untuk membatalkan haji akan menjadi yang pertama sejak kerajaan itu didirikan pada tahun 1932.

Arab Saudi berhasil menyelenggarakan haji selama wabah Ebola dan MERS sebelumnya.

Tetapi pihak kerajaan berjuang untuk menahan virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 di tengah lonjakan kasus yang serius sejak pihak berwenang mulai melonggarkan pembatasan nasional pada akhir Mei.

Untuk mengatasi lonjakan kasus Covid-19, pemerintah bulan ini memperketat pembatasan penguncian di kota Jeddah, pintu gerbang ke kota Makkah.

"Ibadah haji adalah perjalanan spiritual paling penting dalam kehidupan setiap Muslim, tetapi jika Arab Saudi melanjutkan dalam skenario ini, ia tidak hanya akan menekan sistem kesehatannya sendiri," kata Yasmine Farouk dari Carnegie Endowment for International Peace.

"Bisa juga secara luas bertanggung jawab untuk mengipasi pandemi," ujarnya.

Haji yang dibatalkan akan mewakili hilangnya pendapatan utama bagi kerajaan, yang sudah terseok-seok akibat pandemi Covid-19 dan anjloknya harga minyak.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1069 seconds (0.1#10.140)