Ada Militer Neo-Nazi Bernama Batalion Azov di Ukraina, tapi Barat Bungkam
loading...
A
A
A
KIEV - Ada unit militer neo-Nazi di Ukraina bernama Batalion Azov. Meski keberadaan unit militer dengan ideologi berbahaya ini sudah lama, namun pemerintah Kiev dan negara-negara Barat tutup mulut.
Facebook baru-baru ini memungkinkan miliaran penggunanya untuk memuji Batalion Azov. Namun, raksasa media sosial itu akhirnya melarang diskusi tentang unit itu di platform-nya secara bebas di bawah kebijakan "Dangerous Individuals and Organizations".
Pergeseran kebijakan itu dipantau The Intercept, media independen yang terkenal dengan laporan investigasinya.
Batalion Azov menjadi sorotan ketika Rusia sedang menginvasi Ukraina. Unit militer itulah yang selama ini dipersoalkan Moskow karena dianggap sebagai "arsitek genosida" warga Ukraina timur yang berbahasa Rusia, terutama di wilayah Odesa.
Batalion Azov, yang berfungsi sebagai sayap bersenjata gerakan Azov nasionalis kulit putih Ukraina yang lebih luas, dimulai sebagai milisi sukarelawan anti-Rusia sebelum secara resmi bergabung dengan Garda Nasional Ukraina pada tahun 2014.
Resimen ini dikenal dengan ultranasionalisme sayap kanan garis kerasnya dan ideologi neo-Nazi yang meresap di antara para anggotanya.
Meskipun dalam beberapa tahun terakhir telah mengecilkan simpati neo-Nazi, afinitas kelompok itu tidak halus. Faktanya, tentara Azov berbaris dan berlatih mengenakan seragam yang membawa ikon Third Reich.
Kepemimpinannya juga dilaporkan telah mendekati elemen "alt-right" dan neo-Nazi Amerika.
Pada tahun 2010, komandan pertama Batalion Azov yang juga mantan anggota Parlemen Ukraina, Andriy Biletsky, menyatakan bahwa tujuan nasional Ukraina adalah; "Untuk memimpin ras kulit putih dunia dalam perang salib terakhir melawan Untermenschen [subhumans] yang dipimpin Semit.”
Ketika pasukan Rusia dilaporkan bergerak cepat menyerang target-target di seluruh Ukraina, pendekatan moderasi Facebook dikritik keras karena membiarkan platoformnya menjadi tempat Batalion Azov, kelompok yang berbahaya, untuk eksis.
Facebook baru-baru ini memungkinkan miliaran penggunanya untuk memuji Batalion Azov. Namun, raksasa media sosial itu akhirnya melarang diskusi tentang unit itu di platform-nya secara bebas di bawah kebijakan "Dangerous Individuals and Organizations".
Pergeseran kebijakan itu dipantau The Intercept, media independen yang terkenal dengan laporan investigasinya.
Batalion Azov menjadi sorotan ketika Rusia sedang menginvasi Ukraina. Unit militer itulah yang selama ini dipersoalkan Moskow karena dianggap sebagai "arsitek genosida" warga Ukraina timur yang berbahasa Rusia, terutama di wilayah Odesa.
Batalion Azov, yang berfungsi sebagai sayap bersenjata gerakan Azov nasionalis kulit putih Ukraina yang lebih luas, dimulai sebagai milisi sukarelawan anti-Rusia sebelum secara resmi bergabung dengan Garda Nasional Ukraina pada tahun 2014.
Resimen ini dikenal dengan ultranasionalisme sayap kanan garis kerasnya dan ideologi neo-Nazi yang meresap di antara para anggotanya.
Meskipun dalam beberapa tahun terakhir telah mengecilkan simpati neo-Nazi, afinitas kelompok itu tidak halus. Faktanya, tentara Azov berbaris dan berlatih mengenakan seragam yang membawa ikon Third Reich.
Kepemimpinannya juga dilaporkan telah mendekati elemen "alt-right" dan neo-Nazi Amerika.
Pada tahun 2010, komandan pertama Batalion Azov yang juga mantan anggota Parlemen Ukraina, Andriy Biletsky, menyatakan bahwa tujuan nasional Ukraina adalah; "Untuk memimpin ras kulit putih dunia dalam perang salib terakhir melawan Untermenschen [subhumans] yang dipimpin Semit.”
Ketika pasukan Rusia dilaporkan bergerak cepat menyerang target-target di seluruh Ukraina, pendekatan moderasi Facebook dikritik keras karena membiarkan platoformnya menjadi tempat Batalion Azov, kelompok yang berbahaya, untuk eksis.