37 CEO Perempuan Pimpin Perusahaan Terbaik Dunia
loading...
A
A
A
Dia menjadi perempuan pertama yang memimpin UPS. Tantangan paling berat bagi UPS adalah bersaing dengan Amazon. Dengan bekal pengalaman transisi Home Depot, Tome diharapkan mampu menjadikan UPS menjadi perusahaan yang menguntungkan. "Dia (Tome) memiliki reputasi memimpin perusahaan dengan basis data. Orang menyukai cara dia menjelaskan tentang apa yang akan dialami sebuah perusahaan," kata Margaret Vitrano, manajer investasi di ClearBridge, yang memiliki USD1,3 miliar saham di UPS. "Harapan kita terletak pada CEO baru," katanya.
Selain itu, Codie Barry yang memimpin Best Buy, Safra A Catz menjadi CEO Oracle, General Dynamics dipimpin Phebe N Novakovic, CEO Progressive yakni Susan Patricia Griffith, hingga CEO Northrop Grumman Kathy J Warden. Kemudian, CEO Duke Energy Lynn J Good, Vicki A Hollub yang memimpin Occidental Petroleum, hingga CEO Rite Aid Heyward R Donigan. (Lihat Videonya: Guru Kesenian Lakukan Tindakan Asusila dengan Modus Foto Model)
Apa yang memicu perempuan menjadi CEO? Tentu bukan karena faktor kesetaraan gender semata. Fortune melaporkan, sejumlah perusahaan Fortune 500 memiliki CEO perempuan karena faktor kepemimpinan mereka yang mampu mengangkat perusahaan bangkit dari keterpurukan dan mampu bersaing di era yang penuh kompetisi ini.
Faktor eksistensi perusahaan di tengah pandemi juga menjadi hal penting dengan memercayakan perempuan sebagai CEO. “Carol Tome, eksekutif Home Depot dalam waktu lama akan menjalankan CEO UPS. Heyward Donigan, eksekutif di perusahaan kesehatan menjadi CEO Rite Aid pada Agustus 2019 lalu. Mereka akan berjuang di tengah tekanan pandemi korona,” kata Emma Hinchliffe, editor majalah Fortune.
Tiga Perempuan Bukan Kulit Putih
Uniknya dari 37 CEO perempuan hanya tiga yang bukan kulit putih yakni Sonia Syngal yang memimpin Gap Inc, Lisa Su memimpin Advanced Micro Devices dan Yum China sebagai CEO Joey Wat. Sayangnya, tidak ada satu pun perempuan kulit hitam yang memimpin 500 perusahaan terbaik di dunia. Tahun lalu Mary Winston, CEO Bed, Bath and Beyond, menjadi satu-satunya perempuan kulit hitam yang memimpin perusahaan Fortune 500, tetapi digantikan oleh orang lain. Kemudian, tidak ada juga perempuan keturunan Latin yang menduduki posisi bergengsi tersebut.
Khusus Sonia Syngal, yang menjadi CEO Gap sejak Maret 2020, pernah bekerja selama 10 tahun di Sun Microsystem dan enam tahun di Ford Motor Co. Dia pernah menjadi sebagai CEO di Old Navy yang menjadi salah satu tempat kerja paling difavoritkan pada 2016-2018. Sebelum bergabung dengan Gap, perempuan kelahiran India itu memiliki kekayaan bersih mencapai USD9,09 juta.
Lisa Su merupakan perempuan kelahiran Taiwan yang pernah bekerja di berbagai sektor industri teknologi, dari Texas Instrument, IBM, hingga Freescale Semiconductor. Dia ditunjuk sebagai CEO Advanced Micro Devices sejak 2012. Dia juga pernah dinobatkan sebagai Executive of the Year oleh EE Times pada 2014 dam World's Greatest Leaders pada 2017 oleh Fortune. (Lihat Fotonya: Terimbas Pandemi Covid-19, Biaya Logistik Semakin Tinggi)
Joey Wat merupakan CEO Yum China yang pernah menghabiskan bertahun-tahun di bisnis konsultan manajemen. Perempuan kelahiran Provinsi Fujian, China, itu pindah ke Hong Kong bersama keluarganya.
"Wat pernah disebut sebagai ”Top 50 Most Influential Business Leaders in China” dan salah satu tokoh dalam ”25 Most Powerful Women in Business in China” oleh majalah Fortune edisi China pada 2017 dan 2018. (Andika H Mustaqim)
Selain itu, Codie Barry yang memimpin Best Buy, Safra A Catz menjadi CEO Oracle, General Dynamics dipimpin Phebe N Novakovic, CEO Progressive yakni Susan Patricia Griffith, hingga CEO Northrop Grumman Kathy J Warden. Kemudian, CEO Duke Energy Lynn J Good, Vicki A Hollub yang memimpin Occidental Petroleum, hingga CEO Rite Aid Heyward R Donigan. (Lihat Videonya: Guru Kesenian Lakukan Tindakan Asusila dengan Modus Foto Model)
Apa yang memicu perempuan menjadi CEO? Tentu bukan karena faktor kesetaraan gender semata. Fortune melaporkan, sejumlah perusahaan Fortune 500 memiliki CEO perempuan karena faktor kepemimpinan mereka yang mampu mengangkat perusahaan bangkit dari keterpurukan dan mampu bersaing di era yang penuh kompetisi ini.
Faktor eksistensi perusahaan di tengah pandemi juga menjadi hal penting dengan memercayakan perempuan sebagai CEO. “Carol Tome, eksekutif Home Depot dalam waktu lama akan menjalankan CEO UPS. Heyward Donigan, eksekutif di perusahaan kesehatan menjadi CEO Rite Aid pada Agustus 2019 lalu. Mereka akan berjuang di tengah tekanan pandemi korona,” kata Emma Hinchliffe, editor majalah Fortune.
Tiga Perempuan Bukan Kulit Putih
Uniknya dari 37 CEO perempuan hanya tiga yang bukan kulit putih yakni Sonia Syngal yang memimpin Gap Inc, Lisa Su memimpin Advanced Micro Devices dan Yum China sebagai CEO Joey Wat. Sayangnya, tidak ada satu pun perempuan kulit hitam yang memimpin 500 perusahaan terbaik di dunia. Tahun lalu Mary Winston, CEO Bed, Bath and Beyond, menjadi satu-satunya perempuan kulit hitam yang memimpin perusahaan Fortune 500, tetapi digantikan oleh orang lain. Kemudian, tidak ada juga perempuan keturunan Latin yang menduduki posisi bergengsi tersebut.
Khusus Sonia Syngal, yang menjadi CEO Gap sejak Maret 2020, pernah bekerja selama 10 tahun di Sun Microsystem dan enam tahun di Ford Motor Co. Dia pernah menjadi sebagai CEO di Old Navy yang menjadi salah satu tempat kerja paling difavoritkan pada 2016-2018. Sebelum bergabung dengan Gap, perempuan kelahiran India itu memiliki kekayaan bersih mencapai USD9,09 juta.
Lisa Su merupakan perempuan kelahiran Taiwan yang pernah bekerja di berbagai sektor industri teknologi, dari Texas Instrument, IBM, hingga Freescale Semiconductor. Dia ditunjuk sebagai CEO Advanced Micro Devices sejak 2012. Dia juga pernah dinobatkan sebagai Executive of the Year oleh EE Times pada 2014 dam World's Greatest Leaders pada 2017 oleh Fortune. (Lihat Fotonya: Terimbas Pandemi Covid-19, Biaya Logistik Semakin Tinggi)
Joey Wat merupakan CEO Yum China yang pernah menghabiskan bertahun-tahun di bisnis konsultan manajemen. Perempuan kelahiran Provinsi Fujian, China, itu pindah ke Hong Kong bersama keluarganya.
"Wat pernah disebut sebagai ”Top 50 Most Influential Business Leaders in China” dan salah satu tokoh dalam ”25 Most Powerful Women in Business in China” oleh majalah Fortune edisi China pada 2017 dan 2018. (Andika H Mustaqim)