Rusia Akan Gelar Vaksinasi untuk Pengungsi dari Donbass
loading...
A
A
A
ROSTOV-ON-DON - Pihak berwenang Rusia siap untuk memvaksinasi Covid-19 pengungsi yang datang dari Donbass jika diperlukan. Penjabat Menteri Situasi Darurat Rusia, Alexander Chupriyan mengatakan kepada wartawan, Minggu (20/2/2022).
"Pihak Rusia siap melakukan vaksinasi di antara populasi yang tiba," kata Chupriyan, seperti dikutip dari TASS. Pengungsi juga akan mengikuti tes PCR setibanya di pusat akomodasi sementara.
“Telah terdeteksi kasus virus Corona yang terisolasi di antara pengungsi yang dievakuasi dari Donbass dan mereka yang menetap di pusat akomodasi sementara di wilayah Rostov,” sebut pernyataan pemerintah daerah setempat.
Situasi di sepanjang jalur kontak di Ukraina timur memburuk sejak Kamis (17/2/2022) pagi. Republik Rakyat Lugansk dan Donetsk melaporkan beberapa penembakan paling intensif oleh pasukan Ukraina dalam beberapa bulan terakhir. Penembakan itu merusak beberapa fasilitas sipil.
Pada hari Jumat, para pemimpin Republik Rakyat Lugansk dan Donetsk mengumumkan evakuasi penduduk republik ke Rusia, dengan alasan meningkatnya ancaman permusuhan.
Pemimpin Republik Rakyat Donetsk (DPR) Denis Pushilin dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) Leonid Pasechnik juga telah meminta Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui kemerdekaan mereka dari Ukraina.
Pengakuan Putin atas kemerdekaan dua republik di Donbass itu dapat semakin memanaskan konflik di Ukraina saat ini.
"Untuk menentukan kedudukan hukum internasional kami dan, sebagai akibatnya, kemungkinan perlawanan penuh terhadap agresi militer otoritas Ukraina, untuk mencegah jatuhnya korban di antara warga sipil, penghancuran infrastruktur dan perumahan, atas nama seluruh rakyat Republik Rakyat Donetsk, kami meminta Anda untuk mengakui DNR sebagai negara yang independen, demokratis, legal dan sosial," ungkap Pushilin dalam pidatonya Senin.
Para pejuang di DPR dan LPR juga meminta Rusia memberikan bantuan militer yang sangat mendesak saat ini. Para pejabat di wilayah Donetsk, Donbass, telah meminta Moskow mengirim bantuan mendesak di tengah kebuntuan yang memburuk di seluruh jalur kontak. Pasukan Kiev dan milisi separatis di dua republik saling menuduh satu sama lain melakukan penembakan artileri berat.
Pada Senin, para pejabat di Donetsk menyatakan keadaan darurat. Mereka mengatakan stasiun pompa mereka telah berhenti bekerja di tengah penembakan dan mereka tidak dapat mendistribusikan air minum.
“Sehubungan dengan serangan artileri intensif … selama beberapa hari terakhir, telah terjadi serangkaian pelanggaran terhadap operasi normal sistem pendukung kehidupan,” ungkap para pejabat. Menurut mereka, lebih dari 21.000 penduduk tanpa air bersih karena kerusakan itu.
"Pihak Rusia siap melakukan vaksinasi di antara populasi yang tiba," kata Chupriyan, seperti dikutip dari TASS. Pengungsi juga akan mengikuti tes PCR setibanya di pusat akomodasi sementara.
“Telah terdeteksi kasus virus Corona yang terisolasi di antara pengungsi yang dievakuasi dari Donbass dan mereka yang menetap di pusat akomodasi sementara di wilayah Rostov,” sebut pernyataan pemerintah daerah setempat.
Situasi di sepanjang jalur kontak di Ukraina timur memburuk sejak Kamis (17/2/2022) pagi. Republik Rakyat Lugansk dan Donetsk melaporkan beberapa penembakan paling intensif oleh pasukan Ukraina dalam beberapa bulan terakhir. Penembakan itu merusak beberapa fasilitas sipil.
Pada hari Jumat, para pemimpin Republik Rakyat Lugansk dan Donetsk mengumumkan evakuasi penduduk republik ke Rusia, dengan alasan meningkatnya ancaman permusuhan.
Pemimpin Republik Rakyat Donetsk (DPR) Denis Pushilin dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) Leonid Pasechnik juga telah meminta Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui kemerdekaan mereka dari Ukraina.
Pengakuan Putin atas kemerdekaan dua republik di Donbass itu dapat semakin memanaskan konflik di Ukraina saat ini.
"Untuk menentukan kedudukan hukum internasional kami dan, sebagai akibatnya, kemungkinan perlawanan penuh terhadap agresi militer otoritas Ukraina, untuk mencegah jatuhnya korban di antara warga sipil, penghancuran infrastruktur dan perumahan, atas nama seluruh rakyat Republik Rakyat Donetsk, kami meminta Anda untuk mengakui DNR sebagai negara yang independen, demokratis, legal dan sosial," ungkap Pushilin dalam pidatonya Senin.
Para pejuang di DPR dan LPR juga meminta Rusia memberikan bantuan militer yang sangat mendesak saat ini. Para pejabat di wilayah Donetsk, Donbass, telah meminta Moskow mengirim bantuan mendesak di tengah kebuntuan yang memburuk di seluruh jalur kontak. Pasukan Kiev dan milisi separatis di dua republik saling menuduh satu sama lain melakukan penembakan artileri berat.
Pada Senin, para pejabat di Donetsk menyatakan keadaan darurat. Mereka mengatakan stasiun pompa mereka telah berhenti bekerja di tengah penembakan dan mereka tidak dapat mendistribusikan air minum.
“Sehubungan dengan serangan artileri intensif … selama beberapa hari terakhir, telah terjadi serangkaian pelanggaran terhadap operasi normal sistem pendukung kehidupan,” ungkap para pejabat. Menurut mereka, lebih dari 21.000 penduduk tanpa air bersih karena kerusakan itu.
(esn)