Konflik Makan Korban, Tentara Ukraina Tewas di Wilayah Separatis
loading...
A
A
A
KIEV - Militer Ukraina pada Sabtu (19/2/2022) melaporkan kematian pertama tentaranya dalam beberapa minggu terakhir di wilayah yang dikuasai separatis.
Mereka menuduh pemberontak pro-Moskow meningkatkan serangan tajam yang telah melipatgandakan kekhawatiran akan invasi Rusia yang akan segera terjadi.
Komando militer gabungan untuk Ukraina timur mengatakan seorang tentara menerima luka pecahan peluru yang fatal di zona konflik yang melintasi dua wilayah separatis dekat perbatasan Rusia.
Layanan darurat Ukraina mengatakan dua stafnya terluka dalam gelombang serangan pada hari Jumat.
Angkatan Bersenjata Ukraina mengatakan pemberontak telah menggunakan mortir kaliber 82 dan 120 milimeter—yang dilarang berdasarkan kesepakatan gencatan senjata sebelumnya—di kota-kota di garis depan yang melintasi wilayah timur Lugansk dan Donetsk.
"Milisi separatis menembakkan peluru artileri ke pusat-pusat populasi dan menempatkan sistem artileri mereka di dekat rumah-rumah penduduk," kata militer Ukraina, seperti dikutip AFP.
"Dengan cara ini, musuh kami mencoba memaksa angkatan bersenjata kami untuk membalas tembakan dan kemudian menyalahkan mereka karena menembaki warga sipil," katanya.
Militer Ukraina menuduh Rusia mengarahkan serangan sekutunya.
Moskow secara resmi membantah terlibat dalam konflik tersebut dan menyebutnya sebagai urusan internal Ukraina.
Tetapi pengawas dari badan keamanan Eropa, OSCE, telah melaporkan pengiriman reguler senjata Rusia melintasi perbatasan selama perang delapan tahun di Ukraina timur.
OSCE melaporkan 870 pelanggaran gencatan senjata besar-besaran di seluruh zona konflik dalam laporan terbaru hari Jumat, yang merujuk pada insiden hari-hari sebelumnya.
“Dalam beberapa hari terakhir, Pemantauan Khusus OSCE ke Ukraina (SMM) telah mengamati peningkatan dramatis dalam aktivitas kinetik di sepanjang garis kontak di Ukraina timur,” kata OSCE dalam sebuah pernyataan.
Para pemimpin separatis menuduh angkatan bersenjata Ukraina mencoba merebut kembali dua wilayah mereka dengan paksa. Namun, Kiev membantahnya.
Para pemimpin pemberontak di Donetsk dan wilayah Lugansk yang lebih kecil pada Sabtu menyebut situasi itu "kritis" dan mengumumkan "mobilisasi umum."
Mereka menuduh pemberontak pro-Moskow meningkatkan serangan tajam yang telah melipatgandakan kekhawatiran akan invasi Rusia yang akan segera terjadi.
Komando militer gabungan untuk Ukraina timur mengatakan seorang tentara menerima luka pecahan peluru yang fatal di zona konflik yang melintasi dua wilayah separatis dekat perbatasan Rusia.
Layanan darurat Ukraina mengatakan dua stafnya terluka dalam gelombang serangan pada hari Jumat.
Angkatan Bersenjata Ukraina mengatakan pemberontak telah menggunakan mortir kaliber 82 dan 120 milimeter—yang dilarang berdasarkan kesepakatan gencatan senjata sebelumnya—di kota-kota di garis depan yang melintasi wilayah timur Lugansk dan Donetsk.
"Milisi separatis menembakkan peluru artileri ke pusat-pusat populasi dan menempatkan sistem artileri mereka di dekat rumah-rumah penduduk," kata militer Ukraina, seperti dikutip AFP.
"Dengan cara ini, musuh kami mencoba memaksa angkatan bersenjata kami untuk membalas tembakan dan kemudian menyalahkan mereka karena menembaki warga sipil," katanya.
Militer Ukraina menuduh Rusia mengarahkan serangan sekutunya.
Moskow secara resmi membantah terlibat dalam konflik tersebut dan menyebutnya sebagai urusan internal Ukraina.
Tetapi pengawas dari badan keamanan Eropa, OSCE, telah melaporkan pengiriman reguler senjata Rusia melintasi perbatasan selama perang delapan tahun di Ukraina timur.
OSCE melaporkan 870 pelanggaran gencatan senjata besar-besaran di seluruh zona konflik dalam laporan terbaru hari Jumat, yang merujuk pada insiden hari-hari sebelumnya.
“Dalam beberapa hari terakhir, Pemantauan Khusus OSCE ke Ukraina (SMM) telah mengamati peningkatan dramatis dalam aktivitas kinetik di sepanjang garis kontak di Ukraina timur,” kata OSCE dalam sebuah pernyataan.
Para pemimpin separatis menuduh angkatan bersenjata Ukraina mencoba merebut kembali dua wilayah mereka dengan paksa. Namun, Kiev membantahnya.
Para pemimpin pemberontak di Donetsk dan wilayah Lugansk yang lebih kecil pada Sabtu menyebut situasi itu "kritis" dan mengumumkan "mobilisasi umum."
(min)