Gempa Kecil Guncang Situs Nuklir Korut, Rezim Kim Jong-un Lakukan Uji Coba?
loading...
A
A
A
SEOUL - Korea Selatan (Korsel) mengatakan serangkaian gempa bumi kecil alami telah terjadi di dekat lokasi uji coba nuklir Korea Utara (Korut) yang ditutup, menyoroti ketidakstabilan geologis di daerah itu karena Pyongyang mengisyaratkan akan melanjutkan pengujian untuk pertama kalinya sejak 2017.
Menurut Administrasi Meteorologi Korea (KMA) di Seoul, setidaknya empat gempa bumi telah melanda wilayah itu dalam lima hari terakhir.
Yang terbaru adalah gempa bermagnitudo 2,5 pada Selasa (15/2/2022) pagi, yang berpusat sekitar 36 km dari Situs Uji Nuklir Punggye-ri. Sepasang gempa bermagnitudo 2,3 dilaporkan juga terjadi di daerah itu pada hari Senin dan gempa lainnya pada skala 3,1 pada hari Jumat lalu.
Punggye-ri di timur laut Korut adalah satu-satunya fasilitas yang diketahui negara itu untuk melakukan uji coba nuklir. Tes senjata terakhir yang diketahui dilakukan pada September 2017, ketika Korut meledakkan bom nuklir keenam dan terbesarnya, yang diklaim sebagai senjata termonuklir.
Dalam minggu-minggu setelah ledakan itu, para ahli menunjuk serangkaian gempa dan tanah longsor di dekat pangkalan uji coba nuklir sebagai tanda ledakan besar itu telah mengacaukan kawasan itu, yang sebelumnya tidak pernah mencatat gempa bumi alami.
Setelah satu gempa serupa pada tahun 2020, para ahli pemerintah Korsel mengatakan ledakan nuklir tampaknya telah mengubah geologi daerah itu secara permanen, sementara beberapa ahli menimbulkan kekhawatiran bahwa polusi radioaktif dapat dilepaskan jika Korut menggunakan situs itu lagi.
Pensiunan analis di Laboratorium Nasional Los Alamos Amerika Serikat, Frank Pabian mengatakan, aktivitas seismik yang disebabkan oleh uji coba nuklir bukanlah hal yang aneh, dan telah didokumentasikan di situs uji coba nuklir besar lainnya seperti Situs Uji Nevada di Amerika Serikat (AS) dan situs Semipalatinsk bekas Uni Soviet di Kazakhstan.
"Kegempaan seperti itu seharusnya tidak mencegah uji coba nuklir Punggye-ri untuk digunakan lagi di masa depan," katanya.
Menurut Administrasi Meteorologi Korea (KMA) di Seoul, setidaknya empat gempa bumi telah melanda wilayah itu dalam lima hari terakhir.
Yang terbaru adalah gempa bermagnitudo 2,5 pada Selasa (15/2/2022) pagi, yang berpusat sekitar 36 km dari Situs Uji Nuklir Punggye-ri. Sepasang gempa bermagnitudo 2,3 dilaporkan juga terjadi di daerah itu pada hari Senin dan gempa lainnya pada skala 3,1 pada hari Jumat lalu.
Punggye-ri di timur laut Korut adalah satu-satunya fasilitas yang diketahui negara itu untuk melakukan uji coba nuklir. Tes senjata terakhir yang diketahui dilakukan pada September 2017, ketika Korut meledakkan bom nuklir keenam dan terbesarnya, yang diklaim sebagai senjata termonuklir.
Dalam minggu-minggu setelah ledakan itu, para ahli menunjuk serangkaian gempa dan tanah longsor di dekat pangkalan uji coba nuklir sebagai tanda ledakan besar itu telah mengacaukan kawasan itu, yang sebelumnya tidak pernah mencatat gempa bumi alami.
Setelah satu gempa serupa pada tahun 2020, para ahli pemerintah Korsel mengatakan ledakan nuklir tampaknya telah mengubah geologi daerah itu secara permanen, sementara beberapa ahli menimbulkan kekhawatiran bahwa polusi radioaktif dapat dilepaskan jika Korut menggunakan situs itu lagi.
Pensiunan analis di Laboratorium Nasional Los Alamos Amerika Serikat, Frank Pabian mengatakan, aktivitas seismik yang disebabkan oleh uji coba nuklir bukanlah hal yang aneh, dan telah didokumentasikan di situs uji coba nuklir besar lainnya seperti Situs Uji Nevada di Amerika Serikat (AS) dan situs Semipalatinsk bekas Uni Soviet di Kazakhstan.
"Kegempaan seperti itu seharusnya tidak mencegah uji coba nuklir Punggye-ri untuk digunakan lagi di masa depan," katanya.