Finlandia Ubah Nama 'Pulau Negro' di Tengah Protes Anti Rasisme Global

Sabtu, 13 Juni 2020 - 06:31 WIB
loading...
Finlandia Ubah Nama Pulau Negro di Tengah Protes Anti Rasisme Global
Finlandia merubah nama Pulau Negro (dilingkar merah) di tengah gelombang protes anti rasisme global. Foto/Kolase/Sindonews
A A A
HELSINKI - Meskipun kurang memiliki sejarah kolonialisme atau perbudakan, Finlandia tetap memutuskan untuk ambil bagian dalam upaya anti-rasisme yang mencengkeram dunia Barat. Negara Nordik yang terletak di Eropa utara itu mengubah nama berbau "rasis" sebuah pulau kecil yang menjadi bagian wilayahnya.

Daratan di Danau Pyhaselka di timur Finlandia memiliki nama Neekerisaari - yang diterjemahkan sebagai "Pulau Negro." Ini telah ditetapkan sebagai "kasus luar biasa" oleh Lembaga Bahasa Finlandia (Kotus) yang dikelola pemerintah karena namanya "benar-benar menghina." Pasalnya, peta resmi tidak boleh berisi "ekspresi rasis."

Nama itu sekarang sedang dihapus dari peta, dan pulau itu akan ditandai dengan nama kunonya, Seppanen, seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (13/6/2020).

Meskipun namanya tidak biasa, pulau itu tidak pernah memiliki koneksi dengan orang kulit hitam. Selama beberapa dekade, seperti diakui oleh Asosiasi Jurnalis Karelia Utara, pulau itu menjadi rumah danau musim panas.

Ketua kelompok itu, Taru Vaananen mengatakan kepada saluran berita YLE bahwa nama pulau itu berasal dari istilah kuno yang diterjemahkan sebagai "jurnal negro" - rujukan ke wajah dan tangan wartawan yang sering ternoda oleh tinta.

Asosiasi tersebut telah secara resmi mendaftarkan kembali sebidang tanah dengan nama Uutiset (Berita) dan ingin badan Survei Tanah Nasional negara itu menggunakannya di peta baru. Ironisnya, Kotus-lah yang menghalangi perubahan tahun lalu, dengan alasan bahwa penduduk setempat paling mengenal daerah itu sebagai Neekerisaari.

Sejumlah negara barat telah dicekam oleh protes anti-rasisme dan anti kebrutalan polisi, yang dipicu oleh kematian warga sipil kulit hitam George Floyd di Minneapolis Amerika Serikat (AS). Di AS, protes telah dinodai oleh penjarahan, pembakaran, dan kekerasan yang meluas, sementara bangunan bersejarah dan monumen yang terkait dengan kolonialisme serta perbudakan telah di beberapa negara telah menjadi target vandalisme.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1199 seconds (0.1#10.140)