China Gempar, Viral Video Perempuan Paruh Baya Dirantai di Leher

Minggu, 06 Februari 2022 - 15:26 WIB
loading...
China Gempar, Viral Video Perempuan Paruh Baya Dirantai di Leher
China gempar, viral video perempuan paruh baya lehernya dirantai. Foto/The Guardian
A A A
BEIJING - Sebuah video yang memperlihatkan seorang perempuan paruh baya yang lehernya dirantai ke dinding gubuk membuat gempar China . Kemunculan video ini memicu pembahasan terkait perawatan orang dengan gangguan jiwa .

Diambil akhir bulan lalu di kota Xuzhou di provinsi Jiangsu timur China, rekaman itu menunjukkan perempuan tersebut dengan rantai digembok di lehernya.

Meskipun suhu dingin, pakaiannya tampak terlalu tipis untuk kondisi tersebut dan pria yang mengambil rekaman itu menawarkan mantelnya.



Pria itu kemudian menanyakan serangkaian pertanyaan yang tampaknya dia pahami tetapi ditanggapi dengan tidak jelas.

Melanjutkan rekaman, dia pindah dari gubuk dan ke halaman luar di mana dia mendekati seorang anak laki-laki, yang mengatakan kepadanya ketika ditanyai bahwa perempuan itu adalah ibunya.

“Kamu harus merawat ibumu dengan baik,” kata pria itu kepada anak laki-laki itu.

“Kami membawakan makanan untuknya setiap hari,” jawabnya sang anak seperti dikutip dari NBC News, Minggu (6/2/2022).

Rekaman asli itu kemudian diposting ke Douyin, aplikasi TikTok versi China, di mana itu dibagikan dan dikomentari secara luas. Namun kemudian video itu diturunkan.



Pada saat itu, outlet berita lokal telah mengambil cerita dan mengedarkan video, memungkinkan NBC News untuk melihatnya.

Sensor China tidak berusaha untuk menekan cerita atau video dan di situs microblogging China Weibo, utas yang membahas penyelidikan pemerintah atas kasus tersebut telah dilihat lebih dari 95 juta kali pada hari Sabtu dan menerima lebih dari 90.000 komentar.

Banyak pengguna media sosial dengan cepat mengkritik perlakuan terhadap perempuan malang tersebut.

"Saya benar-benar ingin menangis, dia jelas sakit jiwa, dia dirantai dalam cuaca dingin seperti binatang," tulis seorang pengguna Weibo Jumat lalu.

"Tatapannya ke arah kamera membuatku merasa tidak enak," tambah netizen lain.

"Kunci dan rantai, padahal tidak ada pintu rumah," tambah yang lain.



Karena banyak pengguna media sosial berspekulasi tentang apakah dia adalah korban perdagangan manusia dan jumlah anak-anak, pihak berwenang di Xuzhou mengatakan dalam sebuah pernyataan bulan lalu bahwa mereka sedang menyelidiki video tersebut.

“Tidak ada penculikan atau perdagangan manusia,” kata Komite Partai Kabupaten Fengxian, sebuah badan di wilayah itu.

Pernyataan itu mengatakan bahwa tetangga dan anggota keluarga telah melaporkan bahwa dia sering melakukan kekerasan dan memukul anak-anak dan orang tua tanpa alasan.

Perempuan itu telah didiagnosis dengan penyakit mental oleh lembaga medis terkait, katanya, seraya menambahkan bahwa dia menikah dengan suaminya pada tahun 1998.

Tanggapan itu memicu kemarahan lebih lanjut di media sosial dan banyak yang mengkritik pihak berwenang karena tidak membahas penggunaan rantai dan kesejahteraannya secara keseluruhan.

Mantan editor Global Times, sebuah surat kabar tabloid China yang didukung negara, juga ikut berkomentar.



“Tanggapan awal terlalu mendasar dan jauh dari cukup untuk menghilangkan keraguan warga, yang mengarah pada ketidakpuasan yang lebih besar,” tulis Hu Xijin di akun Weibo pribadinya.

“Wanita itu dipastikan mengalami gangguan jiwa. Apa yang membuatnya gila? Apakah pernikahan ini normal dan sah?” sambungnya.

Menyebut situasinya tidak normal dan tidak manusiawi, dia menambahkan: "Bukankah ilegal juga bagi orang yang sakit mental untuk melahirkan, memiliki begitu banyak bayi, menggunakannya sebagai alat reproduksi?"

Dalam pernyataan terpisah hari Minggu, Komite Partai Komunis China Fengxian mengatakan departemen ketertiban umum sedang menyelidiki suami dari perempuan tersebut.

Pernyataan itu menambahkan bahwa perempuan tersebut telah didiagnosis menderita skizofrenia pada 30 Januari, dan telah menerima perawatan di rumah sakit.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1412 seconds (0.1#10.140)