Tantang Ancaman AS Soal Ukraina, Rusia Punya Skenario Khusus

Senin, 17 Januari 2022 - 22:01 WIB
loading...
Tantang Ancaman AS Soal Ukraina, Rusia Punya Skenario Khusus
Mobil-mobil melintasi gedung dan menara Kremlin di Moskow, Rusia. Foto/REUTERS
A A A
MOSKOW - Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Victoria Nuland mengumumkan AS telah menyiapkan 18 skenario untuk menanggapi ancaman “agresi” Rusia atas Ukraina.

Nuland mengatakan, “Percakapan antara AS dan sekutunya adalah tentang menimbulkan rasa sakit yang sangat tajam dengan sangat cepat jika Rusia membuat langkah dalam bentuk apapun."

Rusia sedang mempertimbangkan berbagai skenarionya sendiri jika terjadi eskalasi lanjutan atas Ukraina.



Meski demikian, Kremlin mengakui punya lebih sedikit skenario daripada Wakil Menteri Luar Negeri Nuland, menurut juru bicara Kremlin Dmitri Peskov.



“Tentu saja, dalam konteks situasi saat ini, Rusia sedang memikirkan bagaimana memastikan keamanannya sendiri. Kami tahu bahwa Nuland memiliki 18 skenario,” ujar Peskov.



Peskov menjelaskan, “Kami sedang mempertimbangkan skenario yang berbeda; kami percaya bahwa seharusnya ada jauh lebih sedikit dari mereka karena rumusan pertanyaannya sangat tepat bagi kami, tidak perlu dibuat rumit, karena tidak begitu rumit. Pertanyaannya sangat langsung dan sangat spesifik."

"Kami berharap, seperti yang telah dikatakan oleh lawan bicara Amerika kami, bahwa sesuatu dapat dirumuskan secara tertulis pekan ini oleh pihak AS," ujar Peskov.

Diminta untuk mengomentari kemungkinan pengerahan rudal Rusia di Kuba atau Venezuela sebagai tanggapan atas penyebaran rudal AS di Eropa, juru bicara Kremlin mengingatkan kedaulatan negara-negara tersebut.

"Di Amerika Latin dan sebagainya: di sana kita masih berbicara tentang negara berdaulat, jangan lupakan ini," ungkap Peskov.

Wakil Menteri Luar Negeri AS Nuland mengatakan kepada Financial Times pada Sabtu (15/1/2022) bahwa Washington telah menyusun lebih dari selusin opsi yang mungkin untuk menanggapi “invasi Rusia” ke Ukraina.

Diplomat AS berpangkat tinggi itu tidak merinci dengan tepat apa opsi ini, hanya mengatakan percakapan dengan sekutunya adalah tentang, "Menimbulkan rasa sakit yang sangat tajam dengan sangat cepat terhadap Moskow.”

Ketegangan antara Rusia dan NATO terus meningkat setelah krisis Ukraina pada 2014, di mana pasukan yang didukung Barat menggulingkan pemerintah terpilih di Kiev, mendorong Krimea memisahkan diri dan bergabung kembali dengan Rusia, serta memicu konflik sipil di Ukraina timur.

Pada musim semi 2021 dan sekali lagi pada musim gugur dan musim dingin di tahun yang sama, para pejabat dan media Barat menuduh Rusia terlibat dalam pembangunan militer di perbatasan Ukraina dalam kemungkinan persiapan serangan.

Moskow telah menolak semua tuduhan itu. Rusia balik menuduh Barat meningkatkan ketegangan secara artifisial.

Rusia juga mengisyaratkan tidak akan berdiam diri jika Kiev mencoba menyelesaikan konflik sipil yang membeku di timur Ukraina dengan paksa.

Para diplomat Rusia bertemu rekan-rekan mereka dari AS dan NATO pekan lalu untuk membahas serangkaian proposal keamanan yang diajukan Moskow yang dirancang untuk meredakan ketegangan.

Proposal tersebut menyerukan kedua belah pihak untuk menahan diri dari mengerahkan pasukan, sistem rudal, pesawat terbang dan kapal perang di daerah-daerah di mana mereka dapat dianggap sebagai ancaman bagi pihak lain.

Washington dan blok Barat juga diminta menghentikan ekspansi NATO ke arah timur, dan membatalkan rencana memasukkan Ukraina atau negara lain bekas Uni Soviet ke dalam aliansi itu.

Barat juga diminta membatasi pengerahan pasukan dan senjata asing di wilayah timurnya dekat Rusia.

Kepala NATO Jens Stoltenberg telah menolak saran bahwa kebijakan “pintu terbuka” aliansi dapat dibanting oleh Rusia.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2101 seconds (0.1#10.140)