Rumah Tidak Terawat, Hakim AS Caci Maki dan Hukum Penderita Kanker
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Seorang hakim di Michigan, Amerika Serikat (AS) mempermalukan dan mendenda seorang penderita kanker karena halaman rumahnya tidak terawat. Ia bahkan mengatakan jika ada pilihan memasukan pria itu ke penjara, maka ia akan menjatuhkannya.
Burhan Chowdhury (72) seorang penderita kanker, mendapat surat panggilan sidang pada Mei 2021 karena tidak membersihkan halaman rumahnya di Hamtramck. Hal itu diungkapkan putra tunggalnya Shibbir.
Shibbir, yang berada di Bangladesh dari Mei hingga Agustus, tidak mengetahui panggilan sidang itu sampai dia kembali. Segera setelah kembali dia pun mengatur waktu hadir di pengadilan untuk sidang pada hari Senin, 10 Januari, lalu.
Selama persidangan yang dilakukan secara online, Burhan muncul bersama Shibbir di sana untuk membantu menjembatani kesenjangan bahasa karena lelaki itu tidak banyak berbicara bahasa Inggris.
Dalam persidangan itu, Hakim Distrik Alexis G. Krot mencaci maki Burhan.
"Anda seharusnya malu pada diri sendiri. Apakah kamu sudah melihat foto itu? Itu memalukan," kata Krot.
"Jika saya bisa menjatuhkan hukuman beberapa waktu dipenjara untuk ini, saya akan melakukannya," lanjut Krot. "Itu sama sekali tidak pantas," imbuhnya.
Sejak video itu viral, sejumlah netizen mengungkapkan kemarahannya atas pernyataan Kroft. Tidak diketahui apakah Kroft mendengar pernyataan yang menyebutkan Burhan menderita kanker.
Krot diangkat menjadi hakim oleh Gubernur Rick Snyder pada Agustus 2016 dan dipilih oleh rakyat Kota Hamtramck pada November 2018.
Shibbir mengatakan ayahnya menderita limfoma, kanker yang menyerang kelenjar getah beningnya dan membuat tubuhnya lemah.
Dikatakan oleh Shibbir, sebelum didiagnosis menderita kanker tiga tahun lalu, ayah dan ibunya kerap membersihkan halaman. Ketika ia berada di Bangladesh, ibunya jatuh dari tangga dan melukai punggungnya, sehingga tidak ada yang membersihkan pekarangan rumah tempat mereka tinggal.
Begitu dia kembali, Shibbir berkata dia membersihkan halaman sendiri.
"Ayah saya mencoba menjelaskan bahwa dia sakit dan menderita kanker, tetapi (dia) merasa malu," kata Shibbir.
"Kami tidak menyangka dia bisa memberi tahu kami seperti ini. Mungkin dia bisa memberi tahu kami dengan lebih hormat atau mungkin, seperti, biasanya bagaimana orang berbicara," katanya merujuk pada hakim seperti dilansir dari CNN, Sabtu (15/1/2022).
Keluarga Chowdhury telah tinggal di rumah mereka sejak 2015 dan mengatakan mereka mencintai lingkungan itu serta tidak pernah memiliki masalah apapun sampai sekarang. Hamtramck berjarak 6 mil di luar Detroit.
Shibbir mengakui keadaan pekarangan rumahnya melanggar peraturan kota dan akan membayar denda USD100 atau sekitar Rp1,4 juta.
"Saya satu-satunya anggota (keluarga) yang berpenghasilan jadi saya harus melakukan segalanya," ujarnya.
"Saya harus melakukan pekerjaan, saya harus melakukan studi, saya harus melakukan pembibitan, saya harus melakukan segalanya sehingga sangat sulit bagi saya untuk menyukai mengurus semua hal ini bersama-sama sehingga kesalahan bisa terjadi," tuturnya.
Shibbir mengira tetangganyalah yang mengajukan keluhan ke kota, tapi dia tidak yakin. Jika itu masalahnya, dia mengatakan dia berharap tetangganya akan berbicara dengannya tentang halaman itu sendiri sebelum situasi semakin tidak terkendali.
"Saya hanya ingin hal-hal ini tidak akan pernah, tidak akan pernah terjadi pada orang lain," ujarnya.
"Karena itulah yang saya rasakan seperti rasisme, tidak masalah apakah dia meminta maaf karena dia sudah melakukan apa yang dia lakukan," pungkasnya.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
Burhan Chowdhury (72) seorang penderita kanker, mendapat surat panggilan sidang pada Mei 2021 karena tidak membersihkan halaman rumahnya di Hamtramck. Hal itu diungkapkan putra tunggalnya Shibbir.
Shibbir, yang berada di Bangladesh dari Mei hingga Agustus, tidak mengetahui panggilan sidang itu sampai dia kembali. Segera setelah kembali dia pun mengatur waktu hadir di pengadilan untuk sidang pada hari Senin, 10 Januari, lalu.
Selama persidangan yang dilakukan secara online, Burhan muncul bersama Shibbir di sana untuk membantu menjembatani kesenjangan bahasa karena lelaki itu tidak banyak berbicara bahasa Inggris.
Dalam persidangan itu, Hakim Distrik Alexis G. Krot mencaci maki Burhan.
"Anda seharusnya malu pada diri sendiri. Apakah kamu sudah melihat foto itu? Itu memalukan," kata Krot.
"Jika saya bisa menjatuhkan hukuman beberapa waktu dipenjara untuk ini, saya akan melakukannya," lanjut Krot. "Itu sama sekali tidak pantas," imbuhnya.
Sejak video itu viral, sejumlah netizen mengungkapkan kemarahannya atas pernyataan Kroft. Tidak diketahui apakah Kroft mendengar pernyataan yang menyebutkan Burhan menderita kanker.
Krot diangkat menjadi hakim oleh Gubernur Rick Snyder pada Agustus 2016 dan dipilih oleh rakyat Kota Hamtramck pada November 2018.
Shibbir mengatakan ayahnya menderita limfoma, kanker yang menyerang kelenjar getah beningnya dan membuat tubuhnya lemah.
Dikatakan oleh Shibbir, sebelum didiagnosis menderita kanker tiga tahun lalu, ayah dan ibunya kerap membersihkan halaman. Ketika ia berada di Bangladesh, ibunya jatuh dari tangga dan melukai punggungnya, sehingga tidak ada yang membersihkan pekarangan rumah tempat mereka tinggal.
Begitu dia kembali, Shibbir berkata dia membersihkan halaman sendiri.
"Ayah saya mencoba menjelaskan bahwa dia sakit dan menderita kanker, tetapi (dia) merasa malu," kata Shibbir.
"Kami tidak menyangka dia bisa memberi tahu kami seperti ini. Mungkin dia bisa memberi tahu kami dengan lebih hormat atau mungkin, seperti, biasanya bagaimana orang berbicara," katanya merujuk pada hakim seperti dilansir dari CNN, Sabtu (15/1/2022).
Keluarga Chowdhury telah tinggal di rumah mereka sejak 2015 dan mengatakan mereka mencintai lingkungan itu serta tidak pernah memiliki masalah apapun sampai sekarang. Hamtramck berjarak 6 mil di luar Detroit.
Shibbir mengakui keadaan pekarangan rumahnya melanggar peraturan kota dan akan membayar denda USD100 atau sekitar Rp1,4 juta.
"Saya satu-satunya anggota (keluarga) yang berpenghasilan jadi saya harus melakukan segalanya," ujarnya.
"Saya harus melakukan pekerjaan, saya harus melakukan studi, saya harus melakukan pembibitan, saya harus melakukan segalanya sehingga sangat sulit bagi saya untuk menyukai mengurus semua hal ini bersama-sama sehingga kesalahan bisa terjadi," tuturnya.
Shibbir mengira tetangganyalah yang mengajukan keluhan ke kota, tapi dia tidak yakin. Jika itu masalahnya, dia mengatakan dia berharap tetangganya akan berbicara dengannya tentang halaman itu sendiri sebelum situasi semakin tidak terkendali.
"Saya hanya ingin hal-hal ini tidak akan pernah, tidak akan pernah terjadi pada orang lain," ujarnya.
"Karena itulah yang saya rasakan seperti rasisme, tidak masalah apakah dia meminta maaf karena dia sudah melakukan apa yang dia lakukan," pungkasnya.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(ian)