Seruan Genosida Muslim oleh Pemimpin Hindu Meresahkan, MA India Turun Tangan
loading...
A
A
A
NEW DELHI - Mahkamah Agung (MA) India melakukan intervensi soal kasus beberapa pemimpin agama Hindu menyerukan genosida terhadap umat Muslim di negara bagian Uttarakhand. Seruan yang meresahkan itu muncul dalam pertemuan tertutup bulan lalu.
Tiga hakim Mahkamah Agung pada Rabu mengatakan mereka memberi tahu pemerintah negara bagian Uttarakhand bahwa mereka akan menyelidiki kasus itu pekan depan.
Menurut pengaduan polisi negara bagian setempat, para pemimpin agama meminta umat Hindu mempersenjatai diri untuk membunuh para Muslim selama pertemuan di kota suci utara Haridwar, di Uttarakhand, pada bulan Desember.
Polisi mengatakan para petugas sudah mengintergosi para tersangka atas ujaran kebencian tersebut, tetapi tidak ada penangkapan yang dilakukan.
Video dari acara tersebut telah memicu kemarahan, mendorong aparat penegak hukum untuk bertindak.
Dalam sebuah video yang menjadi viral, seorang pembicara di pertemuan itu mengatakan kepada orang banyak bahwa orang tidak perlu khawatir masuk penjara karena membunuh Muslim.
“Bahkan jika hanya seratus dari kita menjadi tentara dan membunuh dua juta dari mereka, kita akan menang...Jika Anda berdiri dengan sikap ini saja maka Anda akan mampu melindungi 'sanatana dharma',” kata seorang pembicara wanita dalam video tersebut.
Negara bagian Uttarakhand diperintah oleh Partai Bharatiya Janata Party (BJP), partainya Perdana Menteri (PM) Narendra Modi. Sejak PM Modi naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 2014, kasus serangan terhadap Muslim dan minoritas lainnya melonjak.
Petisi yang diajukan ke Mahkamah Agung oleh pensiunan Hakim Anjana Prakash menyatakan bahwa pidato yang dibuat di jamaah pemimpin agama Hindu menimbulkan ancaman besar.
"Tidak hanya bagi persatuan dan keutuhan negara kita tetapi juga membahayakan kehidupan jutaan warga Muslim,” katanya, yang dilansir Bar&Bench, portal online untuk berita hukum India, yang dilansir Al Jazeera, Kamis (13/1/2022).
Muslim India telah menjadi sasaran diskriminasi dan penganiayaan agama di bawah pemerintahan BJP, yang menurut para kritikus bertujuan untuk meminggirkan Muslim dan membuat kembali India yang sekuler dan demokratis menjadi negara Hindu.
Presiden Jamiat Ulama-i-Hind, organisasi sosial-keagamaan Muslim terbesar di India, menuduh pemerintah menutup mata terhadap pidato kebencian terhadap komunitas Muslim.
Bulan lalu, polisi India menangkap seorang pemimpin agama Hindu, Kalicharan Maharaj, karena diduga membuat pidato yang menghina pemimpin kemerdekaan India; Mohandas Gandhi atau Mahatma Gandhi dan memuji pembunuhnya.
Gandhi ditembak mati oleh seorang ekstremis Hindu selama pertemuan doa di Ibu Kota India pada tahun 1948 karena ia menyerukan persatuan Hindu-Muslim selama pembagian anak benua India oleh penguasa kolonial Inggris pada tahun 1947 ke India dan Pakistan.
Di negara bagian Haryana di utara, yang juga diperintah oleh BJP, warga Hindu bulan lalu mencoba menghentikan umat Islam dari salat Jumat dengan meneriakkan slogan-slogan keagamaan dan mencela jamaah Muslim di hadapan keamanan polisi yang ketat.
Pada bulan November, kelompok garis keras Hindu membakar rumah mantan menteri luar negeri yang beragama Islam, Salman Khurshid, yang membandingkan jenis nasionalisme Hindu yang berkembang di bawah Modi dengan “kelompok ekstremis” seperti ISIS.
Selain itu, undang-undang anti-konversi telah diberlakukan di negara bagian Uttar Pradesh, Uttarakhand, Karnataka dan Madhya Pradesh, sementara negara bagian lain juga telah mengumumkan niat mereka untuk memperkenalkan undang-undang serupa.
Undang-undang tersebut merupakan tanggapan terhadap teori konspirasi yang menuduh pria Muslim memikat wanita Hindu ke dalam pernikahan dengan tujuan memaksa mereka masuk Islam.
Undang-undang anti-konversi juga telah diamini atas tuduhan bahwa misionaris Kristen terlibat dalam konversi orang-orang Hindu yang miskin. Banyak gereja diserang dalam beberapa bulan terakhir.
BJP dan induk ideologis sayap kanannya; Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), telah memperingatkan umat Hindu tentang konversi agama ke Islam dan Kristen, dan menyerukan tindakan untuk mencegah “ketidakseimbangan demografis” di negara berpenduduk terbesar kedua di dunia itu.
Muslim terdiri dari hampir 14 persen dari 1,4 miliar penduduk India. Hindu masih membentuk hampir 80 persen dari populasi. Sebuah studi Pew yang diterbitkan September lalu mengungkapkan semua kelompok agama telah menunjukkan penurunan tingkat kesuburan, dan komposisi agama di negara itu hampir tidak berubah sejak 1951.
Tiga hakim Mahkamah Agung pada Rabu mengatakan mereka memberi tahu pemerintah negara bagian Uttarakhand bahwa mereka akan menyelidiki kasus itu pekan depan.
Menurut pengaduan polisi negara bagian setempat, para pemimpin agama meminta umat Hindu mempersenjatai diri untuk membunuh para Muslim selama pertemuan di kota suci utara Haridwar, di Uttarakhand, pada bulan Desember.
Polisi mengatakan para petugas sudah mengintergosi para tersangka atas ujaran kebencian tersebut, tetapi tidak ada penangkapan yang dilakukan.
Video dari acara tersebut telah memicu kemarahan, mendorong aparat penegak hukum untuk bertindak.
Dalam sebuah video yang menjadi viral, seorang pembicara di pertemuan itu mengatakan kepada orang banyak bahwa orang tidak perlu khawatir masuk penjara karena membunuh Muslim.
“Bahkan jika hanya seratus dari kita menjadi tentara dan membunuh dua juta dari mereka, kita akan menang...Jika Anda berdiri dengan sikap ini saja maka Anda akan mampu melindungi 'sanatana dharma',” kata seorang pembicara wanita dalam video tersebut.
Negara bagian Uttarakhand diperintah oleh Partai Bharatiya Janata Party (BJP), partainya Perdana Menteri (PM) Narendra Modi. Sejak PM Modi naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 2014, kasus serangan terhadap Muslim dan minoritas lainnya melonjak.
Petisi yang diajukan ke Mahkamah Agung oleh pensiunan Hakim Anjana Prakash menyatakan bahwa pidato yang dibuat di jamaah pemimpin agama Hindu menimbulkan ancaman besar.
"Tidak hanya bagi persatuan dan keutuhan negara kita tetapi juga membahayakan kehidupan jutaan warga Muslim,” katanya, yang dilansir Bar&Bench, portal online untuk berita hukum India, yang dilansir Al Jazeera, Kamis (13/1/2022).
Muslim India telah menjadi sasaran diskriminasi dan penganiayaan agama di bawah pemerintahan BJP, yang menurut para kritikus bertujuan untuk meminggirkan Muslim dan membuat kembali India yang sekuler dan demokratis menjadi negara Hindu.
Presiden Jamiat Ulama-i-Hind, organisasi sosial-keagamaan Muslim terbesar di India, menuduh pemerintah menutup mata terhadap pidato kebencian terhadap komunitas Muslim.
Bulan lalu, polisi India menangkap seorang pemimpin agama Hindu, Kalicharan Maharaj, karena diduga membuat pidato yang menghina pemimpin kemerdekaan India; Mohandas Gandhi atau Mahatma Gandhi dan memuji pembunuhnya.
Gandhi ditembak mati oleh seorang ekstremis Hindu selama pertemuan doa di Ibu Kota India pada tahun 1948 karena ia menyerukan persatuan Hindu-Muslim selama pembagian anak benua India oleh penguasa kolonial Inggris pada tahun 1947 ke India dan Pakistan.
Di negara bagian Haryana di utara, yang juga diperintah oleh BJP, warga Hindu bulan lalu mencoba menghentikan umat Islam dari salat Jumat dengan meneriakkan slogan-slogan keagamaan dan mencela jamaah Muslim di hadapan keamanan polisi yang ketat.
Pada bulan November, kelompok garis keras Hindu membakar rumah mantan menteri luar negeri yang beragama Islam, Salman Khurshid, yang membandingkan jenis nasionalisme Hindu yang berkembang di bawah Modi dengan “kelompok ekstremis” seperti ISIS.
Selain itu, undang-undang anti-konversi telah diberlakukan di negara bagian Uttar Pradesh, Uttarakhand, Karnataka dan Madhya Pradesh, sementara negara bagian lain juga telah mengumumkan niat mereka untuk memperkenalkan undang-undang serupa.
Undang-undang tersebut merupakan tanggapan terhadap teori konspirasi yang menuduh pria Muslim memikat wanita Hindu ke dalam pernikahan dengan tujuan memaksa mereka masuk Islam.
Undang-undang anti-konversi juga telah diamini atas tuduhan bahwa misionaris Kristen terlibat dalam konversi orang-orang Hindu yang miskin. Banyak gereja diserang dalam beberapa bulan terakhir.
BJP dan induk ideologis sayap kanannya; Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), telah memperingatkan umat Hindu tentang konversi agama ke Islam dan Kristen, dan menyerukan tindakan untuk mencegah “ketidakseimbangan demografis” di negara berpenduduk terbesar kedua di dunia itu.
Muslim terdiri dari hampir 14 persen dari 1,4 miliar penduduk India. Hindu masih membentuk hampir 80 persen dari populasi. Sebuah studi Pew yang diterbitkan September lalu mengungkapkan semua kelompok agama telah menunjukkan penurunan tingkat kesuburan, dan komposisi agama di negara itu hampir tidak berubah sejak 1951.
(min)