Jaringan Pemeriksa Fakta Dunia Ungkap Dosa-dosa YouTube

Kamis, 13 Januari 2022 - 14:33 WIB
loading...
A A A
Sementara itu, jutaan pengguna lain menonton video dalam bahasa Yunani dan Arab yang mendorong mereka untuk memboikot vaksinasi atau mengobati infeksi COVID-19 mereka dengan obat palsu.

“Selain soal COVID-19, video YouTube telah mempromosikan pengobatan palsu untuk kanker selama bertahun-tahun,” papar surat tersebut.

Jaringan itu mengungkapkan, “Di Brasil, platform tersebut telah digunakan untuk memperkuat ujaran kebencian terhadap kelompok rentan, mencapai puluhan ribu pengguna.”

“Pemilu juga tidak aman. Di Filipina, konten palsu dengan lebih dari 2 juta penayangan yang menyangkal pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi selama tahun-tahun darurat militer digunakan untuk meningkatkan reputasi putra mendiang diktator, salah satu kandidat dalam pemilihan 2022,” papar jaringan pemeriksa fakta itu.

Menurut jaringan itu, “Di Taiwan, pemilu terakhir dirusak oleh tuduhan penipuan yang tidak berdasar. Seluruh dunia menyaksikan konsekuensi dari disinformasi ketika massa yang kejam menyerang US Capitol tahun lalu. Dari malam pemilihan presiden AS hingga lusa, video YouTube yang mendukung narasi ‘penipuan’ ditonton lebih dari 33 juta kali.”

Contohnya terlalu banyak untuk dihitung. Banyak dari video dan saluran tersebut tetap online hari ini, dan semuanya berada di bawah radar kebijakan YouTube, terutama di negara-negara yang tidak berbahasa Inggris dan Global South.

“Kami senang bahwa perusahaan telah membuat beberapa langkah untuk mencoba mengatasi masalah ini akhir-akhir ini, tetapi berdasarkan apa yang kami lihat setiap hari di platform, kami pikir upaya ini tidak berhasil, YouTube juga tidak menghasilkan data berkualitas untuk membuktikan keefektifannya,” papar pemeriksa fakta itu.

Mereka menambahkan, “Platform perusahaan Anda sejauh ini membingkai diskusi tentang disinformasi sebagai dikotomi palsu untuk menghapus atau tidak menghapus konten. Dengan melakukan ini, YouTube menghindari kemungkinan melakukan apa yang telah terbukti berhasil: pengalaman kami sebagai pemeriksa fakta bersama dengan bukti akademis memberi tahu kami bahwa memunculkan informasi yang diperiksa fakta lebih efektif daripada menghapus konten.”

“Ini juga menjaga kebebasan berekspresi sambil mengakui perlunya informasi tambahan untuk mengurangi risiko bahaya terhadap kehidupan, kesehatan, keselamatan, dan proses demokrasi,” ungkap jaringan itu.

Mereka menegaskan, mengingat sebagian besar penayangan di YouTube berasal dari algoritme rekomendasinya sendiri, YouTube juga harus memastikan bahwa YouTube tidak secara aktif mempromosikan disinformasi kepada penggunanya atau merekomendasikan konten yang berasal dari saluran yang tidak dapat diandalkan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1381 seconds (0.1#10.140)