Korea Selatan Tidak Percaya Korea Utara Uji Coba Rudal Hipersonik
loading...
A
A
A
SEOUL - Para pejabat militer Korea Selatan (Korsel) meragukan kemampuan Korea Utara (Korut) yang mengklaim telah melakukan uji coba rudal hipersonik minggu ini. Korsel mengatakan uji coba itu tampaknya mewakili kemajuan terbatas rudal balistik Pyongyang yang ada.
Pada hari Rabu, Korut meluncurkan apa yang dikatakan media pemerintahnya sebagai rudal hipersonik kedua negara itu, yang biasanya didefinisikan sebagai senjata yang setidaknya mencapai kecepatan lima kali kecepatan suara - atau sekitar 6.200 km per jam - dan dapat bermanuver di lintasan yang relatif rendah, membuatnya lebih sulit untuk dideteksi dan dicegat.
"Sementara hulu ledak rudal tampaknya mencapai kecepatan hipersonik, kemampuan itu dimiliki oleh rudal balistik lainnya dan uji coba hari Rabu tampaknya tidak menunjukkan jangkauan dan kemampuan manuver yang diklaim dalam laporan media pemerintah," kata seorang pejabat militer Korsel kepada wartawan seperti dikutip dari US News, Jumat (7/1/2022).
Korsel menilai bahwa proyektil itu terbang kurang dari 700 km yang diklaim oleh Korut dan menunjukkan kemampuan manuver "lateral" yang kurang dari yang dilaporkan, pejabat itu menambahkan.
Hulu ledak pada rudal yang diluncurkan pada hari Rabu menampilkan bentuk yang lebih kerucut daripada rudal hipersonik Korut pertama yang diklaim diuji pada bulan September lalu, yang mirip peluncur.
"Ini bukan kendaraan luncur hipersonik atau rudal jelajah hipersonik, ini adalah rudal dengan hulu ledak bergerak," kata pejabat itu tentang rudal terbaru, yang pertama kali diperlihatkan pada pameran pertahanan Pyongyang pada Oktober lalu.
Penilaian tersebut mencerminkan analis internasional yang mencatat bahwa tes tersebut tampaknya melibatkan rudal balistik berbahan bakar cair dengan Manoeuvrable Reentry Vehicle (MaRV), kemampuan yang sebelumnya dilakukan oleh negara lain termasuk Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan.
"Salah satu keberatan saya tentang pembingkaian 'hipersonik' adalah bahwa itu salah menekankan kecepatan ketika apa yang sebenarnya kita diskusikan adalah kemampuan manuver dan akurasi," kata Jeffrey Lewis, seorang peneliti rudal di Pusat Studi Nonproliferasi James Martin (CNS), di Twitter.
"Jadi, ya, glider baru (Korea Utara) hipersonik. Tapi yang lebih penting, ini adalah MaRV," cetusnya.
Sementara rudal tersebut tidak memiliki jangkauan rudal balistik antarbenua (ICBM) terbesar Korut, analis mengatakan senjata bermanuver dapat digunakan untuk menghindari pertahanan rudal.
Pada hari Jumat AS dan Jepang mengeluarkan pernyataan bersama yang berjanji untuk meningkatkan pertahanan bersama, termasuk terhadap senjata hipersonik.
Pada hari Rabu, Korut meluncurkan apa yang dikatakan media pemerintahnya sebagai rudal hipersonik kedua negara itu, yang biasanya didefinisikan sebagai senjata yang setidaknya mencapai kecepatan lima kali kecepatan suara - atau sekitar 6.200 km per jam - dan dapat bermanuver di lintasan yang relatif rendah, membuatnya lebih sulit untuk dideteksi dan dicegat.
"Sementara hulu ledak rudal tampaknya mencapai kecepatan hipersonik, kemampuan itu dimiliki oleh rudal balistik lainnya dan uji coba hari Rabu tampaknya tidak menunjukkan jangkauan dan kemampuan manuver yang diklaim dalam laporan media pemerintah," kata seorang pejabat militer Korsel kepada wartawan seperti dikutip dari US News, Jumat (7/1/2022).
Korsel menilai bahwa proyektil itu terbang kurang dari 700 km yang diklaim oleh Korut dan menunjukkan kemampuan manuver "lateral" yang kurang dari yang dilaporkan, pejabat itu menambahkan.
Hulu ledak pada rudal yang diluncurkan pada hari Rabu menampilkan bentuk yang lebih kerucut daripada rudal hipersonik Korut pertama yang diklaim diuji pada bulan September lalu, yang mirip peluncur.
"Ini bukan kendaraan luncur hipersonik atau rudal jelajah hipersonik, ini adalah rudal dengan hulu ledak bergerak," kata pejabat itu tentang rudal terbaru, yang pertama kali diperlihatkan pada pameran pertahanan Pyongyang pada Oktober lalu.
Penilaian tersebut mencerminkan analis internasional yang mencatat bahwa tes tersebut tampaknya melibatkan rudal balistik berbahan bakar cair dengan Manoeuvrable Reentry Vehicle (MaRV), kemampuan yang sebelumnya dilakukan oleh negara lain termasuk Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan.
"Salah satu keberatan saya tentang pembingkaian 'hipersonik' adalah bahwa itu salah menekankan kecepatan ketika apa yang sebenarnya kita diskusikan adalah kemampuan manuver dan akurasi," kata Jeffrey Lewis, seorang peneliti rudal di Pusat Studi Nonproliferasi James Martin (CNS), di Twitter.
"Jadi, ya, glider baru (Korea Utara) hipersonik. Tapi yang lebih penting, ini adalah MaRV," cetusnya.
Sementara rudal tersebut tidak memiliki jangkauan rudal balistik antarbenua (ICBM) terbesar Korut, analis mengatakan senjata bermanuver dapat digunakan untuk menghindari pertahanan rudal.
Pada hari Jumat AS dan Jepang mengeluarkan pernyataan bersama yang berjanji untuk meningkatkan pertahanan bersama, termasuk terhadap senjata hipersonik.
(ian)