Pakar Ragukan Klaim Rezim Kim Jong-un Uji Tembak Rudal Hipersonik
loading...
A
A
A
SEOUL - Korea Utara (Korut) mengeklaim telah menguji tembak rudal hipersonik untuk kedua kalinya pada Rabu. Namun, klaim dari rezim Kim Jong-un itu diragukan para pakar militer.
Jika klaim yang dibuat Korea Utara melalui media pemerintahnya itu benar, dan pada titik tertentu negara itu mampu menggunakan senjata hipersonik, itu bisa memiliki implikasi mendalam bagi situasi keamanan di Asia.
Tetapi setelah uji tembak rudal hipersonik yang diklaim pertama kali oleh Korea Utara pada bulan September dan yang kedua pada Rabu lalu, para analis memilih berhati-hati.
“Sebuah rudal hipersonik yang dapat mengalahkan sistem pertahanan rudal canggih adalah pengubah permainan jika hulu ledak nuklir dipasangkan dengannya,” kata Drew Thompson, mantan pejabat Departemen Pertahanan Amerika Serikat dan peneliti senior di Lee Kuan Yew School of Public Policy at the National University of Singapore.
"Itu sangat besar jika [benar klaim dari Korut]. Memiliki dan menginginkannya bukanlah hal yang sama."
Setelah klaim uji tembak rudal tersebut pada hari Rabu, Cheong Seong-chang, direktur Center for North Korean Studies di Sejong Institute—sebuah lembaga think tank swasta Korea Selatan—, mengatakan lebih banyak waktu dan penyempurnaan akan diperlukan sebelum Pyongyang dapat menurunkan senjata hipersonik.
"Korea Utara akan membutuhkan setidaknya dua atau tiga peluncuran uji lagi di masa depan untuk menyelesaikan rudal hipersoniknya," katanya.
Apa Itu Rudal Hipersonik?
Ketika mengacu pada rudal hipersonik, yang sebenarnya dibahas adalah tentang muatannya, atau apa yang naik di atas roket. Dalam hal ini muatan inilah yang disebut dengan hypersonic glide vehicle (HGV).
HGV secara teoritis dapat terbang secepat 20 kali kecepatan suara dan bisa sangat bermanuver dalam penerbangan, membuatnya hampir tidak mungkin untuk ditembak jatuh.
Laporan tentang senjata hipersonik dari hipersonik dari Union of Concerned Scientists, mengatakan seperti rudal balistik, senjata luncur hipersonik diluncurkan oleh roket tinggi ke atmosfer.
Tapi sementara hulu ledak rudal balistik sebagian besar ditenagai oleh gravitasi begitu mulai turun ke targetnya dari ketinggian 1.000 kilometer (621 mil), senjata hipersonik menyelam kembali ke Bumi lebih cepat sebelum meratakan jalur penerbangannya—terbang hanya puluhan kilometer di atas tanah.
Senjata itu kemudian menggunakan perangkat navigasi internal untuk melakukan koreksi arah dan menjaganya tetap pada sasaran saat melaju hingga 12 kali kecepatan suara.
Bisakah Klaim Korut Dipercaya?
Rezim Kim Jong-un tentu saja menguji coba rudal pada hari Rabu dan merilis gambar uji cobanya pada hari Kamis.
Pakar rudal yang telah melihat foto tersebut tidak dapat memastikan apa yang ditampilkan.
"Rudal ini membawa manuver reentry vehicle atau MaRV. Korea Utara menyebutnya sebagai 'hipersonik', yang tidak salah, tetapi hanya untuk memperjelas, itu tidak berarti itu adalah jenis senjata baru," kata Joshua Pollack , peneliti senior di Middlebury Insititue of International Studies di Calfornia, seperti dikutip CNN, Jumat (7/1/2022).
“Apakah kita mengklasifikasikan ini sebagai HGV (seperti yang ditunjukkan) atau MaRV belum dikonfirmasi,” ujar Joseph Dempsey, peneliti untuk analisis pertahanan dan militer di International Institute for Strategic Studies,.
MaRV pada dasarnya adalah hulu ledak rudal yang mengubah jalur penerbangannya setelah memasuki kembali atmosfer setelah terpisah dari roket yang meluncurkannya. Ini, kata Pollack, adalah teknologi yang telah digunakan militer Amerika Serikat (AS) selama beberapa dekade dan Korea Selatan telah menunjukkan sebelumnya.
Yang membedakan MaRV dari HGV adalah kemampuannya untuk meratakan jalur terbangnya kemudian bangkit dan menukik pada target.
Korea Utara mengklaim tes hari Rabu "menilai kinerja teknik gerakan lateral yang baru".
“Setelah terlepas setelah peluncurannya, rudal itu membuat gerakan lateral 120 km dalam jarak penerbangan hulu ledak meluncur hipersonik dari azimuth peluncuran awal ke azimuth target dan tepat mengenai target yang ditetapkan 700 km jauhnya,” kata media pemerintah Korut.
Kim Dong-yub, seorang profesor di University of North Korean Studies di Seoul, mengatakan: "Dalam istilah awam, mengatakan Korea Utara telah menguji hulu ledak yang dapat bergerak naik dan turun beberapa kali seperti pesawat layang gantung yang turun dari gunung, dan terbang ke kiri dan ke kanan...untuk jarak yang cukup jauh, tetapi tetap mencapai target dengan akurat."
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
Jika klaim yang dibuat Korea Utara melalui media pemerintahnya itu benar, dan pada titik tertentu negara itu mampu menggunakan senjata hipersonik, itu bisa memiliki implikasi mendalam bagi situasi keamanan di Asia.
Tetapi setelah uji tembak rudal hipersonik yang diklaim pertama kali oleh Korea Utara pada bulan September dan yang kedua pada Rabu lalu, para analis memilih berhati-hati.
“Sebuah rudal hipersonik yang dapat mengalahkan sistem pertahanan rudal canggih adalah pengubah permainan jika hulu ledak nuklir dipasangkan dengannya,” kata Drew Thompson, mantan pejabat Departemen Pertahanan Amerika Serikat dan peneliti senior di Lee Kuan Yew School of Public Policy at the National University of Singapore.
"Itu sangat besar jika [benar klaim dari Korut]. Memiliki dan menginginkannya bukanlah hal yang sama."
Setelah klaim uji tembak rudal tersebut pada hari Rabu, Cheong Seong-chang, direktur Center for North Korean Studies di Sejong Institute—sebuah lembaga think tank swasta Korea Selatan—, mengatakan lebih banyak waktu dan penyempurnaan akan diperlukan sebelum Pyongyang dapat menurunkan senjata hipersonik.
"Korea Utara akan membutuhkan setidaknya dua atau tiga peluncuran uji lagi di masa depan untuk menyelesaikan rudal hipersoniknya," katanya.
Apa Itu Rudal Hipersonik?
Ketika mengacu pada rudal hipersonik, yang sebenarnya dibahas adalah tentang muatannya, atau apa yang naik di atas roket. Dalam hal ini muatan inilah yang disebut dengan hypersonic glide vehicle (HGV).
HGV secara teoritis dapat terbang secepat 20 kali kecepatan suara dan bisa sangat bermanuver dalam penerbangan, membuatnya hampir tidak mungkin untuk ditembak jatuh.
Laporan tentang senjata hipersonik dari hipersonik dari Union of Concerned Scientists, mengatakan seperti rudal balistik, senjata luncur hipersonik diluncurkan oleh roket tinggi ke atmosfer.
Tapi sementara hulu ledak rudal balistik sebagian besar ditenagai oleh gravitasi begitu mulai turun ke targetnya dari ketinggian 1.000 kilometer (621 mil), senjata hipersonik menyelam kembali ke Bumi lebih cepat sebelum meratakan jalur penerbangannya—terbang hanya puluhan kilometer di atas tanah.
Senjata itu kemudian menggunakan perangkat navigasi internal untuk melakukan koreksi arah dan menjaganya tetap pada sasaran saat melaju hingga 12 kali kecepatan suara.
Bisakah Klaim Korut Dipercaya?
Rezim Kim Jong-un tentu saja menguji coba rudal pada hari Rabu dan merilis gambar uji cobanya pada hari Kamis.
Pakar rudal yang telah melihat foto tersebut tidak dapat memastikan apa yang ditampilkan.
"Rudal ini membawa manuver reentry vehicle atau MaRV. Korea Utara menyebutnya sebagai 'hipersonik', yang tidak salah, tetapi hanya untuk memperjelas, itu tidak berarti itu adalah jenis senjata baru," kata Joshua Pollack , peneliti senior di Middlebury Insititue of International Studies di Calfornia, seperti dikutip CNN, Jumat (7/1/2022).
“Apakah kita mengklasifikasikan ini sebagai HGV (seperti yang ditunjukkan) atau MaRV belum dikonfirmasi,” ujar Joseph Dempsey, peneliti untuk analisis pertahanan dan militer di International Institute for Strategic Studies,.
MaRV pada dasarnya adalah hulu ledak rudal yang mengubah jalur penerbangannya setelah memasuki kembali atmosfer setelah terpisah dari roket yang meluncurkannya. Ini, kata Pollack, adalah teknologi yang telah digunakan militer Amerika Serikat (AS) selama beberapa dekade dan Korea Selatan telah menunjukkan sebelumnya.
Yang membedakan MaRV dari HGV adalah kemampuannya untuk meratakan jalur terbangnya kemudian bangkit dan menukik pada target.
Korea Utara mengklaim tes hari Rabu "menilai kinerja teknik gerakan lateral yang baru".
“Setelah terlepas setelah peluncurannya, rudal itu membuat gerakan lateral 120 km dalam jarak penerbangan hulu ledak meluncur hipersonik dari azimuth peluncuran awal ke azimuth target dan tepat mengenai target yang ditetapkan 700 km jauhnya,” kata media pemerintah Korut.
Kim Dong-yub, seorang profesor di University of North Korean Studies di Seoul, mengatakan: "Dalam istilah awam, mengatakan Korea Utara telah menguji hulu ledak yang dapat bergerak naik dan turun beberapa kali seperti pesawat layang gantung yang turun dari gunung, dan terbang ke kiri dan ke kanan...untuk jarak yang cukup jauh, tetapi tetap mencapai target dengan akurat."
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(min)