Iran Kaitkan 125 Orang dengan Pembunuhan Jenderal Soleimani

Senin, 03 Januari 2022 - 21:05 WIB
loading...
Iran Kaitkan 125 Orang dengan Pembunuhan Jenderal Soleimani
Komandan Pasukan Quds, Korps Garda Revolusi Islam Iran, Jenderal Qasem Soleimani (kiri). Foto/REUTERS
A A A
TEHERAN - Iran menandai peringatan tahun kedua kematian komandan Pasukan Quds, Korps Garda Revolusi Islam, Jenderal Qasem Soleimani pada Senin (3/1/2022).

Soleimani dan Wakil Komandan Pasukan Mobilisasi Populer Irak Abu Mahdi al-Muhandis tewas dalam serangan pesawat tak berawak (drone) Amerika Serikat (AS) di Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020.

“Teheran telah mengidentifikasi 125 orang, sebagian besar anggota pemerintahan Presiden AS Donald Trump, yang diduga terlibat dalam pembunuhan aksi teroris terhadap komandan anti-teror Qasem Soleimani,” ungkap Kazem Gharibabadi, wakil kepala peradilan Iran untuk urusan internasional.



“Republik Islam Iran bertekad bekerja sama dengan Irak, sebagai negara tempat kejahatan itu terjadi, untuk mengidentifikasi semua pelaku, sponsor, dan komplotan, serta membawa mereka ke pengadilan,” papar Gharibabadi, berbicara kepada televisi Iran, Minggu malam (2/1/2022).



“Pemerintah Irak telah mengajukan kasus dalam hal ini, dan kami telah berinteraksi dengan Baghdad. Jenderal Soleimani, sebagai pembawa bendera perang melawan terorisme, adalah warga negara Iran dan oleh karena itu kami akan menangani kasus ini sesuai dengan KUHP Islam (Iran),” ungkap pejabat itu.



Gharibabadi menekankan, “Jenderal Soleimani melakukan operasi non-militer pada malam kemartirannya dan pembunuhannya dapat dicirikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.”

“Tidak ada individu, institusi, negara, atau faksi politik yang terlibat dalam pembunuhan Jenderal Soleimani dapat menikmati kekebalan,” ungkap pejabat itu.

Pengadilan investigasi Baghdad mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap mantan Presiden AS Donald Trump pada Januari 2021.

Iran mengeluarkan surat perintah serupa terhadap Trump dan 35 orang lainnya pada pertengahan 2020, tetapi Interpol menolak seruan bantuan dari Iran, dengan alasan kasus tersebut dianggap bersifat "politis".

Trump telah berulang kali membual tentang "mendapatkan" Soleimani, menyebutnya "monster" dan mengatakan dengan sombong bahwa komandan anti-teror itu "lebih besar, berkali-kali" daripada mendiang Pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden.

Dalam sambutannya kepada televisi Iran, Gharibabadi menekankan bahwa komentar Trump dapat diterima sebagai bukti.

“Mantan Presiden AS Donald Trump adalah kepala mereka yang terlibat dalam memerintahkan eksekusi kejahatan teroris ini. Trump sendiri mengaku memerintahkan eksekusi aksi teroris ini dan menganggapnya sebagai kehormatan bagi dirinya sendiri. Pengakuannya dianggap sebagai dokumen yang kredibel di pengadilan internasional,” ujar pejabat itu.

Dalam perkembangan terkait, Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi mengirim surat ke Dewan Keamanan PBB yang menyerukan Amerika Serikat dan Israel untuk bertanggung jawab atas kematian Soleimani.

“Mengingat implikasi mengerikan dari tindakan teroris ini terhadap perdamaian dan keamanan internasional, Dewan Keamanan harus memenuhi tanggung jawab berdasarkan Piagamnya dan meminta Amerika Serikat dan rezim Israel untuk bertanggung jawab atas perencanaan, mendukung, dan melakukan tindakan teroris itu,” ungkap Ravanchi.

Diplomat itu menunjuk pernyataan mantan kepala intelijen militer Israel Tamir Hayman kepada media bulan lalu yang mengakui keterlibatan langsung dinas intelijen Israel dalam pembunuhan itu.

Pembunuhan Soleimani, menurut Ravanchi, menjadi “hadiah dan layanan besar bagi Negara Islam (ISIS) dan kelompok teroris lain di kawasan yang menyambut pembunuhannya.”

Rakyat Iran menandai peringatan tahun kedua kematian Soleimani pada Senin, dengan acara peringatan berlangsung di seluruh negeri dan di seluruh wilayah.

Selain menjadi tokoh publik yang banyak dipuji di kalangan elit politik Iran, Soleimani dicintai banyak orang Iran, termasuk bahkan mereka yang secara tradisional tidak mendukung sistem Republik Islam negara itu, atas upayanya selama puluhan tahun untuk memerangi ekstremisme Islam dan imperialisme Barat.

Di bawah komandonya, Pasukan Quds Garda Revolusi memerangi ISIS, al-Qaeda dan teroris lainnya di Irak dan Suriah, serta mendukung Hizbullah Lebanon selama Perang Lebanon 2006 melawan Israel.

Di tengah peringatan kematian Soleimani, Garda Revolusi telah menghibur diri dengan kekayaan Amerika Serikat yang goyah di wilayah tersebut.

Juru bicara Garda Revolusi Iran mengatakan pada Minggu bahwa, “Sama seperti Amerika meninggalkan Afghanistan dalam penghinaan, demikian juga mereka harus meninggalkan negara-negara lain di dunia, dengan penarikan itu menjadi hukuman pertama yang harus mereka derita atas kematian komandan Quds.”

Putri Soleimani, Zeinab, menggemakan sentimen ini, mengatakan kepada para peserta upacara di Bandara Internasional Baghdad pada Minggu bahwa air mata kesedihan atas kehilangan ayahnya akan segera berubah menjadi air mata kebahagiaan "karena Irak dan semua negara regional" dibebaskan dari kehadiran AS.

Anggota parlemen Irak menyetujui resolusi pada Januari 2020 yang menuntut penarikan segera semua pasukan AS dari negara itu, dengan milisi Syiah sekutu Iran melakukan serangan roket terhadap pangkalan dan konvoi logistik AS.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1224 seconds (0.1#10.140)