Israel Balas Gertak Iran: Kemampuan Kami Tak Bisa Dibayangkan!
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Iran telah menggertak dengan mengancam akan meledakkan reaktor nuklir Dimona, Israel , dengan serangan rudal balistiknya. Kini giliran rezim Zionis bersumpah akan melawan ancaman Teheran dengan klaim memiliki kemampuan yang tidak bisa dibayangkan.
Klaim itu disampaikan Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid pada hari Jumat yang disiarkan Channel 12.
Dia mengatakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) siap untuk membawa serangkaian kemampuan untuk melindungi diri dari apa yang dia sebut sebagai ancaman Iran.
"Israel memiliki kemampuan, beberapa di antaranya dunia, dan bahkan beberapa ahli di lapangan, bahkan tidak dapat membayangkannya," kata Lapid.
"Dan Israel akan melindungi dirinya dari ancaman Iran," katanya lagi, yang dilansir Sputniknews, Sabtu (1/1/2022).
Ketika ditanya tentang kemampuan Tel Aviv untuk menyerang fasilitas pengayaan uranium Iran dan apa yang digambarkan sebagai situs senjata, Lapid menyatakan bahwa Tel Aviv mampu dan siap untuk melakukan serangan tersebut.
Lapid juga mengatakan bahwa serangan Israel terhadap Teheran dapat terjadi tanpa korespondensi sebelumnya dengan Amerika Serikat (AS).
"Israel akan melakukan apa pun yang perlu dilakukan untuk melindungi keamanannya. Dan kami tidak memerlukan izin siapa pun untuk itu," kata Lapid kepada Channel 12. "Itulah yang terjadi sejak hari pertama kami mendirikan negara ini."
Dia juga menegaskan kembali bahwa sekutu Israel telah diperlihatkan informasi yang dia klaim membuktikan bahwa Iran berbohong sehubungan dengan kegiatan nuklir baru-baru ini.
Meskipun ada penolakan keras dari pemerintah Israel, yang menentang pakta kesepakatan nuklir Iran (JCPOA) 2015 yang asli, Tel Aviv akan mendukung "kesepakatan yang bagus". Rezim Zionis menganggap JCPOA 2015 sebagai kesepakatan yang salah.
Lapid sebelumnya telah menyatakan bahwa dia lebih suka AS dan penandatangan JCPOA lainnya meninggalkan pembicaraan baru daripada mencapai kesepakatan yang tidak memiliki apa yang dia sebut sebagai "pengawasan nyata" dari program nuklir Iran.
Pada Mei 2018, Presiden AS saat itu Donald Trump secara sepihak menarik AS keluar dari perjanjian JCPOA 2015 dan menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan ekonomi Iran.
Teheran kemudian merespons dengan meninggalkan komitmennya terhadap perjanjian JCPOA 2015.
Setelah Joe Biden terpilih sebagai presiden AS menggantikan Donald Trump, negosiasi untuk meninjau kembali perjanjian JCPOA 2015 dimulai kembali pada bulan April tetapi terhenti pada bulan Juni, ketika Ebrahim Raisi terpilih sebagai presiden baru Iran.
Baru-baru ini, pembicaraan mengalami jalan buntu setelah pejabat Amerika menyimpulkan bahwa Iran "tidak serius" tentang pembicaraan yang sedang berlangsung di Wina.
Meskipun ada penundaan lagi, putaran kedelapan dari perundingan JCPOA 2015 dimulai lagi hari Senin. AS mengomunikasikan awal pekan ini bahwa kemajuan telah dibuat dalam mendefinisikan apa yang diklaimnya sebagai masalah utama yang mencegah Teheran kembali ke pakta tersebut.
Menurut Wakil Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani, hampir semua delegasi telah sepakat tentang perlunya mencabut sanksi terhadap Teheran.
Klaim itu disampaikan Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid pada hari Jumat yang disiarkan Channel 12.
Dia mengatakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) siap untuk membawa serangkaian kemampuan untuk melindungi diri dari apa yang dia sebut sebagai ancaman Iran.
"Israel memiliki kemampuan, beberapa di antaranya dunia, dan bahkan beberapa ahli di lapangan, bahkan tidak dapat membayangkannya," kata Lapid.
"Dan Israel akan melindungi dirinya dari ancaman Iran," katanya lagi, yang dilansir Sputniknews, Sabtu (1/1/2022).
Ketika ditanya tentang kemampuan Tel Aviv untuk menyerang fasilitas pengayaan uranium Iran dan apa yang digambarkan sebagai situs senjata, Lapid menyatakan bahwa Tel Aviv mampu dan siap untuk melakukan serangan tersebut.
Lapid juga mengatakan bahwa serangan Israel terhadap Teheran dapat terjadi tanpa korespondensi sebelumnya dengan Amerika Serikat (AS).
"Israel akan melakukan apa pun yang perlu dilakukan untuk melindungi keamanannya. Dan kami tidak memerlukan izin siapa pun untuk itu," kata Lapid kepada Channel 12. "Itulah yang terjadi sejak hari pertama kami mendirikan negara ini."
Dia juga menegaskan kembali bahwa sekutu Israel telah diperlihatkan informasi yang dia klaim membuktikan bahwa Iran berbohong sehubungan dengan kegiatan nuklir baru-baru ini.
Meskipun ada penolakan keras dari pemerintah Israel, yang menentang pakta kesepakatan nuklir Iran (JCPOA) 2015 yang asli, Tel Aviv akan mendukung "kesepakatan yang bagus". Rezim Zionis menganggap JCPOA 2015 sebagai kesepakatan yang salah.
Lapid sebelumnya telah menyatakan bahwa dia lebih suka AS dan penandatangan JCPOA lainnya meninggalkan pembicaraan baru daripada mencapai kesepakatan yang tidak memiliki apa yang dia sebut sebagai "pengawasan nyata" dari program nuklir Iran.
Pada Mei 2018, Presiden AS saat itu Donald Trump secara sepihak menarik AS keluar dari perjanjian JCPOA 2015 dan menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan ekonomi Iran.
Teheran kemudian merespons dengan meninggalkan komitmennya terhadap perjanjian JCPOA 2015.
Setelah Joe Biden terpilih sebagai presiden AS menggantikan Donald Trump, negosiasi untuk meninjau kembali perjanjian JCPOA 2015 dimulai kembali pada bulan April tetapi terhenti pada bulan Juni, ketika Ebrahim Raisi terpilih sebagai presiden baru Iran.
Baru-baru ini, pembicaraan mengalami jalan buntu setelah pejabat Amerika menyimpulkan bahwa Iran "tidak serius" tentang pembicaraan yang sedang berlangsung di Wina.
Meskipun ada penundaan lagi, putaran kedelapan dari perundingan JCPOA 2015 dimulai lagi hari Senin. AS mengomunikasikan awal pekan ini bahwa kemajuan telah dibuat dalam mendefinisikan apa yang diklaimnya sebagai masalah utama yang mencegah Teheran kembali ke pakta tersebut.
Menurut Wakil Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani, hampir semua delegasi telah sepakat tentang perlunya mencabut sanksi terhadap Teheran.
(min)