Teka-teki Ngototnya AS Ingin Normalisasi Hubungan Indonesia dan Israel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Amerika Serikat (AS) terus mengejar agendanya untuk menormalisasikan hubungan Indonesia dengan Israel . Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken dilaporkan mengangkat kemungkinan normalisasi hubungan itu ketika melakukan pertemuan dengan para pejabat di Jakarta pekan lalu.
Ambisi Amerika ini sudah dimulai sejak pemerintahan Donald Trump dan kini dilanjutkan oleh pemerintah Joe Biden. Padahal, Indonesia sejak awal sudah menegaskan bahwa menjalin hubungan dengan Israel mustahil sebelum negara Palestina yang merdeka berdiri.
Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, menjadi target bidikan AS untuk dibawa ke dalam Kesepakatan Abraham. Arab Saudi juga menjadi target, namun sikapnya tak beda jauh dengan Indonesia.
Kesepakatan Abraham adalah perjanjian normalisasi penting yang ditandatangani antara Israel dan beberapa negara mayoritas Muslim lainnya, seperti Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan dan Maroko yang hingga saat itu tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Israel dan berusaha untuk mempertahankan status quo itu.
Pemerintahan Donald Trump mempelopori pembicaraan, yang berpuncak pada kesepakatan antara Israel dan empat negara lain.
Menurut para pejabat Israel, yang dilansir Jerusalem Post, Jumat (24/12/2021), para pejabat AS dan Israel telah membahas cara-cara untuk memperluas Kesepakatan Abraham dalam beberapa bulan terakhir dan Indonesia telah muncul dalam konteks itu.
Menurut laporan media tersebut, ketika para pejabat Israel menekankan bahwa tidak ada kesepakatan yang tercapai, telah ada kemajuan tidak resmi yang dibuat di belakang layar—selama negosiasi Kesepakatan Abraham yang asli—yakni, Indonesia meminta kesepakatan perdagangan yang ditingkatkan dengan AS sebagai imbalan untuk mengambil langkah-langkah untuk menormalkan hubungan dengan Israel seperti pembukaan penerbangan langsung dan mengeluarkan visa ke Israel.
"Kami selalu menjajaki peluang tambahan untuk normalisasi, tetapi kami akan meninggalkan diskusi itu di balik pintu tertutup sampai saat yang tepat," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price kepada Axios.
Pejabat senior AS lainnya mengatakan pemerintahan Biden bekerja dengan tenang tetapi cukup tekun untuk memperluas kesepakatan.
Ambisi Amerika ini sudah dimulai sejak pemerintahan Donald Trump dan kini dilanjutkan oleh pemerintah Joe Biden. Padahal, Indonesia sejak awal sudah menegaskan bahwa menjalin hubungan dengan Israel mustahil sebelum negara Palestina yang merdeka berdiri.
Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, menjadi target bidikan AS untuk dibawa ke dalam Kesepakatan Abraham. Arab Saudi juga menjadi target, namun sikapnya tak beda jauh dengan Indonesia.
Kesepakatan Abraham adalah perjanjian normalisasi penting yang ditandatangani antara Israel dan beberapa negara mayoritas Muslim lainnya, seperti Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan dan Maroko yang hingga saat itu tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Israel dan berusaha untuk mempertahankan status quo itu.
Pemerintahan Donald Trump mempelopori pembicaraan, yang berpuncak pada kesepakatan antara Israel dan empat negara lain.
Menurut para pejabat Israel, yang dilansir Jerusalem Post, Jumat (24/12/2021), para pejabat AS dan Israel telah membahas cara-cara untuk memperluas Kesepakatan Abraham dalam beberapa bulan terakhir dan Indonesia telah muncul dalam konteks itu.
Menurut laporan media tersebut, ketika para pejabat Israel menekankan bahwa tidak ada kesepakatan yang tercapai, telah ada kemajuan tidak resmi yang dibuat di belakang layar—selama negosiasi Kesepakatan Abraham yang asli—yakni, Indonesia meminta kesepakatan perdagangan yang ditingkatkan dengan AS sebagai imbalan untuk mengambil langkah-langkah untuk menormalkan hubungan dengan Israel seperti pembukaan penerbangan langsung dan mengeluarkan visa ke Israel.
"Kami selalu menjajaki peluang tambahan untuk normalisasi, tetapi kami akan meninggalkan diskusi itu di balik pintu tertutup sampai saat yang tepat," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price kepada Axios.
Pejabat senior AS lainnya mengatakan pemerintahan Biden bekerja dengan tenang tetapi cukup tekun untuk memperluas kesepakatan.