Pensiunan Jenderal India: Seruan Bunuh Muslim Mengancam Keamanan Nasional

Kamis, 23 Desember 2021 - 19:58 WIB
loading...
Pensiunan Jenderal India: Seruan Bunuh Muslim Mengancam Keamanan Nasional
Pensiunan jenderal India mengecam seruan bunuh Muslim yang diserukan seorang pendeta Hindu radikal. Foto/Ilustrasi/SCMP
A A A
NEW DELHI - Seorang mantan petinggi pertahanan India telah bergabung dengan seruan menuntut tindakan hukum terhadap pihak penyelenggara acara keagamaan Hindu yang diadakan minggu lalu. Dalam kegiatan tersebut, beberapa pembicara dilaporkan mengeluaran seruaan untuk membunuh Muslim .

Mantan kepala Angkatan Laut India, Laksaman Arun Prakash, dan pensiunan Jenderal Ved Prakash, yang sebelumnya memimpin Angkatan Darat India, mengecam kegiatan tersebut di Twitter.

Mereka mengkritik karena menciptakan celah di negara itu dan melemahkan “keamanan nasional” pada saat negara Asia Selatan tersebut terlibat dalam ketegangan di perbatasan timurnya dengan China serta perbatasan baratnya dengan Pakistan.

India dan China telah terlibat dalam pertikaian militer di perbatasan timur Ladakh selama hampir satu setengah tahun. Kebuntuan militer yang mematikan tetap belum terselesaikan meskipun ada 13 putaran pembicaraan tingkat komandan militer dan beberapa putaran diskusi resmi, termasuk pertemuan antara menteri luar negeri.

Seruan oleh para veteran pertahanan untuk menghentikan “penjualan kebencian” telah didukung oleh pengamat keamanan nasional terkemuka lainnya juga.



Sanjaya Baru, yang menjabat sebagai penasihat mantan Perdana Menteri India Manmohan Singh, telah memperingatkan bahwa peringatan mantan panglima Angkatan Darat dan Angkatan Laut layak mendapat perhatian di tingkat pemerintahan tertinggi.

Mantan Duta Besar India Preet Malik setuju dengan keprihatinan yang dikemukakan oleh mantan kepala Angkatan Darat dan Angkatan Laut.

"Anda tidak dapat menempatkan minoritas India dalam situasi yang sulit. Mereka merupakan proporsi yang signifikan dari populasi. Jika kita terus menantang mereka dengan pernyataan seperti itu (seperti yang dibuat di Haridwar), mungkin ada reaksi," jelasnya.

"Ini tentu bukan waktu yang tepat untuk perselisihan di antara penduduk kita", kata Malik.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1098 seconds (0.1#10.140)