Cerai dengan Inggris, Barbados Berubah jadi Negara Republik

Minggu, 28 November 2021 - 17:36 WIB
loading...
Cerai dengan Inggris, Barbados Berubah jadi Negara Republik
Pangeran Charles dari Inggris menyapa PM Barbados Mia Amor Mottley jelang pertemuan bilateral mereka di sela-sela Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow, Skotlandia, 1 November lalu. Foto/Reuters
A A A
BRIDGETOWN - Barbados akan memutuskan hubungannya dengan monarki Inggris . Terkenal dengan karena pantai dan kecintaannya pada kriket, Barbados minggu ini akan menggantikan kepala negaranya, Ratu Elizabeth II , dengan wakilnya saat ini Gubernur Jenderal Sandra Mason.

Upacara yang dihelat pada Senin malam hingga Selasa akan mencakup parade militer dan perayaan pelantikan Mason sebagai presiden dengan disaksikan oleh pewaris takhta Inggris, Pangeran Charles .

Untuk dikethaui, pada bulan Oktober, Barbados telah memilih Mason menjadi presiden pertamanya. Pemilihan ini bertepatan dengan satu tahun setelah Perdana Menter Mia Mottley menyatakan bahwa negara itu akan sepenuhnya meninggalkan masa lalu kolonialnya.



Namun perubahan ini memicu perdebatan di antara populasi 285.000 yang selama berabad-abad berada di bawah pengaruh Inggris, termasuk lebih dari 200 tahun perbudakan hingga 1834, sebelumnya akhirnya merdeka pada 1966.

"Sebagai seorang gadis muda, ketika saya mendengar tentang ratu, saya akan sangat senang," kata Sharon Bellamy-Thompson (50) seorang penjual ikan di ibu kota Bridgetown yang ingat saat berusia sekitar delapan tahun dan melihat raja dalam sebuah kunjungan.

"Seiring bertambahnya usia, saya mulai bertanya-tanya apa arti ratu ini bagi saya dan bangsa saya. Itu tidak masuk akal," katanya. "Memiliki presiden wanita Barbados akan luar biasa," imbuhnya.

Bagi aktivis muda seperti Firhaana Bulbulia, pendiri Asosiasi Muslim Barbados, kolonialisme dan perbudakan Inggris berada di balik ketidaksetaraan modern di pulau itu.

"Kesenjangan kekayaan, kemampuan untuk memiliki tanah, dan bahkan akses ke pinjaman dari bank, semuanya berkaitan dengan struktur yang dibangun di bawah kekuasaan Inggris," ujar Bulbulia (26).

"Rantai (perbudakan) sebenarnya telah putus dan kami tidak lagi memakainya, tetapi rantai mental terus bertahan dalam pola pikir kami," ia menambahkan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1959 seconds (0.1#10.140)