Prancis Berhasil Habisi Pemimpin Al-Qaeda Afrika Utara
loading...
A
A
A
BAMAKO - Prancis mengatakan telah membunuh pemimpin al-Qaeda di Afrika utara, Abdelmalek Droukdel, dalam sebuah operasi di Mali.
Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly mengatakan, Droukdel bersama dengan anggota lingkaran dalamnya telah tewas di utara negara itu pada hari Rabu lalu.
Pasukan Perancis juga telah menangkap seorang komandan kelompok Negara Islam (IS dulu ISIS) senior di Mali dalam sebuah operasi pada bulan Mei.
"Operasi yang berani telah memberikan pukulan telak kepada kelompok-kelompok teroris," katanya seperti dikutip dari BBC, Sabtu (6/6/2020).
"Pasukan kami, bekerja sama dengan mitra mereka di Sahel, akan terus memburu mereka tanpa henti," katanya.
Sebagai kepala al-Qaeda in Islamic Maghreb (AQIM), Droukdel bertanggung jawab atas semua afiliasi di Afrika utara dan juga memimpin afiliasi al-Qaeda di wilayah Sahel, Jamaat Nusrat al-Islam wal-Muslimin (JNIM).
Di bawah kepemimpinannya AQIM melakukan banyak serangan mematikan, termasuk serangan pada tahun 2016 di sebuah hotel di Ibu Kota Burkina Faso, Ouagadougou, yang menewaskan 30 orang dan 150 lainnya luka-luka.
Pada 2012 dia dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan di Aljazair dalam persidangan in absentia karena pembunuhan, keanggotaan organisasi teroris dan serangan menggunakan bahan peledak.
Ia juga terkait dengan tiga serangan bom di ibukota Aljazair pada April 2007 yang menewaskan 22 orang dan melukai lebih dari 200 lainnya.
Jihadis veteran Aljazair ini adalah salah satu komandan paling terkenal di wilayah Afrika-Sahara utara, melakukan kampanye kekerasan pertama di Aljazair kemudian melawan pasukan Prancis dan pasukan lainnya di Mali.
Menurut Dewan Keamanan PBB, yang memberikan sanksi kepadanya pada 2007, Droukdel adalah seorang ahli bahan peledak yang membuat perangkat yang menewaskan ratusan warga sipil di tempat-tempat umum. Sebagai pemimpin AQIM ia berperan penting dalam penculikan warga lokal dan Barat dalam serangan sejauh Tunisia, Niger, dan Mali.
Menurut pemerintah Prancis dia juga membantu kelompok itu memperluas wilayah kegiatannya jauh ke Mali di mana dia menemui ajalnya.
Sementara itu komandan kelompok IS yang tertangkap adalah Mohamed Mrabat.
"Mohamed Mrabat seorang veteran jihad dan memiliki peran senior di Negara Islam dalam kelompok Sahara Besar (ISGS)," kata Parly.
"Dia ditangkap pada 19 Mei," tambahnya.
Pada 7 Mei IS mengungkapkan bahwa gerilyawannya terlibat dalam bentrokan sengit dengan Al-Qaeda di Mali dan Burkina Faso. Mereka menuduh JNIM menyerang posisinya, memblokir pasokan bahan bakar dan menahan pendukung IS.
ISGS dengan cepat mendirikan pijakan di negara-negara Sahel setelah mengumumkan kehadirannya pada Maret tahun lalu.
Kelompok-kelompok jihad biasanya dengan cepat mengumumkan pengganti pemimpin yang terbunuh atau ditangkap, tetapi di Afrika utara ada tanda-tanda meningkatnya ketegangan antara Al-Qaeda dan saingannya yang lebih baru, Negara Islam dan afiliasinya.
Ribuan tentara Prancis telah dikerahkan di Mali sejak 2013.
Prancis terlibat setelah militan Islam menguasai bagian utara. Dengan bantuan Prancis, tentara Mali telah merebut kembali wilayah itu, tetapi rasa tidak aman terus berlanjut dan kekerasan telah menyebar ke negara-negara tetangga.
Lebih dari 5.000 tentara Prancis telah bertugas sebagai bagian dari Operasi Barkhane untuk mendukung pasukan Mali, Mauritania, Niger, Burkina Faso, dan Chad.
Namun mereka menghadapi pemberontakan yang terus meningkat oleh kelompok-kelompok jihadis, yang telah secara signifikan meningkatkan serangan mereka di negara-negara Sahel sejak tahun lalu.
Lihat Juga: Siapa Georges Abdallah? Ikon Perjuangan Lebanon yang Dibebaskan setelah Dipenjara 40 Tahun di Prancis
Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly mengatakan, Droukdel bersama dengan anggota lingkaran dalamnya telah tewas di utara negara itu pada hari Rabu lalu.
Pasukan Perancis juga telah menangkap seorang komandan kelompok Negara Islam (IS dulu ISIS) senior di Mali dalam sebuah operasi pada bulan Mei.
"Operasi yang berani telah memberikan pukulan telak kepada kelompok-kelompok teroris," katanya seperti dikutip dari BBC, Sabtu (6/6/2020).
"Pasukan kami, bekerja sama dengan mitra mereka di Sahel, akan terus memburu mereka tanpa henti," katanya.
Sebagai kepala al-Qaeda in Islamic Maghreb (AQIM), Droukdel bertanggung jawab atas semua afiliasi di Afrika utara dan juga memimpin afiliasi al-Qaeda di wilayah Sahel, Jamaat Nusrat al-Islam wal-Muslimin (JNIM).
Di bawah kepemimpinannya AQIM melakukan banyak serangan mematikan, termasuk serangan pada tahun 2016 di sebuah hotel di Ibu Kota Burkina Faso, Ouagadougou, yang menewaskan 30 orang dan 150 lainnya luka-luka.
Pada 2012 dia dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan di Aljazair dalam persidangan in absentia karena pembunuhan, keanggotaan organisasi teroris dan serangan menggunakan bahan peledak.
Ia juga terkait dengan tiga serangan bom di ibukota Aljazair pada April 2007 yang menewaskan 22 orang dan melukai lebih dari 200 lainnya.
Jihadis veteran Aljazair ini adalah salah satu komandan paling terkenal di wilayah Afrika-Sahara utara, melakukan kampanye kekerasan pertama di Aljazair kemudian melawan pasukan Prancis dan pasukan lainnya di Mali.
Menurut Dewan Keamanan PBB, yang memberikan sanksi kepadanya pada 2007, Droukdel adalah seorang ahli bahan peledak yang membuat perangkat yang menewaskan ratusan warga sipil di tempat-tempat umum. Sebagai pemimpin AQIM ia berperan penting dalam penculikan warga lokal dan Barat dalam serangan sejauh Tunisia, Niger, dan Mali.
Menurut pemerintah Prancis dia juga membantu kelompok itu memperluas wilayah kegiatannya jauh ke Mali di mana dia menemui ajalnya.
Sementara itu komandan kelompok IS yang tertangkap adalah Mohamed Mrabat.
"Mohamed Mrabat seorang veteran jihad dan memiliki peran senior di Negara Islam dalam kelompok Sahara Besar (ISGS)," kata Parly.
"Dia ditangkap pada 19 Mei," tambahnya.
Pada 7 Mei IS mengungkapkan bahwa gerilyawannya terlibat dalam bentrokan sengit dengan Al-Qaeda di Mali dan Burkina Faso. Mereka menuduh JNIM menyerang posisinya, memblokir pasokan bahan bakar dan menahan pendukung IS.
ISGS dengan cepat mendirikan pijakan di negara-negara Sahel setelah mengumumkan kehadirannya pada Maret tahun lalu.
Kelompok-kelompok jihad biasanya dengan cepat mengumumkan pengganti pemimpin yang terbunuh atau ditangkap, tetapi di Afrika utara ada tanda-tanda meningkatnya ketegangan antara Al-Qaeda dan saingannya yang lebih baru, Negara Islam dan afiliasinya.
Ribuan tentara Prancis telah dikerahkan di Mali sejak 2013.
Prancis terlibat setelah militan Islam menguasai bagian utara. Dengan bantuan Prancis, tentara Mali telah merebut kembali wilayah itu, tetapi rasa tidak aman terus berlanjut dan kekerasan telah menyebar ke negara-negara tetangga.
Lebih dari 5.000 tentara Prancis telah bertugas sebagai bagian dari Operasi Barkhane untuk mendukung pasukan Mali, Mauritania, Niger, Burkina Faso, dan Chad.
Namun mereka menghadapi pemberontakan yang terus meningkat oleh kelompok-kelompok jihadis, yang telah secara signifikan meningkatkan serangan mereka di negara-negara Sahel sejak tahun lalu.
Lihat Juga: Siapa Georges Abdallah? Ikon Perjuangan Lebanon yang Dibebaskan setelah Dipenjara 40 Tahun di Prancis
(ber)