Tegang dengan Aljazair, Maroko Ingin Beli Sistem Rudal Iron Dome Israel
loading...
A
A
A
RABAT - Kerajaan Maroko mengaku tertarik untuk membeli sistem pertahanan rudal Iron Dome Israel. Minat kerajaan itu muncul di tengah ketegangan dengan Aljazair yang semakin memanas.
Iron Dome, yang diproduksi oleh Rafael Advanced Defense Systems, dirancang untuk mencegat dan menghancurkan proyektil jarak pendek termasuk roket dan drone. "Ini akan memastikan pertahanan yang lebih baik dari dinding pasir di Sahara, tetapi juga zona sipil dan militer yang bersifat sensitif," tulis situs berita Maroko, Le Desk, dalam laporannya hari Minggu (7/11/2021) mengutip situs militer kerajaan.
Laporan itu muncul di tengah meningkatnya permusuhan antara Maroko dan Aljazair, di mana hubungan kedua negara mencapai titik terendah setelah tiga pengemudi truk Aljazair tewas dalam serangan bom pada hari Senin di daerah perbatasan antara Mauritania dan wilayah Sahara Barat yang disengketakan.
Meskipun Maroko telah membantah terlibat, pemerintah Aljazair mencurigai kerajaan itu berada di balik serangan tersebut.
Sebuah pernyataan oleh kepresidenan Aljazair mengutuk insiden itu dan memperingatkan kerajaan bahwa pembunuhan itu tidak akan dibiarkan begitu saja.
"Beberapa faktor menunjukkan pasukan pendudukan Maroko di Sahara Barat telah melakukan pembunuhan pengecut dengan persenjataan canggih ini. Agresivitas brutal ini adalah karakteristik dari kebijakan ekspansi teritorial dan teror yang diketahui," bunyi pernyataan tersebut.
Pada hari Kamis pekan lalu, surat kabar Spanyol La Razon mengungkapkan bahwa Aljazair telah mengerahkan rudal di dekat perbatasannya dengan Maroko.
Kemarin, Raja Maroko Mohamed VI menegaskan kembali klaim teritorial Rabat atas Sahara Barat, dengan mengatakan statusnya tidak dapat dinegosiasikan.
Dia membuat pernyataan selama peringatan 46 tahun Green March, sebuah demonstrasi massal dengan dukungan pemerintah yang menyaksikan 350.000 orang Maroko memasuki wilayah itu pada tahun 1975 untuk mengklaimnya dari Spanyol.
Iron Dome, yang diproduksi oleh Rafael Advanced Defense Systems, dirancang untuk mencegat dan menghancurkan proyektil jarak pendek termasuk roket dan drone. "Ini akan memastikan pertahanan yang lebih baik dari dinding pasir di Sahara, tetapi juga zona sipil dan militer yang bersifat sensitif," tulis situs berita Maroko, Le Desk, dalam laporannya hari Minggu (7/11/2021) mengutip situs militer kerajaan.
Laporan itu muncul di tengah meningkatnya permusuhan antara Maroko dan Aljazair, di mana hubungan kedua negara mencapai titik terendah setelah tiga pengemudi truk Aljazair tewas dalam serangan bom pada hari Senin di daerah perbatasan antara Mauritania dan wilayah Sahara Barat yang disengketakan.
Meskipun Maroko telah membantah terlibat, pemerintah Aljazair mencurigai kerajaan itu berada di balik serangan tersebut.
Sebuah pernyataan oleh kepresidenan Aljazair mengutuk insiden itu dan memperingatkan kerajaan bahwa pembunuhan itu tidak akan dibiarkan begitu saja.
"Beberapa faktor menunjukkan pasukan pendudukan Maroko di Sahara Barat telah melakukan pembunuhan pengecut dengan persenjataan canggih ini. Agresivitas brutal ini adalah karakteristik dari kebijakan ekspansi teritorial dan teror yang diketahui," bunyi pernyataan tersebut.
Pada hari Kamis pekan lalu, surat kabar Spanyol La Razon mengungkapkan bahwa Aljazair telah mengerahkan rudal di dekat perbatasannya dengan Maroko.
Kemarin, Raja Maroko Mohamed VI menegaskan kembali klaim teritorial Rabat atas Sahara Barat, dengan mengatakan statusnya tidak dapat dinegosiasikan.
Dia membuat pernyataan selama peringatan 46 tahun Green March, sebuah demonstrasi massal dengan dukungan pemerintah yang menyaksikan 350.000 orang Maroko memasuki wilayah itu pada tahun 1975 untuk mengklaimnya dari Spanyol.