6 Helikopter Serbu dan Jet Tempur Rusia Terlihat di Pangkalan Suriah Utara
loading...
A
A
A
DAMASKUS - Military Observer menerbitkan foto satelit yang diduga menunjukkan sejumlah helikopter dan jet tempur Rusia berada di pangkalan udara di kota Qamishli, Suriah timur laut, pada Senin (1/11/2021).
Jet tersebut diyakini sebagai pesawat tempur Su-34 atau Su-35. Military Observer merupakan saluran Telegram yang melacak operasi militer global.
Sebelumnya, Military Observer menerbitkan foto-foto helikopter tempur Mi-8AMTSh dan Ka-52 Alligator, serta pesawat tempur Su-35S dan pembom tempur Su-34 yang beroperasi di daerah tersebut.
Militer Rusia belum mengkonfirmasi informasi terbaru tentang operasinya di Suriah.
Pekan lalu, Wakil Tetap Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky memperingatkan ada bahaya eskalasi dalam konflik Suriah.
“Terlepas dari stabilisasi umum situasi militer-politik di Suriah, risiko eskalasi ketegangan masih tinggi, terutama di wilayah yang tidak dikendalikan pemerintah, di Idlib, di tepi timur Sungai Eufrat dan di al-Tanf,” papar Polyansky.
Diplomat itu menegaskan kembali posisi Rusia dalam mempromosikan “dialog intra-Suriah yang diarahkan untuk memulihkan persatuan, integritas teritorial, kedaulatan, dan kemerdekaan Suriah.”
Turki dilaporkan telah memusatkan pasukan di sepanjang perbatasan Suriah-Turki. Sumber mengatakan kepada media Suriah pekan lalu bahwa Ankara merencanakan operasi untuk menguasai dua pertiga wilayah perbatasan kedua negara.
Pada Sabtu, Damaskus mengecam keputusan Parlemen Turki memperpanjang operasi "kontraterorisme" lintas batas di Suriah selama dua tahun.
Pernyataan diplomat itu muncul di tengah laporan yang mengkhawatirkan tentang situasi di perbatasan Suriah-Turki.
Pekan lalu, sumber mengatakan kepada Kantor Berita Arab Suriah bahwa Ankara telah mengerahkan "ratusan" tentara di daerah-daerah yang mereka kuasai.
Juga pekan lalu, Bloomberg melaporkan, mengutip sumber bahwa Turki merencanakan serangan di negara itu untuk membersihkan dua pertiga dari perbatasan dengan Suriah dari milisi Kurdi.
Turki disebut berencana merebut wilayah selatan kota Kobani untuk disatukan dalam kendali Turki di sebelah barat dan timur Sungai Efrat.
Kamis lalu, sumber oposisi Suriah mengatakan kepada Sputnik bahwa militer Turki berencana melakukan dua operasi di Suriah dan formasi bersenjata yang bersekutu dengan Ankara “telah “disiagakan penuh.”
Sumber itu mengatakan operasi itu akan menargetkan daerah barat laut Idlib dan timur laut Suriah dalam operasi melawan Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi.
Sumber itu memperingatkan operasi dapat dimulai kapan saja tetapi kemungkinan besar "setelah pertemuan antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden AS Joe Biden." Pertemuan itu berlangsung Minggu di sela-sela KTT G20 di Roma.
Turki melakukan tiga operasi militer di Suriah utara antara 2016-2019, menginvasi negara itu dengan dalih menargetkan teroris Negara Islam (ISIS) dan militan Kurdi.
Dalam beberapa pekan terakhir, Erdogan memperingatkan Turki dapat meluncurkan kampanye militer baru, mengutip peningkatan serangan Kurdi terhadap pasukan Turki.
Selasa lalu, Parlemen Turki meratifikasi mosi untuk memperpanjang otorisasi meluncurkan operasi “anti-teroris” lintas batas di Suriah dan Irak utara hingga 2023.
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menuduh Rusia dan Amerika Serikat gagal memenuhi tanggung jawab mereka terhadap Turki di Suriah.
Cavosoglu menuduh AS memasok senjata ke "teroris" Kurdi dan memperingatkan Ankara akan "melakukan segala yang diperlukan untuk membersihkan daerah ini dari teroris demi keselamatan kita."
Jet tersebut diyakini sebagai pesawat tempur Su-34 atau Su-35. Military Observer merupakan saluran Telegram yang melacak operasi militer global.
Sebelumnya, Military Observer menerbitkan foto-foto helikopter tempur Mi-8AMTSh dan Ka-52 Alligator, serta pesawat tempur Su-35S dan pembom tempur Su-34 yang beroperasi di daerah tersebut.
Militer Rusia belum mengkonfirmasi informasi terbaru tentang operasinya di Suriah.
Pekan lalu, Wakil Tetap Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky memperingatkan ada bahaya eskalasi dalam konflik Suriah.
“Terlepas dari stabilisasi umum situasi militer-politik di Suriah, risiko eskalasi ketegangan masih tinggi, terutama di wilayah yang tidak dikendalikan pemerintah, di Idlib, di tepi timur Sungai Eufrat dan di al-Tanf,” papar Polyansky.
Diplomat itu menegaskan kembali posisi Rusia dalam mempromosikan “dialog intra-Suriah yang diarahkan untuk memulihkan persatuan, integritas teritorial, kedaulatan, dan kemerdekaan Suriah.”
Turki dilaporkan telah memusatkan pasukan di sepanjang perbatasan Suriah-Turki. Sumber mengatakan kepada media Suriah pekan lalu bahwa Ankara merencanakan operasi untuk menguasai dua pertiga wilayah perbatasan kedua negara.
Pada Sabtu, Damaskus mengecam keputusan Parlemen Turki memperpanjang operasi "kontraterorisme" lintas batas di Suriah selama dua tahun.
Pernyataan diplomat itu muncul di tengah laporan yang mengkhawatirkan tentang situasi di perbatasan Suriah-Turki.
Pekan lalu, sumber mengatakan kepada Kantor Berita Arab Suriah bahwa Ankara telah mengerahkan "ratusan" tentara di daerah-daerah yang mereka kuasai.
Juga pekan lalu, Bloomberg melaporkan, mengutip sumber bahwa Turki merencanakan serangan di negara itu untuk membersihkan dua pertiga dari perbatasan dengan Suriah dari milisi Kurdi.
Turki disebut berencana merebut wilayah selatan kota Kobani untuk disatukan dalam kendali Turki di sebelah barat dan timur Sungai Efrat.
Kamis lalu, sumber oposisi Suriah mengatakan kepada Sputnik bahwa militer Turki berencana melakukan dua operasi di Suriah dan formasi bersenjata yang bersekutu dengan Ankara “telah “disiagakan penuh.”
Sumber itu mengatakan operasi itu akan menargetkan daerah barat laut Idlib dan timur laut Suriah dalam operasi melawan Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi.
Sumber itu memperingatkan operasi dapat dimulai kapan saja tetapi kemungkinan besar "setelah pertemuan antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden AS Joe Biden." Pertemuan itu berlangsung Minggu di sela-sela KTT G20 di Roma.
Turki melakukan tiga operasi militer di Suriah utara antara 2016-2019, menginvasi negara itu dengan dalih menargetkan teroris Negara Islam (ISIS) dan militan Kurdi.
Dalam beberapa pekan terakhir, Erdogan memperingatkan Turki dapat meluncurkan kampanye militer baru, mengutip peningkatan serangan Kurdi terhadap pasukan Turki.
Selasa lalu, Parlemen Turki meratifikasi mosi untuk memperpanjang otorisasi meluncurkan operasi “anti-teroris” lintas batas di Suriah dan Irak utara hingga 2023.
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menuduh Rusia dan Amerika Serikat gagal memenuhi tanggung jawab mereka terhadap Turki di Suriah.
Cavosoglu menuduh AS memasok senjata ke "teroris" Kurdi dan memperingatkan Ankara akan "melakukan segala yang diperlukan untuk membersihkan daerah ini dari teroris demi keselamatan kita."
(sya)