Thailand Izinkan Turis Datang dari 60 Negara, Puluhan Ribu Pelancong Tiba

Senin, 01 November 2021 - 16:40 WIB
loading...
Thailand Izinkan Turis Datang dari 60 Negara, Puluhan Ribu Pelancong Tiba
Turis asing tiba di bandara saat Phuket mulai membuka lagi untuk para pelancong asing pada 1 Juli 2021. Foto/REUTERS
A A A
BANGKOK - Puluhan ribu pelancong diperkirakan tiba di Thailand hari ini, Senin (1/11/2021) ketika negara itu membuka lagi kedatangan untuk para turis setelah 18 bulan pembatasan Covid-19.

Turis yang divaksinasi dari 60 negara "berisiko rendah" diizinkan memasuki negara itu dan menghindari karantina hotel.

Jumlah wisatawan diperkirakan melonjak hingga 15 juta tahun depan, menghasilkan lebih dari USD30 miliar.



Namun, sebagian besar negara masih menghadapi pembatasan, dengan hanya sekitar 42% dari populasi yang divaksinasi lengkap. Thailand masih mencatat hampir 10.000 infeksi Covid setiap hari.



"Ini seperti melihat cahaya yang sangat redup di ujung terowongan. Kami tidak bisa bekerja dalam dua tahun terakhir," ungkap pemandu wisata Chaiyagorn Boonyapak kepada BBC.



Tapi dia dan rekan-rekan pemandu wisata lainnya belum dihubungi pelanggan dan perusahaan tur dan itu bisa memakan waktu satu bulan sampai tur kembali aktif dan berjalan lagi.

"Kami tidak tahu apakah (pemerintah) benar-benar dapat membuka negara dengan lancar, tetapi saya harap mereka dapat melakukannya. Kami sangat ingin kembali bekerja lagi," ujar dia.

Pandemi virus corona memukul ekonomi Thailand, yang sebelumnya menarik 40 juta wisatawan per tahun. Tahun lalu, kedatangan wisatawan turun lebih dari 80%.

Bandara yang melayani Bangkok dan Phuket termasuk di antara yang dibuka ke negara-negara termasuk Inggris, China, Jepang, Amerika Serikat (AS), dan sebagian besar Eropa.

Pemerintah Thailand memperkirakan pendapatan akan pulih ke tingkat pra-pandemi pada 2023, meskipun banyak pakar industri mengatakan penutupan perbatasan China yang sedang berlangsung akan menghambat pemulihan sektor tersebut.

Sebelum pandemi, turis dari China merupakan pelancong terbesar, dengan sekitar 12 juta pengunjung datang dari China pada 2019.

Wiwan Siriwasaeree memiliki TALES Khaosan, hostel kecil di jantung jalan wisata terkenal di Bangkok, Khaosan Road. Dia tidak optimis tentang prospek pariwisata pulih ke tingkat pra-pandemi.

"Saya berpikir apa yang akan saya lakukan jika situasi di Khoasan tidak kembali seperti dulu, saya cukup takut tentang itu,” papar dia.

"Kami khawatir setelah kami membiarkan turis masuk dan kasus baru Covid-19 melonjak lagi, apakah kami akan melakukan penguncian lagi? Saya tidak begitu yakin dengan situasinya," ujar dia.

Peeti Kulsirorat, pemilik restoran di daerah itu, juga khawatir pengunjung akan memicu lonjakan kasus. "Kemudian industri pariwisata akan disalahkan sebagai penjahat lagi. Ini akan menjadi kambing hitam seperti cara minum alkohol," ungkap dia.

Kulsirorat mengatakan pembatasan yang sedang berlangsung, termasuk ketidakmampuan menjual alkohol di sebagian besar negara, akan berdampak negatif pada liburan orang. "Pengalaman pariwisata yang lengkap harus datang dalam paket suasana dan kenyamanan,” papar dia.

"Jika mereka datang ke sini dan banyak hal dilarang dan ditutup, apa gunanya datang ke sini? Pada akhirnya akan melambat dan orang akan mulai bosan dengan semua pembatasan," ungkap dia.

Sementara itu, di pulau wisata populer Phuket, pandemi telah membuat perekonomian terhenti.

Dit, yang keluarganya memiliki lounge berjemur dan bar jus di pantai Kamala pulau itu, mengaku menghasilkan sekitar USD150 per hari pada 2019.

"Kami harus menggunakan tabungan kami, menanam sayuran dan menangkap ikan untuk bertahan hidup," papar dia.

Sekarang, setelah berbulan-bulan ditutup, kedai jus telah dibuka kembali dan menghasilkan sekitar USD30 setiap hari. "Kami tidak berharap semua kursi geladak akan langsung terisi," pungkas dia.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1188 seconds (0.1#10.140)