Baru Dibebaskan, 110 Aktivis Myanmar Ditangkap Lagi oleh Junta Militer
loading...
A
A
A
YANGON - Junta militer Myanmar menangkap kembali lebih dari 100 pengunjuk rasa anti-kudeta yang dibebaskan dalam amnesti baru-baru ini. Hal itu diungkapkan kelompok pemantau lokal yang melacak penahanan dan pembunuhan di negara itu.
Myanmar telah berada dalam kekacauan sejak kudeta Februari silam, dengan lebih dari 1.100 orang tewas dalam tindakan keras terhadap perbedaan pendapat dan lebih dari 8.000 ditangkap, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Pada awal pekan ini, junta militer membebaskan lebih dari 5.000 orang selama tiga hari festival Buddha Thadingyut. Pengumuman ini membuat keluarga aktivis yang cemas bergegas ke penjara dengan harapan dipersatukan kembali dengan orang yang mereka cintai.
Jumlah sebenarnya dari mereka yang dibebaskan di seluruh negeri sulit untuk diverifikasi, dan banyak yang dibebaskan hanya setelah menandatangani dokumen dan berjanji untuk tidak melakukan pelanggaran kembali.
Namun menurut AAPP, setidaknya 110 dari mereka yang diampuni telah ditangkap kembali, menurut AAPP. "Beberapa ditangkap kembali begitu mereka tiba di rumah," sebut pernyataan AAPP, Jumat (22/10/2021), seperti dikutip dari Straistimes.
"Beberapa orang lain diberitahu bahwa mereka ada dalam daftar yang dibebaskan. Lalu, dibawa ke pintu keluar penjara, hanya untuk dibawa kembali ke penjara dengan tuduhan tambahan," lanjut pernyataan tersebut.
Pihak berwenang Myanmar membebaskan lebih dari 2.000 pengunjuk rasa anti-kudeta dari penjara di seluruh negeri pada bulan Juni, termasuk wartawan yang kritis terhadap pemerintah militer. Mereka yang masih ditahan termasuk jurnalis Amerika Danny Fenster, yang telah ditahan sejak ditangkap pada 24 Mei.
Amnesti terbaru dikeluarkan ketika militer di bawah tekanan yang meningkat, terutama dari ASEAN. Pekan lalu, ASEAN memutuskan untuk mengecualikan pemimpin junta Min Aung Hlaing dari pertemuan puncak blok 10 negara yang akan datang karena keraguan tentang komitmennya untuk meredakan krisis berdarah.
Myanmar telah berada dalam kekacauan sejak kudeta Februari silam, dengan lebih dari 1.100 orang tewas dalam tindakan keras terhadap perbedaan pendapat dan lebih dari 8.000 ditangkap, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Pada awal pekan ini, junta militer membebaskan lebih dari 5.000 orang selama tiga hari festival Buddha Thadingyut. Pengumuman ini membuat keluarga aktivis yang cemas bergegas ke penjara dengan harapan dipersatukan kembali dengan orang yang mereka cintai.
Jumlah sebenarnya dari mereka yang dibebaskan di seluruh negeri sulit untuk diverifikasi, dan banyak yang dibebaskan hanya setelah menandatangani dokumen dan berjanji untuk tidak melakukan pelanggaran kembali.
Namun menurut AAPP, setidaknya 110 dari mereka yang diampuni telah ditangkap kembali, menurut AAPP. "Beberapa ditangkap kembali begitu mereka tiba di rumah," sebut pernyataan AAPP, Jumat (22/10/2021), seperti dikutip dari Straistimes.
"Beberapa orang lain diberitahu bahwa mereka ada dalam daftar yang dibebaskan. Lalu, dibawa ke pintu keluar penjara, hanya untuk dibawa kembali ke penjara dengan tuduhan tambahan," lanjut pernyataan tersebut.
Pihak berwenang Myanmar membebaskan lebih dari 2.000 pengunjuk rasa anti-kudeta dari penjara di seluruh negeri pada bulan Juni, termasuk wartawan yang kritis terhadap pemerintah militer. Mereka yang masih ditahan termasuk jurnalis Amerika Danny Fenster, yang telah ditahan sejak ditangkap pada 24 Mei.
Amnesti terbaru dikeluarkan ketika militer di bawah tekanan yang meningkat, terutama dari ASEAN. Pekan lalu, ASEAN memutuskan untuk mengecualikan pemimpin junta Min Aung Hlaing dari pertemuan puncak blok 10 negara yang akan datang karena keraguan tentang komitmennya untuk meredakan krisis berdarah.
(esn)