Taliban Dituduh Penggal Pemain Cantik Timnas Voli Putri Afghanistan
loading...
A
A
A
KABUL - Kelompok Taliban dituduh telah memenggal seorang wanita cantik pemain bola voli di tim nasional (timnas) putri Afghanistan . Pembunuhan mengerikan ini diungkap pelatih tim korban.
Pelatih korban yang menggunakan nama samaran Suraya Afzali karena alasan keamanan mengatakan wanita bernama Mahjabin Hakimi itu adalah salah satu pemain terbaik di Klub Bola Voli Kota Kabul. Menurutnya, dia dibunuh di ibu kota saat pasukan Taliban memburu para atlet wanita.
Afzali kepada surat kabar Independent Persian juga mengungkap bahwa foto-foto mengerikan dari potongan kepala korban sudah ramai di-posting di media sosial.
Menurut Afzali, dia dibunuh awal bulan ini. Namun, kematiannya telah ditutup-tutupi karena keluarga korban telah diancam untuk tidak berbicara.
Laporan lain dari media setempat menyatakan kematian korban terjadi sekitar pertengahan Agustus, di mana sertifikat kematiannya menunjukkan bahwa dia terbunuh pada 13 Agustus 2021 atau pada hari-hari terakhir pemberontakan Taliban sebelum merebut Kabul.
Pusat Jurnalisme Investigasi Payk mengatakan sumber-sumber mereka mengonfirmasi bahwa Hakimi dipenggal oleh kelompok Taliban di Kabul.
Kelompok Taliban yang kini memegang kendali pemerintahan Afghanistan belum berkomentar atas tuduhan telah memenanggal Hakimi.
Afzali mengatakan kepada Independent Persian bahwa dia berbicara untuk menyoroti risiko yang dihadapi pemain olahraga wanita, dengan hanya dua dari tim bola voli nasional wanita yang berhasil melarikan diri dari negara itu.
“Semua pemain tim bola voli dan atlet wanita lainnya berada dalam situasi yang buruk dan putus asa serta ketakutan,” katanya kepada surat kabar tersebut, yang dilansir Jumat (22/10/2021). "Semua orang terpaksa melarikan diri dan tinggal di tempat yang tidak diketahui."
Salah satu pemain yang melarikan diri, Zahra Fayazi, mengatakan kepada BBC bulan lalu bahwa setidaknya satu pemain tewas.
“Kami tidak ingin ini terulang untuk pemain kami yang lain,” katanya kepada penyiar dari rumah barunya di Inggris.
"Banyak pemain kami yang berasal dari provinsi diancam berkali-kali oleh kerabat mereka yang merupakan pengikut Taliban dan Taliban."
“Taliban meminta keluarga pemain kami untuk tidak mengizinkan anak perempuan mereka berolahraga, jika tidak mereka akan menghadapi kekerasan yang tidak terduga,” kata Fayazi.
“Mereka bahkan membakar peralatan olahraga mereka untuk menyelamatkan diri dan keluarga mereka. Mereka tidak ingin mereka menyimpan apa pun yang berhubungan dengan olahraga. Mereka takut,” katanya.
Rekan satu tim lain yang melarikan diri mengatakan kepada BBC bahwa semua orang terkejut ketika mereka mendengar bahwa salah satu tim mereka telah tewas.
“Saya yakin itu adalah Taliban,” kata pemain voli dengan nama samaran Sophia untuk melindungi anggota keluarganya yang masih di Afghanistan. “Mungkin kita akan kehilangan teman-teman yang lain,” katanya.
Pelatih korban yang menggunakan nama samaran Suraya Afzali karena alasan keamanan mengatakan wanita bernama Mahjabin Hakimi itu adalah salah satu pemain terbaik di Klub Bola Voli Kota Kabul. Menurutnya, dia dibunuh di ibu kota saat pasukan Taliban memburu para atlet wanita.
Afzali kepada surat kabar Independent Persian juga mengungkap bahwa foto-foto mengerikan dari potongan kepala korban sudah ramai di-posting di media sosial.
Menurut Afzali, dia dibunuh awal bulan ini. Namun, kematiannya telah ditutup-tutupi karena keluarga korban telah diancam untuk tidak berbicara.
Laporan lain dari media setempat menyatakan kematian korban terjadi sekitar pertengahan Agustus, di mana sertifikat kematiannya menunjukkan bahwa dia terbunuh pada 13 Agustus 2021 atau pada hari-hari terakhir pemberontakan Taliban sebelum merebut Kabul.
Pusat Jurnalisme Investigasi Payk mengatakan sumber-sumber mereka mengonfirmasi bahwa Hakimi dipenggal oleh kelompok Taliban di Kabul.
Kelompok Taliban yang kini memegang kendali pemerintahan Afghanistan belum berkomentar atas tuduhan telah memenanggal Hakimi.
Afzali mengatakan kepada Independent Persian bahwa dia berbicara untuk menyoroti risiko yang dihadapi pemain olahraga wanita, dengan hanya dua dari tim bola voli nasional wanita yang berhasil melarikan diri dari negara itu.
“Semua pemain tim bola voli dan atlet wanita lainnya berada dalam situasi yang buruk dan putus asa serta ketakutan,” katanya kepada surat kabar tersebut, yang dilansir Jumat (22/10/2021). "Semua orang terpaksa melarikan diri dan tinggal di tempat yang tidak diketahui."
Salah satu pemain yang melarikan diri, Zahra Fayazi, mengatakan kepada BBC bulan lalu bahwa setidaknya satu pemain tewas.
“Kami tidak ingin ini terulang untuk pemain kami yang lain,” katanya kepada penyiar dari rumah barunya di Inggris.
"Banyak pemain kami yang berasal dari provinsi diancam berkali-kali oleh kerabat mereka yang merupakan pengikut Taliban dan Taliban."
“Taliban meminta keluarga pemain kami untuk tidak mengizinkan anak perempuan mereka berolahraga, jika tidak mereka akan menghadapi kekerasan yang tidak terduga,” kata Fayazi.
“Mereka bahkan membakar peralatan olahraga mereka untuk menyelamatkan diri dan keluarga mereka. Mereka tidak ingin mereka menyimpan apa pun yang berhubungan dengan olahraga. Mereka takut,” katanya.
Rekan satu tim lain yang melarikan diri mengatakan kepada BBC bahwa semua orang terkejut ketika mereka mendengar bahwa salah satu tim mereka telah tewas.
“Saya yakin itu adalah Taliban,” kata pemain voli dengan nama samaran Sophia untuk melindungi anggota keluarganya yang masih di Afghanistan. “Mungkin kita akan kehilangan teman-teman yang lain,” katanya.
(min)