Hubungan Iran-Israel Memanas, Pemerintah Teheran Gelar Latihan Udara Nasional
loading...
A
A
A
TEHERAN - Angkatan Udara Republik Islam Iran (IRIAF) sedang bersiap memulai latihan udara nasional tahunan kesepuluh, dengan nama sandi Fada'eeyan-e Harim-e Velayat, atau "Pembela Suaka Velayat."
Tahun ini, latihan itu digelar di tengah meningkatnya ketegangan dengan Israel yang baru menyetujui anggaran khusus untuk mempersiapkan serangan fasilitas nuklir Iran.
“Latihan akan meluas, melibatkan sebanyak lima pangkalan udara yang tersebar di seluruh negara dan termasuk berbagai macam pesawat dalam inventaris IRIAF,” papar laporan PressTV Iran.
Latihan udara itu dijadwalkan mulai pada Kamis (21/10/2021) dan berlangsung hingga Jumat.
Menurut laporan itu, latihan akan melibatkan pesawat serang serta pencegat, pesawat tak berawak, transportasi dan pesawat pengintai.
Pesawat-pesawat itu akan terbang dari Pangkalan Udara Shahid Babaei di Provinsi Isfahan tengah dan Pangkalan Udara Shahid Fakouri di Provinsi Azarbaijan Timur di ujung barat negara itu, di antara lokasi lainnya.
Berbicara kepada wartawan pada Rabu (20/10/2021), Komandan IRIAF Brigadir Jenderal Hamid Vahedi mengatakan, “Manuver tersebut akan menjadi penilaian kemampuan tempur unit IRIAF, meningkatkan kesiapan pencegat, mempraktikkan implementasi rencana pengintaian dan operasional, dan pembentukan model yang tepat yang sesuai pertempuran kehidupan nyata.”
“Latihan tersebut akan menguji daya tahan jarak jauh jet tempur Angkatan Udara Republik Islam Iran di luar bidang pertahanan mereka, menunjukkan akurasi bom dan roket dalam serangan udara-ke-permukaan serta pengawasan zona operasional,” papar dia.
Iran telah mengumpulkan berbagai macam pesawat selama bertahun-tahun, meskipun sebagian besar angkatan udaranya agak ketinggalan zaman.
Pesawat tempur Amerika seperti F-5 Tigers, F-4 Phantom II dan F-14A Tomcats dapat terlihat di samping MiG-29 dan Su-24 buatan Soviet dan bahkan J-7 China, yang merupakan tiruan dari MiG-21 Soviet.
Iran sebagian besar terputus dari pembelian senjata baru oleh Amerika Serikat setelah Revolusi Islam 1979. Mereka harus berinovasi untuk menjaga angkatan udara mereka tetap relevan, termasuk memperbarui avionik, radar, dan peralatan lainnya.
Teheran bahkan mengembangkan pesawat tempur spin-off, seperti jet tempur Saeqeh dan Kosar, yang didasarkan pada badan pesawat F-5.
Latihan tersebut juga akan menampilkan kendaraan udara tak berawak Karrar, Kian, Ababil, Arash dan Kaman-12, yang semuanya membawa berbagai senjata ofensif dan peralatan jamming, serta pesawat Boeing 707 dan Boeing 747 yang dimodifikasi untuk melakukan peran pengisian bahan bakar kargo dan udara.
Sanksi yang melarang Teheran membeli peralatan militer dari luar negeri berakhir pada akhir 2020, tetapi karena tekanan ekonomi yang terus berlanjut oleh AS, mereka belum melakukan pembelian peralatan baru.
Namun, pada Agustus mereka meluncurkan versi baru dari sistem pertahanan udara berbasis darat Bavar-373 yang dibanggakan pengembang di Organisasi Industri Elektronik dapat melebihi kemampuan sistem S-400 Triumf Rusia.
Selain latihan tahunan, latihan Defenders of the Velayat Sanctuary tahun ini digelar hanya beberapa hari setelah Israel menyetujui anggaran USD1,5 miliar untuk mempersiapkan potensi serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.
Israel telah mengklaim Iran sedang mengejar bom nuklir, yang akan menimbulkan ancaman bagi Zionis. Meski demikian, Teheran bersumpah tidak menginginkan senjata pemusnah massal.
Intelijen militer Israel juga mengatakan, "Mereka (Iran) tidak sedang menuju ke arah bom sekarang."
Iran telah meningkatkan volume dan kemurnian stok uranium yang diperkaya sejak 2018, setelah AS secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 dan menerapkan kembali sanksi.
Pembicaraan putaran ketujuh tentang kembali ke kesepakatan nuklir diharapkan digelar pada bulan depan.
Israel telah mempersiapkan serangan terhadap Iran sejak Januari, menurut Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Aviv Kohavi, meskipun tidak memiliki senjata yang mampu menembus pegunungan tempat fasilitas nuklir utama Iran, seperti lokasi pabrik pengayaan bahan bakar nuklir di Fordow.
Keyakinan Israel di balik kemampuannya melakukan serangan semacam itu sebagian besar didasarkan pada pemboman tahun 1981 terhadap reaktor nuklir Osirak Irak, yang jauh di wilayah Irak tetapi di atas tanah dan tidak dibentengi.
Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi baru-baru ini memperingatkan Israel tentang “salah perhitungan atau petualangan militer yang menargetkan Iran dan program nuklirnya.”
Tahun ini, latihan itu digelar di tengah meningkatnya ketegangan dengan Israel yang baru menyetujui anggaran khusus untuk mempersiapkan serangan fasilitas nuklir Iran.
“Latihan akan meluas, melibatkan sebanyak lima pangkalan udara yang tersebar di seluruh negara dan termasuk berbagai macam pesawat dalam inventaris IRIAF,” papar laporan PressTV Iran.
Latihan udara itu dijadwalkan mulai pada Kamis (21/10/2021) dan berlangsung hingga Jumat.
Menurut laporan itu, latihan akan melibatkan pesawat serang serta pencegat, pesawat tak berawak, transportasi dan pesawat pengintai.
Pesawat-pesawat itu akan terbang dari Pangkalan Udara Shahid Babaei di Provinsi Isfahan tengah dan Pangkalan Udara Shahid Fakouri di Provinsi Azarbaijan Timur di ujung barat negara itu, di antara lokasi lainnya.
Berbicara kepada wartawan pada Rabu (20/10/2021), Komandan IRIAF Brigadir Jenderal Hamid Vahedi mengatakan, “Manuver tersebut akan menjadi penilaian kemampuan tempur unit IRIAF, meningkatkan kesiapan pencegat, mempraktikkan implementasi rencana pengintaian dan operasional, dan pembentukan model yang tepat yang sesuai pertempuran kehidupan nyata.”
“Latihan tersebut akan menguji daya tahan jarak jauh jet tempur Angkatan Udara Republik Islam Iran di luar bidang pertahanan mereka, menunjukkan akurasi bom dan roket dalam serangan udara-ke-permukaan serta pengawasan zona operasional,” papar dia.
Iran telah mengumpulkan berbagai macam pesawat selama bertahun-tahun, meskipun sebagian besar angkatan udaranya agak ketinggalan zaman.
Pesawat tempur Amerika seperti F-5 Tigers, F-4 Phantom II dan F-14A Tomcats dapat terlihat di samping MiG-29 dan Su-24 buatan Soviet dan bahkan J-7 China, yang merupakan tiruan dari MiG-21 Soviet.
Iran sebagian besar terputus dari pembelian senjata baru oleh Amerika Serikat setelah Revolusi Islam 1979. Mereka harus berinovasi untuk menjaga angkatan udara mereka tetap relevan, termasuk memperbarui avionik, radar, dan peralatan lainnya.
Teheran bahkan mengembangkan pesawat tempur spin-off, seperti jet tempur Saeqeh dan Kosar, yang didasarkan pada badan pesawat F-5.
Latihan tersebut juga akan menampilkan kendaraan udara tak berawak Karrar, Kian, Ababil, Arash dan Kaman-12, yang semuanya membawa berbagai senjata ofensif dan peralatan jamming, serta pesawat Boeing 707 dan Boeing 747 yang dimodifikasi untuk melakukan peran pengisian bahan bakar kargo dan udara.
Sanksi yang melarang Teheran membeli peralatan militer dari luar negeri berakhir pada akhir 2020, tetapi karena tekanan ekonomi yang terus berlanjut oleh AS, mereka belum melakukan pembelian peralatan baru.
Namun, pada Agustus mereka meluncurkan versi baru dari sistem pertahanan udara berbasis darat Bavar-373 yang dibanggakan pengembang di Organisasi Industri Elektronik dapat melebihi kemampuan sistem S-400 Triumf Rusia.
Selain latihan tahunan, latihan Defenders of the Velayat Sanctuary tahun ini digelar hanya beberapa hari setelah Israel menyetujui anggaran USD1,5 miliar untuk mempersiapkan potensi serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.
Israel telah mengklaim Iran sedang mengejar bom nuklir, yang akan menimbulkan ancaman bagi Zionis. Meski demikian, Teheran bersumpah tidak menginginkan senjata pemusnah massal.
Intelijen militer Israel juga mengatakan, "Mereka (Iran) tidak sedang menuju ke arah bom sekarang."
Iran telah meningkatkan volume dan kemurnian stok uranium yang diperkaya sejak 2018, setelah AS secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 dan menerapkan kembali sanksi.
Pembicaraan putaran ketujuh tentang kembali ke kesepakatan nuklir diharapkan digelar pada bulan depan.
Israel telah mempersiapkan serangan terhadap Iran sejak Januari, menurut Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Aviv Kohavi, meskipun tidak memiliki senjata yang mampu menembus pegunungan tempat fasilitas nuklir utama Iran, seperti lokasi pabrik pengayaan bahan bakar nuklir di Fordow.
Keyakinan Israel di balik kemampuannya melakukan serangan semacam itu sebagian besar didasarkan pada pemboman tahun 1981 terhadap reaktor nuklir Osirak Irak, yang jauh di wilayah Irak tetapi di atas tanah dan tidak dibentengi.
Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi baru-baru ini memperingatkan Israel tentang “salah perhitungan atau petualangan militer yang menargetkan Iran dan program nuklirnya.”
(sya)