Kejamnya Pemukim Israel, Gantung dan Siksa Remaja Palestina dengan Api

Senin, 18 Oktober 2021 - 13:56 WIB
loading...
Kejamnya Pemukim Israel, Gantung dan Siksa Remaja Palestina dengan Api
Tareq Zbeidi, 15, remaja Palestina digantung para pemukim Israel di pohon dan disiksa dengan api. Foto/BTselem
A A A
TEPI BARAT - Kelompok hak asasi manusia (HAM) Israel , B'Tselem, mengungkapkan rincian mengerikan tentang remaja Palestina yang diculik dan disiksa dengan api oleh sekelompok pemukim Israel di Tepi Barat.

Kekejaman itu terjadi dua bulan lalu, namun laporannya dirilis baru-baru ini.

Pada 17 Agustus, Tareq Zbeidi yang berusia 15 tahun dan lima temannya sedang menikmati piknik di dekat desa mereka; Silat a-Daher, di distrik Jenin, Tepi Barat utara.



Namun, sekelompok besar pemukim Israel dari permukiman Homesh datang dengan mobil. Mereka membawa batu dan tongkat.

Anak-anak Palestina dengan cepat melarikan diri dari tempat kejadian, ketika salah satu pemukim mulai melemparkan batu ke arah mereka. Mereka berlari ke desa.

Namun, menurut B'Tselem, Tareq gagal mengikuti teman-temannya karena cedera kaki yang dideritanya dua minggu sebelum kejadian.

Dia mengatakan kepada kelompok HAM Israel: "Para pemukim melaju ke arah saya dan menghantam saya dengan mobil mereka, dan saya jatuh ke tanah. Mobil berhenti, dan empat pemukim keluar. Beberapa memegang tongkat. Mereka menyerang saya dan memukul bahu, kaki dan punggung saya."

Selain itu, mereka mengikat tangan dan kakinya dan merantainya ke kap mobil, sebelum membawanya ke Homesh, di mana mereka menginjak rem, menyebabkan dia jatuh ke tanah.

Tareq menambahkan bahwa setibanya di permukiman, pemukim Israel lainnya berlari untuk menendang dan mengejeknya. Lebih lanjut, remaja Palestina itu disemprot dengan merica dan diludahi wajahnya, sambil dihujat dalam bahasa Arab dan Ibrani.

Saat Tareq terus diserang, para pemukim Israel membawa dan menggantungnya di pohon dan kakinya dibakar.

“Saya dibiarkan menggantung seperti itu selama sekitar lima menit, dengan mata tertutup. Saya merasakan mereka memotong dan menggosok kulit kaki kiri saya dengan benda tajam. Saya sangat kesakitan. Saya tidak tahan. Tiba-tiba, saya merasakan luka bakar yang kuat di kaki kanan saya, dari korek api atau sejenisnya. Itu berlangsung beberapa detik. Saya menjerit dan menangis kesakitan dan ketakutan. Baru setelah itu mereka menurunkan saya dari pohon," kenang Tareq.

Dia kemudian dipukul di bagian kepala dengan tongkat dan kehilangan kesadaran.

Menurut B'Tselem, tentara Israel tiba tak lama setelah itu dengan sebuah jip militer dan para pemukim menuduh Tareq melempari mereka dengan batu.

Ketika Tareq sadar kembali di lantai jip militer, para prajurit mengancam akan menangkapnya jika dia melemparkan batu lagi.
"Mereka mengatakan bahwa mereka tahu segalanya tentang saya dan jika ada yang melempar batu ke para pemukim, mereka akan datang ke rumah saya dan menangkap saya," katanya, seperti dilansir dari Middle East Monitor, Senin (18/10/2021).



Paman dan kakak laki-laki Tareq segera memasukkannya ke ambulans Palestina dan membawanya ke rumah sakit di Jenin, setelah menjemputnya dari stasiun.

"Saya dibawa ke UGD, di mana saya diperiksa dan di-rontgen. Mereka menemukan memar dan luka di bahu, punggung dan kaki saya, serta luka dan luka bakar di kaki saya. Saya tinggal di sana sampai sore berikutnya, dan kemudian Saya dipulangkan," kata Tareq.

Para pemukim Israel biasanya menyerang warga Palestina dan properti mereka di Tepi Barat. Data perkiraan dari Israel dan Palestina menunjukkan bahwa ada sekitar 650.000 pemukim di Tepi Barat, termasuk Yerusalem yang diduduki rezim Zionis, tinggal di 164 permukiman dan 116 pos terdepan.

B'Tselem mencatat bahwa serangan terhadap Tareq adalah serangan kesepuluh oleh para pemukim terhadap warga Palestina di dekat permukiman, yang didokumentasikan oleh kelompok itu sejak awal tahun 2020.

"Kasus ini mungkin sangat kejam, tetapi kekerasan pemukim terhadap warga Palestina, seringkali dengan partisipasi tentara, telah lama menjadi bagian dari kebijakan Israel di Tepi Barat dan integral dengan rutinitas pendudukan," kata B'Tselem dalam laporannya.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1635 seconds (0.1#10.140)