Ulama Syiah Sadr Menang Pemilu Irak, Mantan Perdana Menteri Maliki Nomor 2
loading...
A
A
A
BAGHDAD - Partai yang dipimpin ulama Syiah Moqtada al-Sadr menjadi pemenang terbesar dalam pemilu Irak pada Senin (11/10/2021). Kemenangan itu menambah jumlah kursi yang dia kuasai di parlemen.
Laporan ini berdasarkan hasil awal, informasi para pejabat dan juru bicara Gerakan Sadr.
Mantan Perdana Menteri (PM) Irak Nouri al-Maliki tampaknya akan meraih kemenangan terbesar berikutnya di antara partai-partai Syiah, menurut hasil awal pemilu.
Kelompok Syiah Irak telah mendominasi pemerintahan dan formasi pemerintah sejak invasi pimpinan Amerika Serikat (AS) tahun 2003 yang menggulingkan pemimpin Sunni Saddam Hussein dan melambungkan mayoritas Syiah dan Kurdi ke tampuk kekuasaan.
Pemilu Minggu diadakan beberapa bulan lebih awal, sebagai tanggapan atas protes massa pada 2019 yang menggulingkan pemerintah. Protes menunjukkan kemarahan yang meluas terhadap para pemimpin politik yang menurut banyak rakyat Irak telah memperkaya diri mereka sendiri dengan mengorbankan negara.
Tetapi rekor jumlah pemilih yang rendah menunjukkan bahwa pemilu yang disebut sebagai kesempatan untuk merebut kendali dari elit yang berkuasa tidak akan banyak membantu untuk menyingkirkan partai-partai agama sektarian yang berkuasa sejak 2003.
Hitungan berdasarkan hasil awal dari beberapa provinsi Irak ditambah ibukota Baghdad, diverifikasi pejabat pemerintah setempat, menunjukkan Sadr memenangkan lebih dari 70 kursi. Jika hasil itu dikonfirmasi, dapat memberinya pengaruh yang cukup besar dalam membentuk pemerintahan.
Laporan ini berdasarkan hasil awal, informasi para pejabat dan juru bicara Gerakan Sadr.
Mantan Perdana Menteri (PM) Irak Nouri al-Maliki tampaknya akan meraih kemenangan terbesar berikutnya di antara partai-partai Syiah, menurut hasil awal pemilu.
Kelompok Syiah Irak telah mendominasi pemerintahan dan formasi pemerintah sejak invasi pimpinan Amerika Serikat (AS) tahun 2003 yang menggulingkan pemimpin Sunni Saddam Hussein dan melambungkan mayoritas Syiah dan Kurdi ke tampuk kekuasaan.
Pemilu Minggu diadakan beberapa bulan lebih awal, sebagai tanggapan atas protes massa pada 2019 yang menggulingkan pemerintah. Protes menunjukkan kemarahan yang meluas terhadap para pemimpin politik yang menurut banyak rakyat Irak telah memperkaya diri mereka sendiri dengan mengorbankan negara.
Tetapi rekor jumlah pemilih yang rendah menunjukkan bahwa pemilu yang disebut sebagai kesempatan untuk merebut kendali dari elit yang berkuasa tidak akan banyak membantu untuk menyingkirkan partai-partai agama sektarian yang berkuasa sejak 2003.
Hitungan berdasarkan hasil awal dari beberapa provinsi Irak ditambah ibukota Baghdad, diverifikasi pejabat pemerintah setempat, menunjukkan Sadr memenangkan lebih dari 70 kursi. Jika hasil itu dikonfirmasi, dapat memberinya pengaruh yang cukup besar dalam membentuk pemerintahan.