Sekjen PBB Desak Taliban Tepati Janji pada Kaum Wanita dan Anak Perempuan Afghanistan

Selasa, 12 Oktober 2021 - 06:00 WIB
loading...
Sekjen PBB Desak Taliban...
Kaum wanita Afghanistan. FOTO/Reuters
A A A
NEW YORK - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam janji-janji Taliban yang "dilanggar" kepada kaum wanita dan anak perempuan di Afghanistan. Ia juga mendesak dunia untuk menyumbangkan lebih banyak uang ke Afghanistan guna mencegah keruntuhan ekonomi negara tersebut.

Komentar itu muncul setelah pembicaraan tatap muka pertama antara Amerika Serikat (AS) dan Taliban, sejak kelompok militan itu menguasai Afghanistan. “Saya sangat khawatir melihat janji yang dibuat untuk wanita dan anak perempuan Afghanistan oleh Taliban dilanggar," kata Guterres kepada wartawan, seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (11/10).

Baca: AS dan Inggris Peringatkan Warganya: Jauhi Hotel-hotel di Kabul

"Saya sangat mengimbau Taliban untuk menepati janji mereka kepada wanita dan anak perempuan dan memenuhi kewajiban mereka di bawah hukum hak asasi manusia dan kemanusiaan internasional,” lanjutnya.

Menurut Guterres, PBB "tidak akan menyerah" pada masalah ini. Ia juga mengatakan, PBB membahasnya setiap hari dengan Taliban, yang telah berkuasa sejak pertengahan Agustus, tetapi legitimasinya sebagai pemerintah masih belum diakui secara internasional.

"Janji yang dilanggar menyebabkan mimpi buruk bagi perempuan dan anak perempuan Afghanistan," kata Guterres. Ia mencatat bahwa tiga juta anak perempuan telah terdaftar di sekolah sejak 2001, dan jumlah rata-rata pendidikan untuk anak perempuan telah meningkat dari enam tahun menjadi 10 tahun.

Baca: AS: Tatap Muka Pertama dengan Taliban Jujur dan Profesional

"Delapan puluh persen ekonomi Afghanistan adalah informal, dengan peran perempuan yang lebih besar. Tanpa mereka, tidak mungkin ekonomi dan masyarakat Afghanistan akan pulih," Sekjen PBB itu memperingatkan.

Guterres juga berbicara panjang lebar tentang tantangan yang dihadapi ekonomi Afghanistan. Aset negara yang disimpan di luar negeri telah dibekukan, dan bantuan pembangunan telah ditangguhkan.

"Kita perlu mencari cara untuk membuat perekonomian kembali bernafas. Ini bisa dilakukan tanpa melanggar hukum internasional atau prinsip-prinsip kompromi," katanya. "Saya mendesak dunia untuk mengambil tindakan dan menyuntikkan likuiditas ke dalam ekonomi Afghanistan untuk menghindari keruntuhan," lanjutnya.

Baca: Ratusan Milisi Taliban Piknik ke Taman Sambil Tenteng Senapan Mesin

Menurut pejabat PBB, ada kemungkinan dana internasional atau uang dari aset Afghanistan yang diblokir akan dibayarkan ke badan-badan PBB dan organisasi non-pemerintah yang kemudian membayar gaji kepada warga Afghanistan di lapangan.

Praktik ini, dengan pengecualian bank yang disahkan oleh Amerika Serikat khususnya, telah digunakan di masa lalu untuk negara-negara lain termasuk Yaman. Tapi, Guterres memperingatkan masyarakat internasional bergerak terlalu lambat untuk memberikan bantuan ke Afghanistan, di mana krisis kemanusiaan dan ekonomi mempengaruhi setidaknya 18 juta orang - sekitar setengah dari populasi.

Bantuan kemanusiaan internasional sejauh ini telah dikirimkan ke berbagai bagian negara tanpa halangan dari Taliban, dan bahkan dengan kerjasama dan bantuan keamanan mereka, katanya. "Jumlah insiden selama operasi kemanusiaan terus menurun," kata Guterres.
(esn)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Perang Gaza dan Ukraina...
Perang Gaza dan Ukraina Bukti PBB Gagal Jalankan Fungsinya, Masihkah Berharap pada PBB?
Taliban Eksekusi 4 Pria...
Taliban Eksekusi 4 Pria di Stadion Afghanistan yang Penuh Sesak
Kenapa Bendera Timnas...
Kenapa Bendera Timnas Afghanistan Tidak Diganti Bendera Taliban di Event Internasional?
Rusia Hapus Taliban...
Rusia Hapus Taliban dari Daftar Teroris, Afghanistan Perluas Kerja Sama
Taiwan Lawan Tekanan...
Taiwan Lawan Tekanan China di PBB, Tegaskan Status sebagai Negara Berdaulat
Tak Tiru Ukraina, Taliban...
Tak Tiru Ukraina, Taliban Tidak Akan Tawarkan Mineral Langka ke AS
Bapenda Sosialisasikan...
Bapenda Sosialisasikan Keringanan Pajak PBB-P2 di Jakarta Utara, Berikut Ragam Insentif yang Diberikan
Kenapa Kashmir Jadi...
Kenapa Kashmir Jadi Rebutan 3 Negara Besar? Berikut Penjelasannya
Asap Hitam, Para Kardinal...
Asap Hitam, Para Kardinal Belum Berhasil Pilih Paus Baru di Hari Ke-2 Konklaf
Rekomendasi
BNI, Kementerian PKP,...
BNI, Kementerian PKP, KP2MI, dan BP Tapera Hadirkan KPR Terjangkau bagi PMI
100 Hari Kerja, Bupati...
100 Hari Kerja, Bupati Bogor Panen Raya Padi Varietas Unggul
Program Sehat Bersama...
Program Sehat Bersama VIVA Raih Penghargaan CSR Terbaik 2025
Berita Terkini
Ini Pidato Pertama Paus...
Ini Pidato Pertama Paus Leo XIV usai Terpilih
Profil Robert Prevost,...
Profil Robert Prevost, Paus Pertama dari Amerika Serikat
Paus Baru Robert Prevost...
Paus Baru Robert Prevost akan Bergelar Paus Leo XIV
BREAKING NEWS! Robert...
BREAKING NEWS! Robert Prevost Terpilih sebagai Paus Baru
Xi Jinping Tegaskan...
Xi Jinping Tegaskan Rusia dan China akan Lawan Paksaan di Panggung Dunia
BREAKING NEWS! Asap...
BREAKING NEWS! Asap Putih Muncul dari Cerobong Kapel Sistina, Paus Baru telah Terpilih
Infografis
Gejala Awal Dibetes...
Gejala Awal Dibetes pada Wanita dan Cara Mengatasinya
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved