Nenek di Inggris Jual Memorabilia Putri Diana untuk Bayar Tagihan Gas dan Listrik

Minggu, 10 Oktober 2021 - 03:00 WIB
loading...
Nenek di Inggris Jual Memorabilia Putri Diana untuk Bayar Tagihan Gas dan Listrik
Sharon Shachar menjual memorabilia Putri Diana untuk membayar tagihan gas. FOTO/Mirror.co.uk
A A A
LONDON - Semula, Sharon Shachar (62) ingin mewariskan memorabilia Putri Diana yang telah Ia koleksi bertahun-tahun kepada cucu-cucunya. Namun, nenek yang tinggal di Milton Keynes, 80 km sebelah barat laut London, Inggris itu terpaksa membatalkan keinginan tersebut. Pasalnya, ia membutuhkan uang untuk membayar gas, listrik, dan pemanas di rumahnya.

Shachar kesulitan membayar tagihan karena permohonan kenaikan tunjangan yang diajukannya pada Universal Credit sebesar 20 Poundsterling per pekan ditolak. Universal Credit adalah tunjangan untuk membantu biaya hidup warga Inggris yang dibayar bulanan atau dua kali dalam sebulan. Warga yang mendapatkan tunjangan ini adalah mereka yang berpenghasilan rendah, tidak bekerja atau tidak bisa bekerja.



Seperti dikutip dari Mirror.co.uk, Jumat (8/10), Shachar menjual barang-barangnya di media sosial karena tak lagi punya cukup uang untuk persiapan menghadapi musim dingin. Barang-barang yang dijual termasuk piring pernikahan Putri Diana dan memorabilia kerajaan lainnya.

"Dengan semua tagihan listrik naik, saya tidak akan mampu untuk menyalakan pemanas di bulan-bulan yang lebih dingin. Saya hampir tidak mampu untuk makan. Saya menjual barang-barang di Facebook Marketplace untuk menghasilkan uang tambahan untuk menutupi tagihan gas dan listrik,” jelas Shachar.

"Saya menjual beberapa surat kabar lama Putri Diana hari ini seharga 40 Poundsterling. Saya ingin menyimpan surat kabar itu untuk cucu-cucu saya, tetapi saya membutuhkan uangnya,” lanjutnya.



"Saya juga telah menjual beberapa pakaian dan teka-teki dan puzzle. Saya memiliki lebih banyak memorabilia kerajaan yang akan saya jual. Ini situasi yang mengerikan. Untungnya, masih belum cukup dingin bagi saya untuk menyalakan pemanas, saya mencoba untuk mematikannya selama saya bisa,” tambah Shachar.

Shachar pernah bekerja sebagai resepsionis rumah sakit. Ia telah berupaya mencari pekerjaan setiap hari, namun terus-menerus menghadapi penolakan. Tekanan terus-menerus dan serangkaian penolakan untuk lamaran pekerjaan telah berdampak pada kesehatan mental Shachar.

Kondisi kian bertambah sulit karena Shachar memiliki gangguan penglihatan dan pendengaran. "Saya mendapatkan wawancara, tetapi mereka mengaku memiliki orang-orang dengan pengalaman lebih dari saya,” keluhnya.



Ia meminta Perdana Menteri Inggris Boris Johnson untuk bertukar tempat dengannya selama sebulan, sehingga sang Perdana Menteri bisa memahami perjuangannya. “Saya tantang dia (Johnson) untuk menjalani hidup saya selama sebulan, berbelanja di Aldi, membeli makanan yang dikurangi dan hanya melihat bagaimana rasanya berjuang,” katanya.

Seorang juru bicara Departemen Pekerjaan dan Pensiun mengaku terus memberi dukungan pada orang-orang seperti Shachar. “Universal Credit akan terus memberikan dukungan penting bagi mereka yang bekerja dan yang tidak bekerja. Dan, sudah benar bahwa Pemerintah harus fokus pada Rencana Pekerjaan kami, mendukung orang untuk kembali bekerja dan mendukung mereka yang sudah bekerja untuk maju dan mendapatkan lebih banyak,” jelasnya.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2056 seconds (0.1#10.140)