Menhan Taiwan: China Mampu Gelar Invasi Skala Penuh pada 2025

Rabu, 06 Oktober 2021 - 13:48 WIB
loading...
Menhan Taiwan: China Mampu Gelar Invasi Skala Penuh pada 2025
Militer Taiwan menembakkan meriam saat parade di Taipei, Taiwan. Foto/REUTERS
A A A
TAIPEI - Ketegangan antara China dan Taiwan telah mengalami eskalasi yang parah dalam beberapa hari terakhir. Ratusan pesawat tempur China terdeteksi terbang ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.

Perkembangan tersebut menandai aksi balas dendam terbaru oleh China terhadap Taiwan.

Menteri Pertahanan (Menhan) Taiwan Chiu Kuo-cheng mencatat pada Rabu (6/10/2021) bahwa ketegangan antara Taipei dan Beijing telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa setelah puluhan pesawat China melakukan penerbangan melalui zona pertahanan udara Taiwan.



Dia memperingatkan bahwa pertempuran panas kemungkinan hanya menunggu waktu beberapa tahun lagi.



Pernyataan menteri pertahanan Taiwan datang selama hadir di parlemen saat dia diminta berkomentar tentang ketegangan militer Taiwan saat ini dengan China.



Dia selanjutnya melaporkan di parlemen Taiwan bahwa China telah melakukan lebih dari 100 penerbangan melintasi wilayah negara itu selama beberapa hari terakhir.

Chiu dilaporkan mengambil kesempatan untuk mengakui bahwa aksi jet tempur China telah menjadi "yang paling serius" dalam lebih dari 40 tahun, sejak dia bertugas di militer.

Dia menggarisbawahi situasi saat ini meningkatkan kemungkinan "salah tembak" di Selat Taiwan.

"Bagi saya sebagai seorang militer, urgensinya ada di depan saya," ujar dia yang menyatakan pejabat Taiwan melihat kemungkinan invasi militer oleh China ke Taiwan dalam beberapa tahun ke depan.

“Pada tahun 2025, China akan membawa biaya dan gesekan ke titik terendah. Mereka memiliki kapasitas sekarang, tetapi tidak akan memulai perang dengan mudah, harus mempertimbangkan banyak hal lain,” ungkap dia.

Komentar Chiu mengikuti pernyataan serupa yang disuarakan Presiden Taiwan Tsai Ing Wen, yang baru-baru ini meminta AS meningkatkan kehadirannya di wilayah tersebut.

Dalam seruan untuk outlet media yang berbasis di New York, Foreign Affairs, Tsai menulis bahwa akan ada konsekuensi "bencana" jika Taiwan jatuh ke tangan China.

Negara kepulauan Taiwan, yang secara resmi dikenal sebagai Republik China, dipandang oleh Beijing sebagai wilayah Cina yang bandel yang harus dikembalikan ke yurisdiksi daratan China dengan paksa, jika perlu.

Namun, Taiwan telah lama menjadi negara yang memiliki pemerintahan sendiri, dan Taipei secara konsisten menyatakan mereka akan melindungi otonominya dengan cara apa pun, setelah membeli senjata miliaran dolar dari AS selama bertahun-tahun.

Pada akhir 2020, Departemen Pertahanan AS menyetujui paket penjualan senjata senilai USD1,8 miliar yang mencakup peluncur roket, sensor yang ditingkatkan, dan artileri.

Meskipun Presiden AS Joe Biden membuat banyak wartawan agak bingung pada Selasa ketika menyentuh perkembangan terbaru antara China dan Taiwan.

Dia sebelumnya menyatakan dia tidak berniat mengubah kebijakan lama AS untuk mendukung "Kebijakan Satu-China" agar Taiwan ke kendali Beijing.

Peningkatan aktivitas militer China di dekat negara kepulauan itu terjadi tak lama setelah Departemen Luar Negeri AS menyatakan "keprihatinan" atas tindakan militer "provokatif" Beijing di wilayah tersebut.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1186 seconds (0.1#10.140)