Penasihat Biden: Diplomasi Cara Terbaik Kendalikan Program Nuklir Iran
loading...

Reaktor nuklir air di Arak, Iran, pada 23 Desember 2019. Foto/REUTERS
A
A
A
WASHINGTON - Penasihat Keamanan Nasional Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Jake Sullivan, mengatakan kepada Israel pada Selasa (5/10/2021) bahwa diplomasi adalah cara terbaik mengendalikan program nuklir Iran.
Sullivan juga menegaskan kembali peringatan Biden kepada Teheran bahwa Washington dapat beralih ke opsi lain jika negosiasi gagal.
Sullivan menjamu Penasihat Keamanan Nasional Israel Eyal Hulata untuk pembicaraan yang, menurut seorang pejabat AS, memberi kedua sekutu itu kesempatan berbagi intelijen dan mengembangkan “penilaian dasar” tentang seberapa jauh program nuklir Teheran telah maju.
Baca juga: Jaringan Informan CIA Runtuh, Banyak yang Dibunuh, Ditangkap atau Jadi Agen Ganda
Sesuai kesepakatan nuklir 2015, Iran mengekang program pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.
Baca juga: Mossad Culik Jenderal Suriah, Diinterogasi untuk Lacak Lokasi Tentara Israel Ron Arad
Presiden AS saat itu Donald Trump keluar dari kesepakatan itu pada 2018 dan pemerintah Israel menentang upaya AS menghidupkannya kembali.
Baca juga: Ketiban Untung, Telegram Panen 70 Juta Pengguna Baru saat Facebook Down
“Para pakar AS percaya waktu yang dibutuhkan Iran untuk mencapai breakout nuklir yakni uranium yang cukup diperkaya untuk membangun bom nuklir, telah berubah dari sekitar 12 bulan menjadi periode sekitar beberapa bulan sejak Trump menarik diri dari pakta tersebut,” ungkap pejabat AS mengatakan sebelumnya, berbicara dengan syarat anonim.
Iran adalah musuh bebuyutan regional Israel yang secara konsisten membantah sedang mengembangkan bom nuklir.
Sullivan juga menegaskan kembali peringatan Biden kepada Teheran bahwa Washington dapat beralih ke opsi lain jika negosiasi gagal.
Sullivan menjamu Penasihat Keamanan Nasional Israel Eyal Hulata untuk pembicaraan yang, menurut seorang pejabat AS, memberi kedua sekutu itu kesempatan berbagi intelijen dan mengembangkan “penilaian dasar” tentang seberapa jauh program nuklir Teheran telah maju.
Baca juga: Jaringan Informan CIA Runtuh, Banyak yang Dibunuh, Ditangkap atau Jadi Agen Ganda
Sesuai kesepakatan nuklir 2015, Iran mengekang program pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.
Baca juga: Mossad Culik Jenderal Suriah, Diinterogasi untuk Lacak Lokasi Tentara Israel Ron Arad
Presiden AS saat itu Donald Trump keluar dari kesepakatan itu pada 2018 dan pemerintah Israel menentang upaya AS menghidupkannya kembali.
Baca juga: Ketiban Untung, Telegram Panen 70 Juta Pengguna Baru saat Facebook Down
“Para pakar AS percaya waktu yang dibutuhkan Iran untuk mencapai breakout nuklir yakni uranium yang cukup diperkaya untuk membangun bom nuklir, telah berubah dari sekitar 12 bulan menjadi periode sekitar beberapa bulan sejak Trump menarik diri dari pakta tersebut,” ungkap pejabat AS mengatakan sebelumnya, berbicara dengan syarat anonim.
Iran adalah musuh bebuyutan regional Israel yang secara konsisten membantah sedang mengembangkan bom nuklir.
Lihat Juga :