Kisruh Kapal Selam Prancis-Australia Bikin Sekutu AS Terpecah
loading...
A
A
A
BRUSSELS - Kisruh proyek kapal selam Australia membuat sikap negara yang menjadi sekutu Amerika Serikat (AS) terpecah, dengan Jerman memberikan dukungan kepada Prancis . Dukungan serupa juga disuarakan Uni Eropa (UE).
Seperti diketahui, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia membentuk aliansi AUKUS dengan inisiatif pertama dari kerja sama itu adalah penciptaan teknologi kapal selam bertenaga nuklir untuk Angkatan Laut Australia. Hal ini membuat Prancis meradang karena dengan begitu proyek kapal selamnya dengan Australia pun batal. Sebagai akibatnya, Prancis menarik dubesnya untuk AS dan Australia serta hilang kepercayaan.
Ternyata kisruh ini turut menjadi perhatian Jerman, salah satu negara yang juga menjadi sekutu AS, yang memberikan dukungannya kepada Prancis. Jerman mengatakan Prancis telah dilecehkan oleh Australia demi kemitraan dengan AS dan Inggris.
Menteri Urusan Eropa Jerman Michael Roth menyebut pertikaian yang sedang berlangsung itu sebagai "alarm" bagi UE.
“Kami tidak dapat secara eksklusif mengandalkan orang lain tetapi harus bekerja sama, dan kami harus mengatasi perbedaan kami (di dalam UE) dan berbicara dengan satu suara,” katanya kepada wartawan di Brussels.
“Kepercayaan yang hilang harus dibangun kembali, dan itu jelas tidak akan mudah. Tapi kami ingin memberikan kontribusi yang konstruktif (untuk prosesnya),” imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (21/9/2021).
Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut perlakuan terhadap Prancis tidak dapat terima dan menekankan bahwa ada pertanyaan yang perlu dijawab sebelum negara-negara Barat dapat kembali ke “bisnis seperti biasa.”
"Kami adalah teman dan sekutu, dan teman dan sekutu berbicara satu sama lain…tentang masalah kepentingan bersama. Ini jelas tidak terjadi," ujarnya.
Sebelumnya, Prancis menyerukan solidarita UE setelah Australia membatalkan kontrak senilai USD40 miliar untuk kapal selam tempur demi kapal selam bertenaga nuklir buatan AS.
Menteri Urusan Eropa Prancis Clement Beaune bersikeras bahwa negara-negara UE tidak dapat bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi dan harus melihat semua opsi ketika merumuskan tanggapan bersama.
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, menyebut situasi itu sebagai "krisis kepercayaan" dan mengecam unilateralisme, ketidakpastian, kebrutalan serta kurangnya rasa hormat kepada mitra yang ditimbulkan oleh langkah tersebut.
"Paris percaya kualitas itu menjadi bagian dari masa lalu, tetapi terus berlanjut," katanya, tampaknya merujuk pada perlakuan yang diterima anggota NATO Eropa dari pemerintahan Trump.
Seperti diketahui, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia membentuk aliansi AUKUS dengan inisiatif pertama dari kerja sama itu adalah penciptaan teknologi kapal selam bertenaga nuklir untuk Angkatan Laut Australia. Hal ini membuat Prancis meradang karena dengan begitu proyek kapal selamnya dengan Australia pun batal. Sebagai akibatnya, Prancis menarik dubesnya untuk AS dan Australia serta hilang kepercayaan.
Ternyata kisruh ini turut menjadi perhatian Jerman, salah satu negara yang juga menjadi sekutu AS, yang memberikan dukungannya kepada Prancis. Jerman mengatakan Prancis telah dilecehkan oleh Australia demi kemitraan dengan AS dan Inggris.
Menteri Urusan Eropa Jerman Michael Roth menyebut pertikaian yang sedang berlangsung itu sebagai "alarm" bagi UE.
“Kami tidak dapat secara eksklusif mengandalkan orang lain tetapi harus bekerja sama, dan kami harus mengatasi perbedaan kami (di dalam UE) dan berbicara dengan satu suara,” katanya kepada wartawan di Brussels.
“Kepercayaan yang hilang harus dibangun kembali, dan itu jelas tidak akan mudah. Tapi kami ingin memberikan kontribusi yang konstruktif (untuk prosesnya),” imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (21/9/2021).
Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut perlakuan terhadap Prancis tidak dapat terima dan menekankan bahwa ada pertanyaan yang perlu dijawab sebelum negara-negara Barat dapat kembali ke “bisnis seperti biasa.”
"Kami adalah teman dan sekutu, dan teman dan sekutu berbicara satu sama lain…tentang masalah kepentingan bersama. Ini jelas tidak terjadi," ujarnya.
Sebelumnya, Prancis menyerukan solidarita UE setelah Australia membatalkan kontrak senilai USD40 miliar untuk kapal selam tempur demi kapal selam bertenaga nuklir buatan AS.
Menteri Urusan Eropa Prancis Clement Beaune bersikeras bahwa negara-negara UE tidak dapat bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi dan harus melihat semua opsi ketika merumuskan tanggapan bersama.
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, menyebut situasi itu sebagai "krisis kepercayaan" dan mengecam unilateralisme, ketidakpastian, kebrutalan serta kurangnya rasa hormat kepada mitra yang ditimbulkan oleh langkah tersebut.
"Paris percaya kualitas itu menjadi bagian dari masa lalu, tetapi terus berlanjut," katanya, tampaknya merujuk pada perlakuan yang diterima anggota NATO Eropa dari pemerintahan Trump.
(ian)