Pewaris Pendiri Zionis: Israel dan Perusahaan Zionis Dilahirkan dalam Dosa
loading...
A
A
A
Namun kini dia justru mengakhiri hari-harinya di Tel Aviv sebagai seorang anti-Zionis.
Sharett meramalkan hari-hari kelam bagi Israel setelah dia menghabiskan hampir sepanjang hidupnya untuk mengabdi pada Zionis.
"Dosa asal ini mengejar dan akan mengejar kita dan menggantung di atas kita," tutur Sharett mengacu pada pembersihan etnis Palestina sebelum penciptaan Israel pada 1948.
Lebih dari separuh masyarakat pribumi Palestina diusir dalam upaya membangun mayoritas Yahudi secara artifisial.
Sharett mengenang sejarah Zionisme dan kebangkitannya dalam komunitas Yahudi. Dia berargumen bahwa saat Zionisme menyerukan kepada orang-orang Yahudi untuk berimigrasi ke Israel, untuk mendirikan negara etno-nasionalis, satu konflik tercipta.
"Saya melihat dalam seluruh transformasi mayoritas (Arab) menjadi minoritas dan minoritas (Yahudi) menjadi mayoritas sebagai tidak bermoral," tegas Sharett.
"Pernahkah Anda melihat di mana pun di dunia di mana mayoritas akan setuju untuk menyerah pada penjajah asing yang mengatakan, 'nenek moyang kami ada di sini,' dan menuntut untuk memasuki tanah dan mengambil kendali?" Sharett bertanya secara retoris.
"Konflik itu melekat dan Zionisme menyangkal hal ini, mengabaikannya... karena proporsi orang Yahudi terhadap orang Arab berubah mendukung orang Yahudi, orang-orang Arab menyadari bahwa mereka kehilangan mayoritas. Siapa yang akan setuju dengan hal seperti itu?" tutur dia.
Menyesali kehadirannya yang berkelanjutan di Israel, dia mengatakan bahwa dia melihat dirinya sebagai "seorang kolaborator" yang bertentangan dengan keinginan sejatinya.
“Saya kolaborator paksa dengan negara kriminal. Aku di sini, aku tidak punya tempat untuk pergi. Karena usia saya, saya tidak bisa pergi kemana-mana,” tutur dia.
Sharett meramalkan hari-hari kelam bagi Israel setelah dia menghabiskan hampir sepanjang hidupnya untuk mengabdi pada Zionis.
"Dosa asal ini mengejar dan akan mengejar kita dan menggantung di atas kita," tutur Sharett mengacu pada pembersihan etnis Palestina sebelum penciptaan Israel pada 1948.
Lebih dari separuh masyarakat pribumi Palestina diusir dalam upaya membangun mayoritas Yahudi secara artifisial.
Sharett mengenang sejarah Zionisme dan kebangkitannya dalam komunitas Yahudi. Dia berargumen bahwa saat Zionisme menyerukan kepada orang-orang Yahudi untuk berimigrasi ke Israel, untuk mendirikan negara etno-nasionalis, satu konflik tercipta.
"Saya melihat dalam seluruh transformasi mayoritas (Arab) menjadi minoritas dan minoritas (Yahudi) menjadi mayoritas sebagai tidak bermoral," tegas Sharett.
"Pernahkah Anda melihat di mana pun di dunia di mana mayoritas akan setuju untuk menyerah pada penjajah asing yang mengatakan, 'nenek moyang kami ada di sini,' dan menuntut untuk memasuki tanah dan mengambil kendali?" Sharett bertanya secara retoris.
"Konflik itu melekat dan Zionisme menyangkal hal ini, mengabaikannya... karena proporsi orang Yahudi terhadap orang Arab berubah mendukung orang Yahudi, orang-orang Arab menyadari bahwa mereka kehilangan mayoritas. Siapa yang akan setuju dengan hal seperti itu?" tutur dia.
Menyesali kehadirannya yang berkelanjutan di Israel, dia mengatakan bahwa dia melihat dirinya sebagai "seorang kolaborator" yang bertentangan dengan keinginan sejatinya.
“Saya kolaborator paksa dengan negara kriminal. Aku di sini, aku tidak punya tempat untuk pergi. Karena usia saya, saya tidak bisa pergi kemana-mana,” tutur dia.