Taliban Berkuasa, Tim Sepak Bola Wanita Afghanistan Kabur ke Pakistan
loading...
A
A
A
LAHORE - Para anggota tim nasional sepak bola wanita Afghanistan telah melarikan diri melintasi perbatasan ke Pakistan. Mereka kabur sebulan setelah Taliban kembali berkuasa.
Menurut Menteri Informasi Pakistan Fawad Chaudhry, para pemain sepak bola memasuki Pakistan melalui perbatasan barat laut Torkham dengan membawa dokumen perjalanan yang sah.
“Kami menyambut tim sepak bola Wanita Afghanistan tiba di perbatasan Torkham dari Afghanistan. Para pemain memiliki paspor Afghanistan yang valid, visa Pakistan dan diterima oleh Nouman Nadeem dari PFF (Federasi Sepak Bola Pakistan),” tulis Chaudhry di Twitter pada Rabu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut, seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (16/9/2021).
Tidak jelas berapa banyak pemain wanita Afghanistan dan anggota keluarga mereka yang diizinkan masuk ke Pakistan.
Namun, surat kabar The Dawn pada hari Rabu melaporkan para pesepakbola wanita Afghanistan diberikan visa kemanusiaan darurat setelah pengambilalihan Kabul oleh Taliban.
Taliban, sebagai penguasa baru Afghanistan, pernah melarang perempuan bermain di semua cabang olahraga selama pemerintahan pertama mereka pada 1990-an.
Sekelompok pemain junior dan pelatih serta keluarga mereka telah mencoba melarikan diri dari negara itu bulan lalu, tetapi serangan bom yang menghancurkan di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, membuat mereka terdampar. Hal itu diungkap seorang sumber yang dekat dengan tim sepak bola tersebut kepada kantor berita AFP.
“Saya menerima permintaan untuk penyelamatan mereka dari LSM lain yang berbasis di Inggris, jadi saya menulis surat kepada Perdana Menteri Imran Khan yang mengeluarkan izin bagi mereka untuk mendarat di Pakistan,” kata Sardar Naveed Haider, seorang duta besar LSM pembangunan global Football for Peace, yang berbasis di di London.
Secara total, lebih dari 75 orang melintasi perbatasan utara pada hari Selasa, sebelum melakukan perjalanan ke selatan ke kota Lahore di mana mereka disambut dengan karangan bunga.
“Mereka akan bepergian dan tinggal di Lahore sampai mereka melangkah lebih jauh,” kata wakil presiden PFF Amir Dogar.
Haider mengatakan gadis-gadis yang bermain untuk tim nasional U-14, U-16 dan U-18 Afghanistan melintasi perbatasan darat dengan mengenakan burqa. Mereka kemudian beralih mengenakan jilbab.
Para pesepakbola wanita itu berencana melakukan perjalanan ke Ibu Kota Qatar, Doha.
Seorang pejabat senior Taliban mengatakan kepada media Australia bahwa “tidak perlu” bagi perempuan untuk bermain dalam setiap cabang olahraga.
Tetapi pada hari Selasa, Bashir Ahmad Rustamzai, direktur jenderal baru Afghanistan untuk olahraga, mengatakan para pemimpin tingkat atas Taliban masih akan memutuskan hal itu dalam waktu dekat.
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan adalah mantan bintang kriket internasional dan pahlawan olahraga di kalangan orang Pakistan.
Puluhan ribu warga Afghanistan telah meninggalkan negara itu sejak Taliban merebut kekuasaan, karena takut akan serangan balasan atau penindasan.
Pekan lalu, Taliban mengumumkan pemerintahan sementara Afghanistan. Semua kursi kabinet diisi laki-laki kelompok mereka yang pernah berkuasa tahun 1990-an dan mereka yang terlibat pertempuran 20 tahun melawan koalisi NATO pimpinan Amerika Serikat.
Langkah itu tidak mungkin memenangkan dukungan internasional yang sangat dibutuhkan para pemimpin baru untuk menghindari krisis ekonomi dan kemanusiaan.
Menurut Menteri Informasi Pakistan Fawad Chaudhry, para pemain sepak bola memasuki Pakistan melalui perbatasan barat laut Torkham dengan membawa dokumen perjalanan yang sah.
“Kami menyambut tim sepak bola Wanita Afghanistan tiba di perbatasan Torkham dari Afghanistan. Para pemain memiliki paspor Afghanistan yang valid, visa Pakistan dan diterima oleh Nouman Nadeem dari PFF (Federasi Sepak Bola Pakistan),” tulis Chaudhry di Twitter pada Rabu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut, seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (16/9/2021).
Tidak jelas berapa banyak pemain wanita Afghanistan dan anggota keluarga mereka yang diizinkan masuk ke Pakistan.
Namun, surat kabar The Dawn pada hari Rabu melaporkan para pesepakbola wanita Afghanistan diberikan visa kemanusiaan darurat setelah pengambilalihan Kabul oleh Taliban.
Taliban, sebagai penguasa baru Afghanistan, pernah melarang perempuan bermain di semua cabang olahraga selama pemerintahan pertama mereka pada 1990-an.
Sekelompok pemain junior dan pelatih serta keluarga mereka telah mencoba melarikan diri dari negara itu bulan lalu, tetapi serangan bom yang menghancurkan di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, membuat mereka terdampar. Hal itu diungkap seorang sumber yang dekat dengan tim sepak bola tersebut kepada kantor berita AFP.
“Saya menerima permintaan untuk penyelamatan mereka dari LSM lain yang berbasis di Inggris, jadi saya menulis surat kepada Perdana Menteri Imran Khan yang mengeluarkan izin bagi mereka untuk mendarat di Pakistan,” kata Sardar Naveed Haider, seorang duta besar LSM pembangunan global Football for Peace, yang berbasis di di London.
Secara total, lebih dari 75 orang melintasi perbatasan utara pada hari Selasa, sebelum melakukan perjalanan ke selatan ke kota Lahore di mana mereka disambut dengan karangan bunga.
“Mereka akan bepergian dan tinggal di Lahore sampai mereka melangkah lebih jauh,” kata wakil presiden PFF Amir Dogar.
Haider mengatakan gadis-gadis yang bermain untuk tim nasional U-14, U-16 dan U-18 Afghanistan melintasi perbatasan darat dengan mengenakan burqa. Mereka kemudian beralih mengenakan jilbab.
Para pesepakbola wanita itu berencana melakukan perjalanan ke Ibu Kota Qatar, Doha.
Seorang pejabat senior Taliban mengatakan kepada media Australia bahwa “tidak perlu” bagi perempuan untuk bermain dalam setiap cabang olahraga.
Tetapi pada hari Selasa, Bashir Ahmad Rustamzai, direktur jenderal baru Afghanistan untuk olahraga, mengatakan para pemimpin tingkat atas Taliban masih akan memutuskan hal itu dalam waktu dekat.
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan adalah mantan bintang kriket internasional dan pahlawan olahraga di kalangan orang Pakistan.
Puluhan ribu warga Afghanistan telah meninggalkan negara itu sejak Taliban merebut kekuasaan, karena takut akan serangan balasan atau penindasan.
Pekan lalu, Taliban mengumumkan pemerintahan sementara Afghanistan. Semua kursi kabinet diisi laki-laki kelompok mereka yang pernah berkuasa tahun 1990-an dan mereka yang terlibat pertempuran 20 tahun melawan koalisi NATO pimpinan Amerika Serikat.
Langkah itu tidak mungkin memenangkan dukungan internasional yang sangat dibutuhkan para pemimpin baru untuk menghindari krisis ekonomi dan kemanusiaan.
(min)