Penyiar TV Wanita Pertama yang Wawancarai Taliban Kabur dari Afghanistan
loading...
A
A
A
DOHA - Beheshta Arghand telah menjadi berita utama di seluruh dunia setelah menjadi penyiar televisi (TV) wanita pertama Afghanistan yang mewawancarai petinggi Taliban setelah jatuhnya Kabul. Namun, dia melarikan diri ke Qatar setelah milisi kelompok itu mulai menargetkan wanita.
Sejak Arghand mewawancarai petinggi Taliban, banyak orang bertanya-tanya apakah para milisi telah benar-benar mengadopsi sikap yang lebih moderat dan hormat terhadap hak-hak perempuan.
Tetapi bagi Arghand, pada hari-hari berikutnya yang tampaknya bersejarah itu, warna sebenarnya dari rezim baru Taliban terungkap. Khawatir akan hidup dan kebebasannya, jurnalis berusia 24 tahun itu memilih melarikan diri ke Qatar, dan menggambarkan bagaimana Taliban telah menindas jurnalis wanita.
“Perempuan—Taliban tidak mereka terima,” kata Arghand kepada Reuters dari Qatar.
"Ketika sekelompok orang tidak menerima Anda sebagai manusia, mereka memiliki gambaran di benak mereka tentang Anda, itu sangat sulit," katanya lagi, yang dilansir Sabtu (4/9/2021).
Wawancara televisi antara Arghand dengan seorang pejabat senior Taliban yang disiarkan secara langsung itu sebenarnya adalah kudeta propagandaoleh para militan, yang kemudian menjadi berita utama di seluruh dunia. Pejabat Taliban itu muncul di studio tanpa diundang pada 17 Agustus, dua hari setelah jatuhnya Kabul, dan meminta untuk diwawancarai.
“Saya melihat mereka datang [ke stasiun televisi Tolo News]. Saya kaget, saya kehilangan kendali...Saya berkata pada diri sendiri bahwa mungkin mereka datang untuk bertanya mengapa saya datang ke studio,” kenangnya.
Terlepas dari keterkejutannya, Arghand—yang telah menjadi presenter di saluran berita Afghanistan selama lebih dari sebulan—telah menyesuaikan jilbabnya, memeriksa pakaiannya untuk memastikan tidak ada bagian tubuhnya yang terlihat dan mulai melontarkan pertanyaannya. Dia mendapat pujian untuk interaksi yang tenang dan saat itu kemudian digambarkan sebagai hal "tak terbayangkan" dibandingkan dengan ketika Taliban terakhir memerintah Afghanistan dari 1996 hingga 2001, ketika perempuan tidak diberi kemampuan untuk belajar, bekerja atau bahkan pergi sendiri.
Tetapi Arghand mengatakan bahwa di luar kamera, fasad moderat Taliban segera runtuh, dan di hari-hari berikutnya hidupnya berubah menjadi mimpi buruk. Taliban memerintahkan Tolo News untuk membuat semua wanita mengenakan jilbab, syal yang menutupi kepala mereka tetapi membiarkan wajahnya terbuka. Taliban juga menangguhkan penyiar wanita di stasiun lain.
Sejak Arghand mewawancarai petinggi Taliban, banyak orang bertanya-tanya apakah para milisi telah benar-benar mengadopsi sikap yang lebih moderat dan hormat terhadap hak-hak perempuan.
Baca Juga
Tetapi bagi Arghand, pada hari-hari berikutnya yang tampaknya bersejarah itu, warna sebenarnya dari rezim baru Taliban terungkap. Khawatir akan hidup dan kebebasannya, jurnalis berusia 24 tahun itu memilih melarikan diri ke Qatar, dan menggambarkan bagaimana Taliban telah menindas jurnalis wanita.
“Perempuan—Taliban tidak mereka terima,” kata Arghand kepada Reuters dari Qatar.
"Ketika sekelompok orang tidak menerima Anda sebagai manusia, mereka memiliki gambaran di benak mereka tentang Anda, itu sangat sulit," katanya lagi, yang dilansir Sabtu (4/9/2021).
Wawancara televisi antara Arghand dengan seorang pejabat senior Taliban yang disiarkan secara langsung itu sebenarnya adalah kudeta propagandaoleh para militan, yang kemudian menjadi berita utama di seluruh dunia. Pejabat Taliban itu muncul di studio tanpa diundang pada 17 Agustus, dua hari setelah jatuhnya Kabul, dan meminta untuk diwawancarai.
“Saya melihat mereka datang [ke stasiun televisi Tolo News]. Saya kaget, saya kehilangan kendali...Saya berkata pada diri sendiri bahwa mungkin mereka datang untuk bertanya mengapa saya datang ke studio,” kenangnya.
Terlepas dari keterkejutannya, Arghand—yang telah menjadi presenter di saluran berita Afghanistan selama lebih dari sebulan—telah menyesuaikan jilbabnya, memeriksa pakaiannya untuk memastikan tidak ada bagian tubuhnya yang terlihat dan mulai melontarkan pertanyaannya. Dia mendapat pujian untuk interaksi yang tenang dan saat itu kemudian digambarkan sebagai hal "tak terbayangkan" dibandingkan dengan ketika Taliban terakhir memerintah Afghanistan dari 1996 hingga 2001, ketika perempuan tidak diberi kemampuan untuk belajar, bekerja atau bahkan pergi sendiri.
Tetapi Arghand mengatakan bahwa di luar kamera, fasad moderat Taliban segera runtuh, dan di hari-hari berikutnya hidupnya berubah menjadi mimpi buruk. Taliban memerintahkan Tolo News untuk membuat semua wanita mengenakan jilbab, syal yang menutupi kepala mereka tetapi membiarkan wajahnya terbuka. Taliban juga menangguhkan penyiar wanita di stasiun lain.