Penuhi Permintaan Taliban, Iran Ekspor Bensin ke Afghanistan
loading...
A
A
A
TEHERAN - Iran memulai kembali ekspor bensin dan minyak gas ke Afghanistan beberapa hari lalu, menyusul permintaan dari Taliban . Hal itu disampaikan Serikat Pengekspor Produk Minyak, Gas dan Petrokimia Iran, hari Senin.
Taliban, kelompok Muslim Sunni, merebut kekuasaan di Afghanistan pekan lalu ketika Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya menarik pasukannya setelah perang 20 tahun.
Harga bensin di Afghanistan mencapai USD900 (Rp12,9 juta) per ton pekan lalu karena banyak warga Afghanistan yang panik keluar dari kota, takut akan pembalasan dan kembalinya ke versi keras hukum Islam yang diberlakukan Taliban ketika berkuasa dua dekade lalu.
Untuk mengatasi lonjakan harga, pemerintah baru Taliban meminta Iran, negara kekuatan Muslim Syiah, untuk menjaga perbatasan tetap terbuka bagi para pedagang.
"Taliban mengirim pesan ke Iran yang mengatakan 'Anda dapat melanjutkan ekspor produk minyak bumi'," kata Hamid Hosseini, anggota dewan dan juru bicara serikat pekerja Iran di Teheran kepada Reuters, yang dilansir Selasa (24/8/2021).
Hosseini menambahkan bahwa beberapa pedagang Iran telah berhati-hati karena masalah keamanan.
Ekspor Iran, kata Hosseini, dimulai beberapa hari yang lalu, setelah Taliban memotong tarif impor bahan bakar dari Iran hingga 70 persen. Pernyataan itu dia buktikan dengan menunjukkan dokumen resmi daribadan Bea Cukai Afghanistan.
Ekspor utama Iran ke Afghanistan adalah bensin dan minyak gas.
Iran mengekspor sekitar 400.000 ton bahan bakar ke tetangganya itu dari Mei 2020 hingga Mei 2021. Data itu bersumber dari laporan yang diterbitkan oleh PetroView, platform penelitian dan konsultasi minyak dan gas Iran.
Taliban, kelompok Muslim Sunni, merebut kekuasaan di Afghanistan pekan lalu ketika Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya menarik pasukannya setelah perang 20 tahun.
Harga bensin di Afghanistan mencapai USD900 (Rp12,9 juta) per ton pekan lalu karena banyak warga Afghanistan yang panik keluar dari kota, takut akan pembalasan dan kembalinya ke versi keras hukum Islam yang diberlakukan Taliban ketika berkuasa dua dekade lalu.
Untuk mengatasi lonjakan harga, pemerintah baru Taliban meminta Iran, negara kekuatan Muslim Syiah, untuk menjaga perbatasan tetap terbuka bagi para pedagang.
"Taliban mengirim pesan ke Iran yang mengatakan 'Anda dapat melanjutkan ekspor produk minyak bumi'," kata Hamid Hosseini, anggota dewan dan juru bicara serikat pekerja Iran di Teheran kepada Reuters, yang dilansir Selasa (24/8/2021).
Hosseini menambahkan bahwa beberapa pedagang Iran telah berhati-hati karena masalah keamanan.
Ekspor Iran, kata Hosseini, dimulai beberapa hari yang lalu, setelah Taliban memotong tarif impor bahan bakar dari Iran hingga 70 persen. Pernyataan itu dia buktikan dengan menunjukkan dokumen resmi daribadan Bea Cukai Afghanistan.
Ekspor utama Iran ke Afghanistan adalah bensin dan minyak gas.
Iran mengekspor sekitar 400.000 ton bahan bakar ke tetangganya itu dari Mei 2020 hingga Mei 2021. Data itu bersumber dari laporan yang diterbitkan oleh PetroView, platform penelitian dan konsultasi minyak dan gas Iran.
(min)