Taliban Olesi Wajah Pria Afghanistan dengan Aspal, Diarak dengan Tali di Leher

Senin, 16 Agustus 2021 - 10:49 WIB
loading...
Taliban Olesi Wajah...
Kelompok Taliban mengolesi wajah dua pria di Herat, Afghanistan, dengan aspal dan mengaraknya di jalan-jalan dengan leher terikat tali. Foto/news.com.au
A A A
HERAT - Kelompok Taliban mengolesi wajah seorang pria di Herat, Afghanistan , dengan aspal. Mereka lantas mengarak pria itu di jalan dengan leher terikat tali.

Pemandangan menyedihkan terjadi setelah Herat direbut kelompok tersebut. Itu hanya sebagian dari pemandangan, yang menurut para aktivis hak asasi manusia, tanda-tanda era kegelapan.



Taliban telah mengeklaim kemenangan di Afghanistan dengan menyatakan "perang telah berakhir".

Kelompok Islam puritan itu pertama kali menguasai negara itu pada tahun 1994 yang dipimpin oleh mantan komandan kelompok Mujahidin, Mohammad Omar.

Taliban terkenal memberlakukan hukum Islam yang keras versi mereka sendiri, termasuk merajam orang-orang yang dicurigai berzina, dan melakukan eksekusi di depan umum.

Perempuan dilarang bekerja, anak perempuan dilarang bersekolah. Laki-laki dilarang mencukur janggut dan perempuan dipaksa memakai burka dari kepala sampai ujung kaki.

Banyak dari itu berubah ketika Amerika Serikat (AS) menginvasi rezim Taliban pada tahun 2001, di mana perempuan dan etnis minoritas diberikan kebebasan yang lebih besar.

Sekarang Taliban kembali di ambang mengambil alih kekuasaan lagi setelah menguasai istana kepresidenan di Kabul.

Ada kekhawatiran bahwa Taliban akan membatalkan beberapa kebebasan yang baru dimenangkan bagi warga Afghanistan.

Sebagai tanda hal-hal buruk yang akan datang, sebuah foto di media sosial menunjukkan pemilik salon kecantikan mengecat dinding untuk menghapus poster yang menggambarkan wanita.

Aktivis Irak-Amerika, Sarah Idan, menggambarkannya sebagai "era gelap baru bagi perempuan".

Wartawan Afghanistan Bilal Sarway, seperti dikutip news.com.au, Senin (16/8/2021), membagikan rekaman pria-pria yang wajahnya diolesi aspal hitam dengan tali di terikat dileher mereka. Para pria itu diseret melewati jalan-jalan oleh orang-orang bersenjata kelompok Taliban.



Foto-foto jurnalis itu diberi keterangan berbunyi "mengerikan" dan "abad pertengahan". Foto beberapa itu diambil dari jalan-jalan di Herat.

Riasan hitam seperti itu dianggap sebagai peringatan bagi pelanggar.

Situasinya bisa mengerikan bagi individu LGBT [lesbian, gay, biseksual dan transgender] di negara itu. Seorang hakim Taliban mengumumkan bulan lalu bahwa hukuman untuk homoseksualitas adalah kematian di bawah kekuasaannya.

“Hanya ada dua hukuman untuk gay: rajam atau dia harus berdiri di balik tembok yang menimpanya. Dindingnya harus setinggi 2,5 hingga 3 meter,” kata hakim tersebut kepada surat kabar Jerman Bild.

Taliban diperkirakan akan mengumumkan pemulihan "Imarah Islam Afghanistan" dalam waktu dekat.

Kelompok itu telah berjanji akan ada transfer kekuasaan secara damai dan berjanji para milisinya tidak akan memasuki rumah orang atau mengganggu bisnis.

Taliban juga dilaporkan menawarkan "amnesti" kepada orang-orang yang bekerja dengan pemerintah Afghanistan atau pasukan asing.

Namun ada laporan tentang taktik brutal di daerah yang telah direbut Taliban dalam beberapa hari terakhir termasuk pembunuhan balas dendam.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
Hamas Senang Trump Cabut...
Hamas Senang Trump Cabut Rencana AS Usir Warga Gaza
Ukraina Kehabisan Rudal...
Ukraina Kehabisan Rudal ATACMS Amerika untuk Melawan Rusia
Donald Trump: Tidak...
Donald Trump: Tidak Ada yang Mengusir Rakyat Palestina dari Gaza
Ukraina Setuju Gencatan...
Ukraina Setuju Gencatan Senjata 30 Hari, Ini Respons Rusia
7 Fakta Donald Trump...
7 Fakta Donald Trump Memecat Tentara Transgender AS, dari 12.000 Prajurit LGBT hingga Bumerang Kepalsuan
7 Negara yang Berebut...
7 Negara yang Berebut Kekuasaan di Arktik, Rusia Jadi Jagoannya
Profil Linda McMahon,...
Profil Linda McMahon, Menteri Pendidikan AS Era Trump yang Pecat 50 Persen Pegawainya
Profil Mahmoud Khalil,...
Profil Mahmoud Khalil, Aktivis Muslim AS yang Ditangkap karena Menentang Kebijakan Donald Trump
Rekomendasi
5 Potret Cantik Luna...
5 Potret Cantik Luna Bijl, Model Belanda yang Jadi Pacar Maarten Paes
KPK Umumkan 5 Tersangka...
KPK Umumkan 5 Tersangka Kasus Bank BJB, Salah Satunya Mantan Dirut
Eks Kapolres Ngada Jadi...
Eks Kapolres Ngada Jadi Tersangka Kasus Pencabulan Tiga Anak, Langsung Ditahan
Berita Terkini
Mahkamah Internasional...
Mahkamah Internasional Gelar Sidang Terbuka Kewajiban Israel di Wilayah Palestina yang Diduduki
47 menit yang lalu
Bosnia Buru Presiden,...
Bosnia Buru Presiden, Perdana Menteri dan Ketua Parlemen Republika Srpska
1 jam yang lalu
Penjualan Mobil Anjlok,...
Penjualan Mobil Anjlok, Volkswagen akan Produksi Senjata dan Peralatan Militer
2 jam yang lalu
Putin Kunjungi Wilayah...
Putin Kunjungi Wilayah Kursk Rusia, Seru Militer Kalahkan Ukraina Secepatnya
3 jam yang lalu
4 Isi Gencatan Rusia...
4 Isi Gencatan Rusia dan Ukraina yang Diajukan AS, Tidak Ada Perang Selama 30 Hari
4 jam yang lalu
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
4 jam yang lalu
Infografis
Negara Paling Korup...
Negara Paling Korup di Asia Tenggara versi Transparency International
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved