Musk Ingin Membom Mars, Rusia: Kedok Usung Bom Nuklir ke Luar Angkasa
loading...
A
A
A
MOSKOW - Pendiri SpaceX, Elon Musk , berencana membom planet Mars untuk mengubah lingkungan di planet itu menjadi layak huni bagi manusia. Namun, Rusia menduga ide itu hanya kedok untuk mengusung senjata atau bom nuklir ke luar angkasa.
Menurut laporan Business Insider, bos teknologi Amerika Serikat (AS) kelahiran Afrika Selatan ini telah tertarik untuk menghantam Mars dengan senjata nuklir sejak 2015.
Menurut teorinya, dia mengatakan panas yang dihasilkan oleh bom-bom itu dapat menyebabkan lapisan es kutub planet Mars mencair dan melepaskan karbon dioksida ke atmosfer, memicu efek rumah kaca yang cepat yang meningkatkan suhu dan tekanan udara planet ke titik yang mendukung kehidupan manusia.
Kepala badan antariksa negara Rusia; Roscosmos, Dmitry Rogozin, mengatakan rencana Musk adalah upaya untuk menutup-nutupi pengiriman bom nuklir ke luar angkasa.
"Kami memahami bahwa satu hal tersembunyi di balik demagogi ini; Ini adalah kedok untuk peluncuran senjata nuklir ke luar angkasa," kata Rogozin kepada pakar televisi pro-Kremlin, Vladimir Solovyov, yang dilansir The Hill, Jumat (29/5/2020).
Rogozin menyebut ide Musk "tidak manusiawi" dan mengatakan itu akan "menghancurkan" planet Mars. (Baca: AS Pertimbangkan Ledakkan Bom Nuklir, Begini Reaksi China )
"Kami melihat upaya seperti itu, kami menganggapnya tidak dapat diterima, dan kami akan merintangi ini semaksimal mungkin," kata Rogozin. Dia menegaskan bahwa peraturan internasional melarang penyebaran senjata di ruang angkasa.
Direktur Eksekutif Roscosmos untuk Program Lanjutan dan Ilmu Pengetahuan Alexander Bloshenko mengatakan kepada kantor berita TASS pada awal bulan ini bahwa rencana Musk akan membutuhkan 10.000 hulu ledak nuklir. Musk merespons di Twitter dengan menjawab; "Tidak ada masalah".
Menurut The Moscow Times, Rogozin dan Musk telah berseteru di masa lalu atas tuduhan bahwa SpaceX berusaha mendorong Moskow keluar dari pasar roket pembawa dengan menurunkan harga untuk penerbangan luar angkasa komersial.
Pernyataan Rogozin muncul sehari setelah SpaceX menangguhkan peluncuran pesawat ruang angkasa Dragon ke Stasiun Luar Angkasa Internasional karena kondisi cuaca yang tidak cocok.
Peluncuran baru dijadwalkan dilakukan Sabtu (30/5/2020) sore. Jika berhasil, itu akan menunjukkan AS tidak lagi bergantung pada roket Soyuz Rusia untuk penerbangan luar angkasa di masa depan.
Menurut laporan Business Insider, bos teknologi Amerika Serikat (AS) kelahiran Afrika Selatan ini telah tertarik untuk menghantam Mars dengan senjata nuklir sejak 2015.
Menurut teorinya, dia mengatakan panas yang dihasilkan oleh bom-bom itu dapat menyebabkan lapisan es kutub planet Mars mencair dan melepaskan karbon dioksida ke atmosfer, memicu efek rumah kaca yang cepat yang meningkatkan suhu dan tekanan udara planet ke titik yang mendukung kehidupan manusia.
Kepala badan antariksa negara Rusia; Roscosmos, Dmitry Rogozin, mengatakan rencana Musk adalah upaya untuk menutup-nutupi pengiriman bom nuklir ke luar angkasa.
"Kami memahami bahwa satu hal tersembunyi di balik demagogi ini; Ini adalah kedok untuk peluncuran senjata nuklir ke luar angkasa," kata Rogozin kepada pakar televisi pro-Kremlin, Vladimir Solovyov, yang dilansir The Hill, Jumat (29/5/2020).
Rogozin menyebut ide Musk "tidak manusiawi" dan mengatakan itu akan "menghancurkan" planet Mars. (Baca: AS Pertimbangkan Ledakkan Bom Nuklir, Begini Reaksi China )
"Kami melihat upaya seperti itu, kami menganggapnya tidak dapat diterima, dan kami akan merintangi ini semaksimal mungkin," kata Rogozin. Dia menegaskan bahwa peraturan internasional melarang penyebaran senjata di ruang angkasa.
Direktur Eksekutif Roscosmos untuk Program Lanjutan dan Ilmu Pengetahuan Alexander Bloshenko mengatakan kepada kantor berita TASS pada awal bulan ini bahwa rencana Musk akan membutuhkan 10.000 hulu ledak nuklir. Musk merespons di Twitter dengan menjawab; "Tidak ada masalah".
Menurut The Moscow Times, Rogozin dan Musk telah berseteru di masa lalu atas tuduhan bahwa SpaceX berusaha mendorong Moskow keluar dari pasar roket pembawa dengan menurunkan harga untuk penerbangan luar angkasa komersial.
Pernyataan Rogozin muncul sehari setelah SpaceX menangguhkan peluncuran pesawat ruang angkasa Dragon ke Stasiun Luar Angkasa Internasional karena kondisi cuaca yang tidak cocok.
Peluncuran baru dijadwalkan dilakukan Sabtu (30/5/2020) sore. Jika berhasil, itu akan menunjukkan AS tidak lagi bergantung pada roket Soyuz Rusia untuk penerbangan luar angkasa di masa depan.
(min)