PBB: Gelombang Panas Ekstrim Bisa Semakin Sering Terjadi

Senin, 09 Agustus 2021 - 17:30 WIB
loading...
PBB: Gelombang Panas...
Panel iklim PBB mengatakan bahwa gelombang panas ekstrem yang hanya terjadi sekali setiap 50 tahun sekarang bisa terjadi lebih sering karena pemanasan global. Foto/REUTERS
A A A
NEW YORK - Panel iklim PBB dalam laporannya mengatakan bahwa gelombang panas ekstrem yang sebelumnya hanya terjadi sekali setiap 50 tahun sekarang diperkirakan terjadi sekali dalam satu dekade karena pemanasan global. Sementara itu, hujan dan kekeringan juga menjadi lebih sering terjadi.

Menurut laporan, dunia sudah mengalami efek perubahan iklim tersebut. Ini karena Bumi telah melampaui suhu rata-rata lebih dari 1 derajat Celcius.

“Gelombang panas, kekeringan, dan hujan deras hanya akan menjadi lebih sering dan ekstrem seiring dengan semakin panasnya bumim," bunyi laporan yang dikeluarkan oleh Panel Antarpemerintah PBB tentang Perubahan Iklim (IPCC).

Melansir Reuters pada Senin (9/8/2021), ini adalah pertama kalinya IPCC menghitung kemungkinan kejadian ekstrem ini dalam berbagai skenario.

Laporan tersebut menemukan bahwa kejadian hujan lebat sekali dalam satu dekade sekarang 1,3 kali lebih mungkin dan 6,7 persen lebih basah, dibandingkan dengan 50 tahun hingga 1900 ketika pemanasan besar yang didorong oleh manusia mulai terjadi.

Kekeringan ekstrim yang terjadi sekali dalam satu dekade, papar laporan itu, kini bisa terjadi setiap lima atau enam tahun.

Para ilmuwan menekankan bahwa efek perubahan iklim ini sudah ada, dengan peristiwa seperti gelombang panas di Pasifik Barat Laut Amerika Serikat (AS) yang menewaskan ratusan orang pada bulan Juni dan Brazil saat ini mengalami kekeringan terburuk dalam 91 tahun.

"Gelombang panas di Kanada, kebakaran di California, banjir di Jerman, banjir di China, kekeringan di Brazil tengah membuatnya sangat, sangat jelas bahwa iklim ekstrim memiliki korban yang sangat berat," kata Paulo Artaxo, penulis utama laporan tersebut. dan seorang fisikawan lingkungan dan Universitas Sao Paulo.

Menurutnya, masa depan terlihat lebih suram, dengan lebih banyak pemanasan yang berarti lebih sering terjadi peristiwa ekstrim.

Gelombang panas menunjukkan peningkatan frekuensi yang lebih kuat dengan pemanasan global daripada semua peristiwa ekstrem lainnya. Dua kali dalam satu abad gelombang panas bisa terjadi kira-kira setiap enam tahun dengan pemanasan 1,5 derajat Celcius, tingkat yang menurut laporan itu bisa dilampaui dalam dua dekade.

Jika dunia menjadi lebih panas 4 derajat Celcius, seperti yang bisa terjadi dalam skenario emisi tinggi, gelombang panas itu akan terjadi setiap satu hingga dua tahun sekali.

Carolina Vera, penulis lainnya dalam laporan itu dan ilmuwan iklim fisik di University of Buenos Aires dan badan utama penelitian sains Argentina (CONICET), mengatakan ada juga kemungkinan yang meningkat bahwa beberapa peristiwa cuaca ekstrem dapat terjadi pada saat yang bersamaan.

Misalnya, panas ekstrem, kekeringan dan angin kencang, kondisi yang dapat memicu kebakaran hutan, lebih mungkin terjadi pada saat yang bersamaan.

IPCC memiliki keyakinan tingkat menengah atau tinggi bahwa banyak wilayah pertanian penting di seluruh dunia akan mengalami lebih banyak kekeringan atau hujan ekstrem. Itu termasuk bagian dari Argentina, Paraguay, Bolivia dan Brazil yang merupakan sumber utama kedelai dan komoditas global lainnya.

Friederike Otto, penulis IPCC dan ahli iklim di University of Oxford, mengatakan, wilayah yang sudah rentan terhadap kekeringan cenderung lebih sering mengalaminya, termasuk di Mediterania, Australia selatan dan Amerika Utara bagian barat.

“Peningkatan frekuensi kekeringan dan hujan lebat juga tidak saling eksklusif dan diprediksi terjadi di tempat-tempat seperti Afrika Selatan,” katanya.

“Proyeksi pada peristiwa cuaca ekstrem yang tercantum dalam laporan memperkuat pentingnya membatasi perubahan iklim ke tingkat yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris. Jika kita stabil pada 1,5 derajat, kita bisa menghentikannya agar tidak semakin parah," tukas Otto.
(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Perang Gaza dan Ukraina...
Perang Gaza dan Ukraina Bukti PBB Gagal Jalankan Fungsinya, Masihkah Berharap pada PBB?
Taiwan Lawan Tekanan...
Taiwan Lawan Tekanan China di PBB, Tegaskan Status sebagai Negara Berdaulat
Putin Usul PBB Memerintah...
Putin Usul PBB Memerintah Sementara Ukraina, Ini Tujuan Pentingnya
Sekjen PBB Kaget Israel...
Sekjen PBB Kaget Israel Gempur Gaza, 322 Warga Palestina Tewas dan Hilang
PBB: Blokade Israel...
PBB: Blokade Israel Picu Kelaparan Tercepat dalam Sejarah Modern
Elon Musk Dukung AS...
Elon Musk Dukung AS Keluar dari NATO dan PBB
Gunakan Gaya Mafia,...
Gunakan Gaya Mafia, Jerman Intimidasi dan Lecehkan Pakar PBB untuk Palestina
Pakistan Tutup Wilayah...
Pakistan Tutup Wilayah Udara untuk Maskapai India, Beri Peringatan Tentang Perjanjian Pembagian Air
Biodata 3 Istri Emir...
Biodata 3 Istri Emir Qatar Sheikh Tamim, Dikenal Anggun dan Berpengaruh
Rekomendasi
Wiranto Ungkap Respons...
Wiranto Ungkap Respons Prabowo soal Purnawirawan TNI Minta Wapres Gibran Diganti
Marine Digital Summit...
Marine Digital Summit 2025 IKA ITS Dorong Otomatisasi dan Pacu Pertumbuhan
Uya Kuya Sosialisasikan...
Uya Kuya Sosialisasikan Program MBG di Jaksel
Berita Terkini
Rusia Gelar Serangan...
Rusia Gelar Serangan Udara Besar-besaran di Seluruh Ukraina
47 menit yang lalu
Hamas Kecam Pernyataan...
Hamas Kecam Pernyataan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas soal Tawanan Gaza
1 jam yang lalu
Presiden Otoritas Palestina...
Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas Sebut Hamas Anak-anak Jalang
2 jam yang lalu
Rusia Tak Menuntut Pemecatan...
Rusia Tak Menuntut Pemecatan Zelensky, Apa Alasannya?
3 jam yang lalu
Polisi Kashmir Ungkap...
Polisi Kashmir Ungkap Para Tersangka Serangan Pahalgam
4 jam yang lalu
10 Paus Gereja Katolik...
10 Paus Gereja Katolik yang Hidup Sezaman dengan Nabi Muhammad
5 jam yang lalu
Infografis
PBB Umumkan Cuaca Panas...
PBB Umumkan Cuaca Panas Ekstrem Membakar Asia Tenggara
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved