PM Rusia Kunjungi Kepulauan Pasifik yang diklaim Jepang, Tokyo Marah Besar
loading...
A
A
A
Mishustin mengatakan dia akan membahas proyek tersebut dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pada Jumat, Putin meminta perdana menteri "memberikan perhatian khusus" ke Kepulauan Kuril selama perjalanannya ke Timur Jauh.
Putin mencatat, “Moskow telah bekerja dengan mitra Jepang untuk menciptakan kondisi yang diperlukan bagi mereka yang terlibat dalam kegiatan ekonomi.”
Jepang menegaskan hak teritorial atas kepulauan yang disebutnya sebagai Wilayah Utara.
Uni Soviet merebut kepulauan itu di hari-hari terakhir Perang Dunia II, dan perselisihan telah membuat kedua negara tidak menandatangani perjanjian damai yang secara resmi mengakhiri permusuhan mereka.
Upaya diplomatik selama puluhan tahun untuk merundingkan penyelesaian belum membuahkan hasil yang nyata.
Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menghabiskan banyak waktu dan usaha dengan harapan dapat merundingkan solusi selama hampir delapan tahun menjabat, tetapi dia hanya mendapatkan sedikit kemajuan.
Tak lama setelah menjabat September lalu, Perdana Menteri Jepang yang baru terpilih Yoshihide Suga membahas sengketa teritorial dalam panggilan telepon dengan Putin.
Suga mengatakan dia berharap menemukan penyelesaian dan menandatangani perjanjian damai dengan Rusia.
Setelah kunjungan Mishustin ke Iturup pada Senin, Wakil Menteri Luar Negeri (Menlu) Jepang Takeo Mori memanggil Duta Besar Rusia untuk Jepang, Mikhail Galuzin, untuk memprotes tindakan Mishustin.
“Duta Besar mengatakan protes itu tidak dapat diterima mengingat posisi fundamental pihak Rusia di Kepulauan Kuril selatan, yang diteruskan ke negara kami secara legal setelah hasil Perang Dunia II,” ungkap Kedutaan Besar Rusia di Jepang dalam pernyataan di Facebook.
Putin mencatat, “Moskow telah bekerja dengan mitra Jepang untuk menciptakan kondisi yang diperlukan bagi mereka yang terlibat dalam kegiatan ekonomi.”
Jepang menegaskan hak teritorial atas kepulauan yang disebutnya sebagai Wilayah Utara.
Uni Soviet merebut kepulauan itu di hari-hari terakhir Perang Dunia II, dan perselisihan telah membuat kedua negara tidak menandatangani perjanjian damai yang secara resmi mengakhiri permusuhan mereka.
Upaya diplomatik selama puluhan tahun untuk merundingkan penyelesaian belum membuahkan hasil yang nyata.
Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menghabiskan banyak waktu dan usaha dengan harapan dapat merundingkan solusi selama hampir delapan tahun menjabat, tetapi dia hanya mendapatkan sedikit kemajuan.
Tak lama setelah menjabat September lalu, Perdana Menteri Jepang yang baru terpilih Yoshihide Suga membahas sengketa teritorial dalam panggilan telepon dengan Putin.
Suga mengatakan dia berharap menemukan penyelesaian dan menandatangani perjanjian damai dengan Rusia.
Setelah kunjungan Mishustin ke Iturup pada Senin, Wakil Menteri Luar Negeri (Menlu) Jepang Takeo Mori memanggil Duta Besar Rusia untuk Jepang, Mikhail Galuzin, untuk memprotes tindakan Mishustin.
“Duta Besar mengatakan protes itu tidak dapat diterima mengingat posisi fundamental pihak Rusia di Kepulauan Kuril selatan, yang diteruskan ke negara kami secara legal setelah hasil Perang Dunia II,” ungkap Kedutaan Besar Rusia di Jepang dalam pernyataan di Facebook.