Pertama dalam 30 Tahun, Presiden China Lakukan Kunjungan ke Tibet

Jum'at, 23 Juli 2021 - 22:44 WIB
loading...
Pertama dalam 30 Tahun, Presiden China Lakukan Kunjungan ke Tibet
Presiden China Xi Jinping melakukan kunjungan ke Tibet. Foto/SCMP
A A A
LHASA - Presiden China Xi Jinping telah mengunjungi wilayah Tibet , wilayah yang secara politik bermasalah dengan Beijing. Ini adalah kunjungan resmi pertama seorang pemimpin China dalam 30 tahun.

Xi Jinping berada di Tibet dari 21-22 Juli, tetapi kunjungannya baru dilaporkan oleh media pemerintah hari ini karena sensitivitas perjalanan tersebut seperti dikutip dari BBC, Jumat (23/7/2021).

China dituduh menekan kebebasan budaya dan agama di wilayah terpencil dan mayoritas beragama Buddha itu. Namun Beijing membantah tuduhan tersebut.

Dalam rekaman yang dirilis oleh stasiun televisi China, CCTV, Xi Jinping terlihat menyapa kerumunan yang mengenakan pakaian etnis Tibet dan mengibarkan bendera China saat ia meninggalkan pesawatnya.

Dia tiba di Nyingchi, sebelah tenggara negara itu, dan mengunjungi sejumlah lokasi untuk belajar tentang pembangunan perkotaan.



Dia kemudian melakukan perjalanan ke Ibu Kota Lhasa dengan kereta api dataran tinggi.

Saat berada di Lhasa, ia mengunjungi Istana Potala, rumah tradisional pemimpin spiritual Tibet di pengasingan, Dalai Lama.

Kelompok advokasi Kampanye Internasional untuk Tibet pada hari Kamis mengatakan orang-orang di kota itu melaporkan kegiatan yang tidak biasa dan pemantauan gerakan mereka menjelang kunjungannya.

Xi Jinping terakhir kali mengunjungi wilayah itu 10 tahun lalu sebagai wakil presiden. Pemimpin China terakhir yang secara resmi mengunjungi Tibet adalah Jiang Zemin pada tahun 1990.

Media pemerintah mengatakan bahwa Xi Jinping meluangkan waktu untuk mempelajari tentang pekerjaan yang dilakukan pada urusan etnis dan agama serta pekerjaan yang dilakukan untuk melindungi budaya Tibet.



Banyak orang Tibet di pengasingan menuduh Beijing melakukan penindasan agama dan mengikis budaya mereka.

Tibet memiliki sejarah yang penuh gejolak, di mana wilayah itu telah menghabiskan beberapa periode berfungsi sebagai entitas independen dan waktu yang lain diperintah oleh dinasti China dan Mongolia yang kuat.

China mengirim ribuan tentara untuk menegakkan klaimnya di wilayah tersebut pada tahun 1950. Beberapa wilayah menjadi Daerah Otonomi Tibet dan yang lainnya dimasukkan ke dalam provinsi-provinsi tetangga China.

China mengatakan Tibet telah berkembang pesat di bawah kekuasaannya.

Tetapi kelompok kampanye mengatakan China terus melanggar hak asasi manusia, menuduhnya melakukan represi politik dan agama sesuatu yang dibantah Beijing.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1909 seconds (0.1#10.140)