Pesawat yang Dipakai Tim Guaido Juga Angkut Para Pembunuh Presiden Haiti
loading...
A
A
A
Salah satunya diduga Christian Emmanuel Sanon, yang disebut Polisi Nasional Haiti (PNH) sebagai dalang di balik aksi pembunuhan tersebut.
Pesawat ini dimiliki Helidosa, maskapai penerbangan di Republik Dominika. CEO Alex Castillo mengatakan dalam pernyataan yang diperoleh Haiti Libre bahwa, “Ketiga penumpang melewati semua kontrol imigrasi di bandara tempat mereka pergi dan masuk serta perusahaannya tidak memiliki sarana untuk menetapkan bahwa mereka yang menggunakan layanannya memiliki tujuan kriminal."
"Kami bukan badan keamanan, atau badan investigasi yang bisa mengetahuinya," ujar Castillo.
Dia mengungkapkan maskapainya juga bertanggung jawab mengangkut Martine Moise ke Florida untuk perawatan setelah serangan itu, serta untuk mengangkut mantan Presiden Haiti Jean-Bertrand Aristide ke Kuba bulan lalu untuk perawatan darurat COVID-19.
Dia mencatat perusahaannya memiliki 15 pesawat dan 24 helikopter.
Namun, ini bukan hubungan pertama antara plot pembunuhan dan oposisi Venezuela. Ketua Majelis Nasional Venezuela Jorge Rodriguez mengatakan pekan lalu bahwa CTU Security, kelompok tentara bayaran yang diduga dikontrak untuk pekerjaan itu, juga berada di balik upaya 2018 untuk membunuh Maduro dengan drone yang meledak selama dia pidato.
Dia menambahkan bahwa itu juga terkait upaya 2020 oleh tentara bayaran Silvercorp dari Amerika Serikat (AS) untuk menculik Maduro, yang dibayar oleh pemerintahan Guaido yang didukung AS.
Kepolisian Haiti telah menangkap 20 orang yang terkait rencana pembunuhan itu, 18 orang di antaranya adalah warga Kolombia dan dua di antaranya adalah warga Amerika.
Banyak dari orang Kolombia itu telah dikonfirmasi sebagai mantan personel militer, beberapa di antaranya menerima pelatihan dari militer AS sebagai bagian dari layanan mereka, sementara salah satu dari warga AS adalah mantan informan Badan Penegakan Narkoba AS (DEA), agen polisi federal yang juga bekerja secara luas di Kolombia.
Pada Senin, Claude Joseph, mantan pelaksan perdana menteri yang tetap diakui sebagai pemimpin de facto Haiti oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan AS setelah pembunuhan Moise, mengumumkan dia akan mundur demi Ariel Henry, yang ditunjuk Moise untuk menggantikan Joseph hanya sehari sebelum pembunuhan.
Pesawat ini dimiliki Helidosa, maskapai penerbangan di Republik Dominika. CEO Alex Castillo mengatakan dalam pernyataan yang diperoleh Haiti Libre bahwa, “Ketiga penumpang melewati semua kontrol imigrasi di bandara tempat mereka pergi dan masuk serta perusahaannya tidak memiliki sarana untuk menetapkan bahwa mereka yang menggunakan layanannya memiliki tujuan kriminal."
"Kami bukan badan keamanan, atau badan investigasi yang bisa mengetahuinya," ujar Castillo.
Dia mengungkapkan maskapainya juga bertanggung jawab mengangkut Martine Moise ke Florida untuk perawatan setelah serangan itu, serta untuk mengangkut mantan Presiden Haiti Jean-Bertrand Aristide ke Kuba bulan lalu untuk perawatan darurat COVID-19.
Dia mencatat perusahaannya memiliki 15 pesawat dan 24 helikopter.
Namun, ini bukan hubungan pertama antara plot pembunuhan dan oposisi Venezuela. Ketua Majelis Nasional Venezuela Jorge Rodriguez mengatakan pekan lalu bahwa CTU Security, kelompok tentara bayaran yang diduga dikontrak untuk pekerjaan itu, juga berada di balik upaya 2018 untuk membunuh Maduro dengan drone yang meledak selama dia pidato.
Dia menambahkan bahwa itu juga terkait upaya 2020 oleh tentara bayaran Silvercorp dari Amerika Serikat (AS) untuk menculik Maduro, yang dibayar oleh pemerintahan Guaido yang didukung AS.
Kepolisian Haiti telah menangkap 20 orang yang terkait rencana pembunuhan itu, 18 orang di antaranya adalah warga Kolombia dan dua di antaranya adalah warga Amerika.
Banyak dari orang Kolombia itu telah dikonfirmasi sebagai mantan personel militer, beberapa di antaranya menerima pelatihan dari militer AS sebagai bagian dari layanan mereka, sementara salah satu dari warga AS adalah mantan informan Badan Penegakan Narkoba AS (DEA), agen polisi federal yang juga bekerja secara luas di Kolombia.
Pada Senin, Claude Joseph, mantan pelaksan perdana menteri yang tetap diakui sebagai pemimpin de facto Haiti oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan AS setelah pembunuhan Moise, mengumumkan dia akan mundur demi Ariel Henry, yang ditunjuk Moise untuk menggantikan Joseph hanya sehari sebelum pembunuhan.