AS Kirim Kapal Serbu Amfibi ke Laut Hitam, Anggap Sepi Kemarahan Rusia
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Para pelaut Amerika Serikat (AS) di kemudi kapal serbu amfibi telah memetakan arah ke Laut Hitam untuk mengikuti latihan bersama pasukan NATO lainnya.
Armada Keenam AS telah mengumumkan langkah itu pada Kamis, di tengah kekhawatiran konflik bersenjata di wilayah tersebut.
Tindakan AS itu jelas menganggap sepi kemarahan Rusia yang menentang latihan militer di perairan dekat wilayahnya.
“Kapal Angkatan Laut AS, Yuma, kapal pengangkut cepat ekspedisi kelas Spearhead, memulai transit ke utara ke Laut Hitam untuk beroperasi dengan sekutu dan mitra NATO kami,” ungkap para komandan AS.
Catamaran lambung kembar itu mampu mengangkut satu kompi Marinir AS dan dilengkapi dek penerbangan dan jalan untuk memungkinkan kendaraan lapis baja meluncur cepat ke medan pertempuran.
Yuma akan ambil bagian dalam latihan kolosal 'Sea Breeze' bersama personel dari 32 negara berbeda, termasuk Ukraina, Inggris, Prancis, Polandia, Georgia, Senegal, Korea Selatan, Pakistan, Jepang, dan Maroko.
Rusia mengatakan latihan militer itu menimbulkan risiko nyata bagi potensi eskalasi ketegangan militer.
Armada Keenam AS telah mengumumkan langkah itu pada Kamis, di tengah kekhawatiran konflik bersenjata di wilayah tersebut.
Tindakan AS itu jelas menganggap sepi kemarahan Rusia yang menentang latihan militer di perairan dekat wilayahnya.
“Kapal Angkatan Laut AS, Yuma, kapal pengangkut cepat ekspedisi kelas Spearhead, memulai transit ke utara ke Laut Hitam untuk beroperasi dengan sekutu dan mitra NATO kami,” ungkap para komandan AS.
Catamaran lambung kembar itu mampu mengangkut satu kompi Marinir AS dan dilengkapi dek penerbangan dan jalan untuk memungkinkan kendaraan lapis baja meluncur cepat ke medan pertempuran.
Yuma akan ambil bagian dalam latihan kolosal 'Sea Breeze' bersama personel dari 32 negara berbeda, termasuk Ukraina, Inggris, Prancis, Polandia, Georgia, Senegal, Korea Selatan, Pakistan, Jepang, dan Maroko.
Rusia mengatakan latihan militer itu menimbulkan risiko nyata bagi potensi eskalasi ketegangan militer.