Rusia Mengaku Khawatir dengan Perkembangan Situasi di Afghanistan
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia mengaku prihatin dengan perkembangan di wilayah perbatasan Afghanistan setelah penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dari negara tersebut. Intensitas pertempuran antara tentara Afghanistan dan Taliban meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir di wilayah Afghanistan, yang berdekatan dengan perbatasan Tajikistan.
“Tentu saja, setelah Amerika dan sekutu mereka keluar dari Afghanistan, situasi di negara itu menjadi perhatian serius bagi kami," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
"Kami terus mengawasi (situasi) dan mencatat bahwa, sayangnya, destabilisasi sedang terjadi," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Tass pada Selasa (6/7/2021).
Disinggung soal apakah Rusia sedang menjajaki kemungkinan mengirim pasukan tambahan untuk membantu Tajikistan melindungi perbatasan, Peskov mencatat bahwa prajurit militer Rusia dan penjaga perbatasan akan memantau situasi di wilayah perbatasan Afghanistan dan membuat keputusan yang tepat.
“Mengenai kontingen tambahan, saya tidak bisa memberitahu Anda. Tentu saja, seiring dengan perkembangan situasi, dan kami melihat bahwa, sayangnya, itu tidak berkembang dengan cara terbaik, keputusan yang diperlukan akan dibuat oleh militer dan penjaga perbatasan kami," ujarnya.
Sebelumnya, Taliban telah merebut Panjwai, sebuah distrik kunci di bekas benteng mereka di provinsi Kandahar, setelah pertempuran sengit dengan tentara pemerintah diAfghanistan. Setelah distrik itu direbut, ratusan tentara pemerintah kabur atau melarikan diri ke Tajikistan.
Kelompok Taliban merebut distrik Panjwai hanya beberapa hari setelah pasukan ASdan sekutunya menarik diri dari Pangkalan Udara Bagram dekat Kabul.
Distrik Panjwai telah menjadi target Taliban sejak lama, mengingat kedekatannya dengan kota Kandahar. Jatuhnya distrik Panjwai membuat sejumlah keluarga melarikan diri dari daerah itu karena kelompok ekstremis itu bertujuan untuk menerapkan versi hukum syariah Islam yang keras, yang disebutnya “sistem Islam asli”.
“Tentu saja, setelah Amerika dan sekutu mereka keluar dari Afghanistan, situasi di negara itu menjadi perhatian serius bagi kami," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
"Kami terus mengawasi (situasi) dan mencatat bahwa, sayangnya, destabilisasi sedang terjadi," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Tass pada Selasa (6/7/2021).
Disinggung soal apakah Rusia sedang menjajaki kemungkinan mengirim pasukan tambahan untuk membantu Tajikistan melindungi perbatasan, Peskov mencatat bahwa prajurit militer Rusia dan penjaga perbatasan akan memantau situasi di wilayah perbatasan Afghanistan dan membuat keputusan yang tepat.
“Mengenai kontingen tambahan, saya tidak bisa memberitahu Anda. Tentu saja, seiring dengan perkembangan situasi, dan kami melihat bahwa, sayangnya, itu tidak berkembang dengan cara terbaik, keputusan yang diperlukan akan dibuat oleh militer dan penjaga perbatasan kami," ujarnya.
Sebelumnya, Taliban telah merebut Panjwai, sebuah distrik kunci di bekas benteng mereka di provinsi Kandahar, setelah pertempuran sengit dengan tentara pemerintah diAfghanistan. Setelah distrik itu direbut, ratusan tentara pemerintah kabur atau melarikan diri ke Tajikistan.
Kelompok Taliban merebut distrik Panjwai hanya beberapa hari setelah pasukan ASdan sekutunya menarik diri dari Pangkalan Udara Bagram dekat Kabul.
Distrik Panjwai telah menjadi target Taliban sejak lama, mengingat kedekatannya dengan kota Kandahar. Jatuhnya distrik Panjwai membuat sejumlah keluarga melarikan diri dari daerah itu karena kelompok ekstremis itu bertujuan untuk menerapkan versi hukum syariah Islam yang keras, yang disebutnya “sistem Islam asli”.
(ian)