Bantu AS, Ribuan Warga Afghanistan Akan Dievakuasi
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pemerintahan Joe Biden berencana untuk mengevakuasi puluhan ribu penerjemah dan warga Afghanistan lainnya yang bekerja dengan pasukan Amerika Serikat (AS) selama perang sementara aplikasi mereka untuk masuk negara itu sedang diproses. Hal itu diungkapkan seorang pejabat yang mengetahui masalah tersebut.
Seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan perencanaan telah dipercepat dalam beberapa hari terakhir untuk merelokasi warga Afghanistan dan keluarga mereka ke negara lain atau wilayah AS. Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim untuk membahas rencana yang tidak diumumkan.
Pemerintah AS bermaksud untuk melakukan evakuasi akhir musim panas ini, kemungkinan pada bulan Agustus, menurut seorang pejabat kedua yang mengetahui pertimbangan tersebut tetapi tidak berwenang untuk membahasnya secara terbuka.
Kedua pejabat itu menambahkan bahwa belum ada negara atau wilayah negara yang rencananya akan menjadi lokasi relokasi sementara. Mengevakuasi warga Afghanistan ke wilayah AS dipandang rumit karena dapat menyebabkan pemohon visa memiliki hak hukum yang lebih besar saat mereka diperiksa.
Gedung Putih telah mulai memberi pengarahan kepada anggota parlemen tentang garis besar rencana tersebut.
"Pemerintah AS telah mulai mengidentifikasi sekelompok penerjemah yang akan dipindahkan sebelum AS menyelesaikan penarikannya pada September," kata seorang pejabat senior pemerintah seperti dikutip dari AP, Jumat (25/6/2021).
Orang-orang itu telah memulai proses pengajuan visa imigran khusus yang tersedia bagi warga Afghanistan yang membantu Amerika selama perang yang hampir berusia 20 tahun. Pejabat itu menekankan bahwa upaya relokasi akan mematuhi hukum konsuler AS dan akan dikoordinasikan dengan Kongres.
"Gedung Putih merencanakan berbagai skenario termasuk relokasi tambahan atau opsi evakuasi jika perlu," ujar pejabat itu.
Dengan pasukan AS dan NATO menghadapi tenggat waktu 11 September untuk meninggalkan Afghanistan, pemerintahan Biden mendapat tekanan yang meningkat dari anggota parlemen, veteran, dan lainnya untuk mengevakuasi ribuan warga Afghanistan yang bekerja sebagai penerjemah atau yang membantu operasi militer AS di sana selama dua dekade pada masa lalu.
Seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan perencanaan telah dipercepat dalam beberapa hari terakhir untuk merelokasi warga Afghanistan dan keluarga mereka ke negara lain atau wilayah AS. Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim untuk membahas rencana yang tidak diumumkan.
Pemerintah AS bermaksud untuk melakukan evakuasi akhir musim panas ini, kemungkinan pada bulan Agustus, menurut seorang pejabat kedua yang mengetahui pertimbangan tersebut tetapi tidak berwenang untuk membahasnya secara terbuka.
Kedua pejabat itu menambahkan bahwa belum ada negara atau wilayah negara yang rencananya akan menjadi lokasi relokasi sementara. Mengevakuasi warga Afghanistan ke wilayah AS dipandang rumit karena dapat menyebabkan pemohon visa memiliki hak hukum yang lebih besar saat mereka diperiksa.
Gedung Putih telah mulai memberi pengarahan kepada anggota parlemen tentang garis besar rencana tersebut.
"Pemerintah AS telah mulai mengidentifikasi sekelompok penerjemah yang akan dipindahkan sebelum AS menyelesaikan penarikannya pada September," kata seorang pejabat senior pemerintah seperti dikutip dari AP, Jumat (25/6/2021).
Orang-orang itu telah memulai proses pengajuan visa imigran khusus yang tersedia bagi warga Afghanistan yang membantu Amerika selama perang yang hampir berusia 20 tahun. Pejabat itu menekankan bahwa upaya relokasi akan mematuhi hukum konsuler AS dan akan dikoordinasikan dengan Kongres.
"Gedung Putih merencanakan berbagai skenario termasuk relokasi tambahan atau opsi evakuasi jika perlu," ujar pejabat itu.
Dengan pasukan AS dan NATO menghadapi tenggat waktu 11 September untuk meninggalkan Afghanistan, pemerintahan Biden mendapat tekanan yang meningkat dari anggota parlemen, veteran, dan lainnya untuk mengevakuasi ribuan warga Afghanistan yang bekerja sebagai penerjemah atau yang membantu operasi militer AS di sana selama dua dekade pada masa lalu.