Koalisi dengan Partai Yahudi Israel, Partai Islam Arab Pamerkan Wajah Asli Ikhwanul Muslimin
loading...
A
A
A
Di Israel, tidak jelas kondisi apa yang bisa diperoleh Abbas sebagai imbalan atas partisipasinya dalam pemerintahan. Perhitungannya menjadi lebih sensitif mengingat pertempuran bulan lalu antara Israel dan warga Palestina yang tinggal di Jalur Gaza dan Tepi Barat, wilayah yang direbut oleh Israel pada tahun 1967.
Selama 12 hari sejak 10 Mei, para pejuang yang setia kepada Hamas bertukar rudal dan tembakan artileri dengan IDF. Hampir 250 warga Palestina, setidaknya setengah dari mereka perempuan dan anak-anak, tewas dalam kekerasan tersebut. Di Israel setidaknya 12 orang tewas oleh roket Hamas.
Selama pertempuran, sebagian besar kota Arab dan campuran di dalam Israel, seperti Jaffa, Lod, Haifa, Acre dan Nazareth, dicekam oleh kerusuhan. Batalyon polisi perbatasan Israel dipindahkan dengan cepat kembali ke Israel untuk menangani kerusuhan, pembakaran mobil dan serangan terhadap gedung-gedung.
Warga Palestina yang tinggal di Israel menderita tingkat pengangguran yang lebih tinggi dan apa yang mereka anggap sebagai prasangka dan diskriminasi.
Merupakan 21 persen dari populasi, mereka umumnya lebih miskin dan kurang berpendidikan daripada orang Yahudi Israel—meskipun mereka memiliki standar hidup yang lebih baik daripada yang dinikmati oleh orang Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza dan di diaspora di tempat lain di dunia Arab.
Dengan latar belakang yang sulit ini, apa arti partisipasi Abbas dalam pemerintahan, dalam istilah praktis dan simbolis, bagi orang Israel, orang Palestina yang tinggal di Israel, dan orang Palestina di Tepi Barat dan Gaza?
“Di satu sisi, sebuah partai Palestina yang memasuki koalisi penting karena melanggar tabu dan menjadi preseden untuk masa depan,” kata analis ICG Zonszein kepada Arab News.
“Di sisi lain, belum ada alasan untuk percaya bahwa itu akan mengarah pada perubahan mendasar dalam kebijakan negara yang diskriminatif dan destruktif terhadap warga Palestina.”
Selama 12 hari sejak 10 Mei, para pejuang yang setia kepada Hamas bertukar rudal dan tembakan artileri dengan IDF. Hampir 250 warga Palestina, setidaknya setengah dari mereka perempuan dan anak-anak, tewas dalam kekerasan tersebut. Di Israel setidaknya 12 orang tewas oleh roket Hamas.
Selama pertempuran, sebagian besar kota Arab dan campuran di dalam Israel, seperti Jaffa, Lod, Haifa, Acre dan Nazareth, dicekam oleh kerusuhan. Batalyon polisi perbatasan Israel dipindahkan dengan cepat kembali ke Israel untuk menangani kerusuhan, pembakaran mobil dan serangan terhadap gedung-gedung.
Warga Palestina yang tinggal di Israel menderita tingkat pengangguran yang lebih tinggi dan apa yang mereka anggap sebagai prasangka dan diskriminasi.
Merupakan 21 persen dari populasi, mereka umumnya lebih miskin dan kurang berpendidikan daripada orang Yahudi Israel—meskipun mereka memiliki standar hidup yang lebih baik daripada yang dinikmati oleh orang Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza dan di diaspora di tempat lain di dunia Arab.
Dengan latar belakang yang sulit ini, apa arti partisipasi Abbas dalam pemerintahan, dalam istilah praktis dan simbolis, bagi orang Israel, orang Palestina yang tinggal di Israel, dan orang Palestina di Tepi Barat dan Gaza?
“Di satu sisi, sebuah partai Palestina yang memasuki koalisi penting karena melanggar tabu dan menjadi preseden untuk masa depan,” kata analis ICG Zonszein kepada Arab News.
“Di sisi lain, belum ada alasan untuk percaya bahwa itu akan mengarah pada perubahan mendasar dalam kebijakan negara yang diskriminatif dan destruktif terhadap warga Palestina.”
(min)