Pria Difabel, Istrinya yang Hamil, dan Balita Tewas Seketika Dibom Israel
loading...
A
A
A
“Apa yang pernah dilakukan putrinya? Apa yang dilakukan istrinya? ” tanya sang adik, yang sedang bersama tetangga saat serangan itu melanda tanpa peringatan apapun.
“Mereka baru saja bersiap-siap untuk makan siang,” ungkap dia.
Serangan udara Israel telah menewaskan 227 orang, termasuk 64 anak-anak, di daerah kantong pantai sejak 10 Mei, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza.
Roket yang ditembakkan kelompok pejuang Palestina telah menewaskan 12 orang, termasuk dua anak, di Israel pada periode yang sama, menurut polisi Israel.
Omar Salha mengatakan saudara laki-lakinya itu menganggur dan berbagi flat dengan ibu dan tiga saudara laki-lakinya.
Seperti banyak orang lain di daerah kantong pesisir yang miskin, mereka mengandalkan bantuan dari badan PBB untuk para pengungsi Palestina.
Ibu Eyad juga tidak ada di rumah ketika serangan itu menewaskan putranya. Dia telah pergi dua hari sebelumnya untuk tinggal bersama saudara laki-lakinya, mengira rumahnya akan lebih aman selama pemboman yang sedang berlangsung di Israel.
"Dia akan berdoa agar situasi menjadi tenang," ujar wanita berusia 58 tahun itu tentang almarhum putranya. "Dia meninggal saat menunggu bayi yang akan lahir."
Kementerian Kesehatan Gaza pada Rabu melaporkan pembunuhan seorang pria difabel, putrinya dan istrinya yang sedang hamil tersebut.
Wakil Menteri Kesehatan Palestina Yousef Abu al-Rish menyatakan kemarahannya, mengatakan membunuh orang tak bersalah di rumah mereka "adalah kejahatan".
“Mereka baru saja bersiap-siap untuk makan siang,” ungkap dia.
Serangan udara Israel telah menewaskan 227 orang, termasuk 64 anak-anak, di daerah kantong pantai sejak 10 Mei, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza.
Roket yang ditembakkan kelompok pejuang Palestina telah menewaskan 12 orang, termasuk dua anak, di Israel pada periode yang sama, menurut polisi Israel.
Omar Salha mengatakan saudara laki-lakinya itu menganggur dan berbagi flat dengan ibu dan tiga saudara laki-lakinya.
Seperti banyak orang lain di daerah kantong pesisir yang miskin, mereka mengandalkan bantuan dari badan PBB untuk para pengungsi Palestina.
Ibu Eyad juga tidak ada di rumah ketika serangan itu menewaskan putranya. Dia telah pergi dua hari sebelumnya untuk tinggal bersama saudara laki-lakinya, mengira rumahnya akan lebih aman selama pemboman yang sedang berlangsung di Israel.
"Dia akan berdoa agar situasi menjadi tenang," ujar wanita berusia 58 tahun itu tentang almarhum putranya. "Dia meninggal saat menunggu bayi yang akan lahir."
Kementerian Kesehatan Gaza pada Rabu melaporkan pembunuhan seorang pria difabel, putrinya dan istrinya yang sedang hamil tersebut.
Wakil Menteri Kesehatan Palestina Yousef Abu al-Rish menyatakan kemarahannya, mengatakan membunuh orang tak bersalah di rumah mereka "adalah kejahatan".