Sejumlah Negara Gunakan Robot untuk Rawat Pasien Covid-19

Senin, 20 April 2020 - 03:17 WIB
loading...
Sejumlah Negara Gunakan Robot untuk Rawat Pasien Covid-19
Ilustrasi
A A A
BEIJING - Sejumlah negara mulai mengembangkan robot untuk membantu perawatan para pasien Covid-19. Di China, para insinyur telah merancang robot yang dikendalikan dari jarak jauh yang dapat mengambil sampel dari mulut untuk menguji virus, melakukan pemindaian ultrasound, dan mendengarkan organ-organ dengan stetoskop.

Ditempatkan di samping tempat tidur, robot juga dapat menyediakan tautan video instan antara pasien dan staf perawat, asisten, dan dokter. Robot dapat menyelesaikan tugas rutin, seperti memeriksa respirasi, oksigenasi, dan tekanan darah, dan memperbarui pengamatan dan catatan pasien.

Di Italia, sebuah robot kecil berwajah tersenyum bernama Tommy adalah satu dari enam robot yang membantu dokter dan perawat merawat pasien Covid-19 di Circolo Hospital di Varese, sebuah kota di wilayah Lombardy utara yang merupakan pusat penyebaran wabah di Italia.

Robot didorong ke kamar dan ditinggalkan di samping tempat tidur pasien, sehingga dokter dapat menjaga orang lain berada dalam kondisi yang lebih serius. Robot seperti Tommy dapat memonitor indikator kesehatan rutin untuk memberikan gambaran penting tentang kondisi kesehatan pasien.

Yang paling penting, Tommy dan rekan-rekannya yang berteknologi tinggi memungkinkan rumah sakit membatasi jumlah kontak langsung antara dokter dan perawat dengan pasien, sehingga mengurangi risiko infeksi. Saat ini lebih dari 4.000 petugas kesehatan di Italia terinfeksi Covid-19.

Kekurangan masker dan alat pelindung diri telah menjadi salah satu masalah terbesar dalam menjaga sistem kesehatan nasional sejak penularan muncul pada akhir Februari.

Robot juga dapat digunakan di belakang layar, mengantarkan makanan kepada pasien, mengeluarkan linen kotor, memantau inventaris medis, dan mendistribusikan persediaan medis. Mereka bahkan dapat berfungsi sebagai pembersih kamar otomatis ketika dilengkapi dengan lampu sterilisasi UV-C.

Menurut Wendy L. Schultz, direktur Infinite Futures yang berbasis di Inggris, tidak semua bagian robot adalah perangkat keras.

"Perangkat lunak robot dapat membantu perawat dan administrator kesehatan dalam tugas administratif, seperti memperbarui catatan pasien. Pembelajaran mesin dapat membantu dalam menganalisis set data kesehatan masyarakat besar-besaran untuk pola yang mungkin membantu dalam mengembangkan vaksin dan perawatan," ucap Schultz, seperti dilansir Al Arabiya.

Schultz mengatakan, dunia akan melihat dorongan ke arah perawat otomatis ketika negara-negara bertempur melawan Covid-19, tetapi teknologi ini masih dalam tahap awal. Beberapa dokter bahkan memprediksi Covid-19 sebagai katalis potensial untuk mempercepat revolusi teknologi kesehatan yang masih tertinggal.

Alexander Yip, direktur klinis Teknologi Kesehatan di Alexandra Hospital di Singapura, telah menyebarkan robot telepresence baru, BeamPro, yang memungkinkan para dokter dan staf untuk memeriksa pasien dari jarak jauh. Yip mengatakan, ia melihat pandemi Covid-19 sebagai kesempatan untuk mempercepat transformasi layanan kesehatan.

Maneesh Juneja, seorang futuris kesehatan digital yang berbasis di London yang meneliti konvergensi teknologi yang muncul. Ia mengatakan, peran perawat robot dalam memerangi Covid-19 dapat meningkat di banyak negara, dan itu tidak terbatas pada negara-negara kaya juga.

"Sikap terhadap penggunaan perawat robot sangat bervariasi di seluruh dunia, dengan penerimaan yang lebih besar dan kepercayaan robot di negara-negara seperti China, Jepang, dan Korea Selatan. Mengingat bahwa perjuangan melawan COVID-19 akan memakan waktu berbulan-bulan lagi sampai vaksin tersedia, ada kemungkinan untuk pengembangan lebih lanjut dari robot pendamping untuk membantu pasien yang terisolasi dari masyarakat ketika berada di karantina," ucap Juneja.

Namun, Juneja mengatakan bahwa perawat robot memiliki keterbatasan. Robot mampu melakukan tugas-tugas rutin, dan mereka tak kenal lelah dan bebas penyakit, tetapi mereka tidak memiliki keramahan dan sikap lainnya saat merawat pasien.

Juneja menunjukkan bahwa Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, secara terbuka berterima kasih kepada perawat manusia yang telah merawatnya, bukan robot.

"Ada banyak keputusan kompleks yang perlu dibuat oleh perawat, yang tidak hanya membutuhkan pelatihan yang luas, tetapi juga membutuhkan banyak kerja tim, komunikasi, dan kecerdasan. Perawat memainkan peran unik dalam merawat pasien di rumah sakit, dan di luar pandemi, kita masih akan mengandalkan perawat manusia untuk waktu yang lama," tukasnya.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1551 seconds (0.1#10.140)